Kamis, 15 September 2011

STUDI KITAB SUCI : PERJANJIAN LAMA 7: KITAB ULANGAN


KITAB ULANGAN

A. STRUKTUR
Wejangan Musa I : Review Perjalanan (1–4)
Wejangan Musa II : Hukum- hukum (5–28)
Wejangan Musa III : Perjanjian (29–30)
Wejangan Musa IV : Perpisahan (31–34)

Masing-masing wejangan diawali dengan ungkapan khas yang menyatakan bahwa yang berikut adalah kata-kata Musa (1:1; 4:44; 29:1; 33:1)

B. POKOK-POKOK PIKIRAN ULANGAN

1.     Format Tulisan Kitab Ulangan
      Deuteronomy (Ulangan) = hukum kedua / salinan hukum. Istilah sangat tepat karena isinya adalah pengulangan hukum-hukum yang ada di kitab-kitab sebelumnya – bukan meneruskan Kitab Bilangan.
      Pengulangan ini ditempatkan dalam format sebuah kotbah perpisahan yang disampaikan Musa kepada Israel sebelum Musa wafat dan sebelum mereka memasuki Tanah Terjanji.
      Musa mengulang lagi hukum-hukum Allah dan  merinci berkat yang akan diterima Israel jika mereka mematuhinya sekaligus mengingatkan kutuk jika melanggarnya (Ul 5:1-21). Setelah Yosua ditunjuk Allah menggantikan Musa, Musa memberkati keduabelas suku Israel dan mendaki Gunung Nebo serta meninggal di sana.
      Kitab Ulangan berakhir dengan sebuah pujian bagi Musa : Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, dalam hal segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya,dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel. (Ul 34 : 10 – 12)


2. Penulis, Pendengar & Tujuan Kitab Ulangan
      Kitab Ulangan disusun selama masa pembuangan (587 – 539 SM) dan sekembalinya dari sana oleh para penatua (deuteronomist) yang menganggap diri sebagai penjaga tradisi hukum kuno Israel. Hukum-hukum kuno dikoleksi kembali, dan secara sadar ditafsirkan kembali untuk menghadirkan pengharapan masa depan bagi Israel.
      Latar yang dipakai adalah umat Israel yang akan memasuki Tanah Terjanji, tetapi pendengar yang sesungguhnya adalah kelompok orang di pembuangan.
      Kaum Fundamentalis percaya bahwa pidato itu benar-benar disampaikan oleh Musa. Namun bahasa, gaya dan rujukan terhadap peristiwa sejarah menunjukkan sebaliknya. Rasanya tidak mungkin Musa yang berusia 120 tahun mampu berpidato sepanjang itu dihadapan ratusan ribu orang Israel.
      Memang sangat mungkin bahwa sebagian dari kitab Pentateukh berasal dari Musa sendiri. Namun kitab Ulangan seperti yang kita kenal sekarang kemungkinan besar berasal dari (hasil editing) para pemimpin religius pada waktu pembuangan Babel
      Penulis meletakkan Musa sebagai pusat panggungnya. Memakai otoritas dan wibawa Musa untuk mengingatkan pendengarnya, bangsa Israel di jaman penulis.
      Selama masa pembuangan itu, sisa-sisa Israel ada diambang kehancuran. Dalam situasi hidup mati itu,  Deuteronomist menantang Israel untuk taat pada hukum dan meminta Israel tidak putus asa (Ul 30:19).
      Nasehat untuk taat pada Allah adalah inti kitab Ulangan (Ul 29:1). Nasehat ini digubah dalam bentuk perjanjian antara Allah – Israel.
      Bagi Ulangan, mengenal dan mengasihi Allah berarti mengasihi sesama dan berlaku adil terhadap mereka (bdk juga Mrk 12:29-31; 1Yoh4:7-12). Kasih seseorang terhadap sesamanya sebagai ukuran dan bukti kasih kepada Allah.
      Sebagaimana terjadi di kemudian hari, raja dan tentara tidak dapat menyelamatkan Israel. Hanya Allah yang sanggup. Dan kepatuhan kepada Allah merupakan satu-satunya cara untuk menerima pengampunan dan perlindungan Allah


3. Teologi Deuteronomist
      Hanya ada Satu Allah. Allah adalah Allah yang setia pada janji-janjiNya – sekaligus Allah yang pencemburu. Hanya Allah yang layak disembah dan dihormati. Patuh pada Allah akan menuai berkah dan menolak Allah hanya akan mendatangkan bencana. Bencana yang melanda manusia adalah hukuman dari Allah karena ketidaktaatannya.
      Pesan ini merupakan dasar dari apa yang kemudian hari disebut teologi tradisi Deuteronomist.
      Teologi Kitab Ulangan sangat terbatas. Penulis adalah orang jamannya yang belum mendapatkan kepenuhan wahyu sebagaimana yang disampaikan Yesus. Bagi mereka, karena Allah maha perkasa maka Allah-lah yang  menyebabkan segala sesuatu, termasuk penderitaan.
      Hal ini masih berlangsung di benak beberapa orang dewasa ini. Jika Allah menyebabkan sesuatu yang buruk terjadi, itu karena IA mempunyai alasan tersendiri. Biasanya alasan itu berupa hukuman karena dosa manusia. Oleh karena itu, jika seseorang menderita, itu karena ia berdosa.
      Hal ini kadang tidak relevan lagi. Di jaman modern, banyak orang tidak berdosa justru menderita akibat dosa orang lain (yang malah tidak menderita). Kepatuhan akan Allah tidak selalu menjanjikan kebahagiaan dan penderitaan tidak selalu hasil dari dosa.
      Ini yang menjadi persoalan mendasar teologi Ulangan : penderitaan pribadi sebagai akibat dosa pribadi
      Ini pula yang menjadi pertanyaan dalam kitab PL lainnya, seperti Kitab Ayub : Salah apa Ayub????
      Dan teologi Ulangan ini dibantah total oleh hidup dan ajaran Yesus. Tanpa salah sedikit pun Ia menjadi korban dosa orang lain.Kita pun ditantang untuk memahami makna penderitaan bagi diri kita sendiri. Berangkat dari keterbatasan PL sampai pada pemenuhan wahyu dalam diri Kristus
      Tradisi Deuteronomist tersebar di Pentateukh. Tradisi ini juga yang menjadi sumber Kitab Yosua, Hakim-hakim, 1 & 2 Samuel serta 1&2 Raja-raja. Tradisi ini juga berpengaruh penting pada kitab-kitab lain – bahkan terhadap seluruh Yudaisme dan Kekristenan. Kitab Ulangan dikutip sebanyak 200 kali dalam PB.

C. SARAN BACAAN :
- Ul 1:1 – 8 : persiapan panggung bagi Musa untuk berbicara kepada Umat Israel, tidak hanya yang bersiap masuk tanah terjanji tetapi juga bagi segala usia
- Ul 5 : 1 – 6:9 Pengulangan Perjanjian Sinai (Horeb = kata lain dari Sinai). Perintah Agung
- Ulangan 30 : ringkasan teologi kitab Ulangan. Perhatikan 10 ayat pertama disampaikan bagi Umat Israel yang diasingkan di Babel

Key Verse
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”

            —Ulangan 6:4–5


Tidak ada komentar: