Kamis, 08 September 2011

SEJARAH ROSARIO




I. PENGANTAR
Bulan Oktober adalah bulan yang penuh gairah dalam hidup menggereja. Antusiasme berdoa Rosario giliran dari rumah ke rumah dalam satu wilayah atau lingkungan selalu dipadati umat. Devosi yang sehat ini rupanya telah mengakar kuat. Tak diragukan lagi bahwa ungkapan devosi Maria yang paling popular dan dicintai dalam Gereja adalah Rosario. Dari generasi ke generasi, Rosario menjadi ungkapan devosi semua paus dan tokoh-tokoh suci Gereja : St. Thomas Aquinas, St. Alfonsus Liguori, St. Louis Maria de Monfort, Ibu Teresa Calcuta, dan masih banyak lagi. Bagi kita sendiri, tentunya semarak devosi ini perlu mendapatkan penjernihan yang sepatutnya, agar umat tidak terjebak ke dalam spiritualitas yang kerdil, emosional dan dangkal di bulan Rosario ini.
Untuk itu, tulisan ini pertama-tama hendak menyajikan suatu refleksi atas spiritualitas doa Rosario itu sendiri. Namun sebagai pengantar refleksi, kami mencoba menulis ulang apa yang pernah dimuat di majalah ini tentang sejarah Rosario dari sisi yang sedikit berbeda. Kisah Lepanto yang melegenda kami sajikan, bukan pertama-tama untuk mengusik luka lama dalam hubungan dengan saudara-saudara Muslim, melainkan melihat kenyataan sejarah itu sebagai penekanan akan pertolongan Bunda Maria bagi kita (Maria Auxilium Christianorum). Dan tentunya hal ini sangat mengena bagi sebagian umat yang sangat mengharap pertolongan Sang Bunda di bulan Rosario ini.
Setelah menapak tilas sejarah Rosario, kami sajikan sedikit refleksi spiritualitas doa ini. Dari sisi Biblis maupun pastoral yang sedang aktif digerakkan oleh Keuskupan kita : Keluarga sebagai Habitus Baru.
Semoga tulisan ini semakin membawa kita mencintai Yesus melalui Maria.


II. SEKILAS SEJARAH PERKEMBANGAN ROSARIO
1. TERBENTUKNYA DOA ROSARIO
• Penggunaan “manik-manik” untuk mendaras doa yang diulang-ulang sebagai media meditasi telah dikenal bahkan sebelum kekristenan. Di dalam gereja sendiri telah dikenal sejak masa-masa awal Gereja. Cara berdoa dengan menggunakan untaian biji-bijian atau simpul-simpul pada tali digunakan untuk membantu orang yang kurang terpelajar menghitung jumlah Bapa Kami atau Salam Maria yang didaraskan sebagai pengganti 150 Mazmur. Sehingga untaian manik-manik ini kemudian dikenal dengan sebutan “Paternoster,” atau juga dikenal sebagai “brevir (doa mazmur) orang-orang sederhana”
• Struktur Rosario mengalami perkembangan, tidak langsung jadi sebagaimana kita kenal sekarang ini. Doa ini berkembang selama beberapa abad. Perkembangan yang cukup pesat terjadi di sekitar abad 12-15. Hingga akhirnya 50 Salam Maria (atau lebih) didaraskan dan dihubungkan dengan ayat-ayat Mazmur atau ayat-ayat lain untuk mengenangkan “sukacita Maria” dalam hidup Yesus dan Maria.
• Menurut tradisi, St. Dominikus Guzman, pendiri tarekat Dominikan (wafat 1221) adalah yang mempopulerkan doa ini dan merangkaikan 50 ayat mengenai hidup Yesus dan Maria dengan 50 kali doa Salam Maria. Karenanya bentuk doa ini dikenal sebagai rosarium (“kebun mawar”), yang arti umumnya berarti bunga rampai (suatu kumpulan bahan yang serupa). Doa Salam Maria yang diulang-ulang itu adalah bagaikan bunga mawar yang dirangkaikan kepada Bunda Maria. Pada masa ini pula atmosfir biblis doa Rosario semakin berkembang dengan ditambahkannya rangkaian peristiwa “dukacita Maria” dan “sukacita surgawi”, sehingga jumlah Salam Maria menjadi 150.
• Dikisahkan bahwa St. Diminikus yang tergerak oleh penampakan Bunda Maria, mewartakan penggunaan Rosario untuk mempertobatkan bidaah Albigenisme (dari nama kota Albi di Perancis Selatan). Bidaah ini percaya bahwa semua yang jasmaniah adalah jahat dan yang rohaniah adalah baik. Karenanya, inkarnasi Allah Putera tidaklah masuk akal. (Pengaruh Platonisme: jiwa terbelenggu dalam tubuh yang jahat). Karenanya mereka juga menolak perkawinan dan prokreasi. Dan tindakan religius mereka yang paling “luhur” disebut “endura”, bunuh diri untuk membebaskan jiwa dari raga. Mereka juga menentang otoritas manapun yang mewakili suatu kerajaan dunia ini, sebab itu mereka membantai para pejabat kerajaan dan para pejabat Gereja.
• Sebagian sejarawan menolak peran St Dominikus dalam terbentuknya Rosario. Argumen mereka, hal tersebut tidak dikisahkan dalam sejarah hidup St. Dominikus dan konstitusi Ordo Dominikan (tarekat biarawan yang dibentuk oleh St. Dominikus) juga tidak menghubungkannya dengan hal tersebut. Selain itu, para pelukis pada masa St Dominikus tidak memasukkan Rosario sebagai lambang yang menjadi ciri khas St Dominikus.
• Sebagian ilmuwan menyanggah keberatan tersebut karena peran St. Dominikus mempertobatkan para pendosa sungguh nyata dan diakui. Di samping itu, sekurangnya ada selusin paus yang menyebutkan hubungan antara St. Dominikus dengan Rosario dalam berbagai pernyataan kepausan. Dari antaranya, (terutama) adalah Paus Alexander VI pada tahun 1495.
• Perkembangan selanjutnya, di awal abad ke-15, Henry Kalkar (1408), seorang biarawan Carthusian, mengelompokkan ke-150 Salam Maria ke dalam beberapa kelompok yang berisi 10 Salam Maria dengan diawali satu Bapa Kami. Dan hingga pada abad ke-16, struktur lima misteri Rosario telah didasarkan pada tiga rangkaian peristiwa biblis yang sangat erat berkait dengan Bunda Maria dan Yesus : Peristiwa Gembira, Peristiwa Sedih dan Peristiwa Mulia.
• Dan setelah penampakan Bunda Maria di Fatima (1917), doa yang diajarkan Bunda Maria kepada anak-anak ditambahkan pada akhir setiap misteri, “Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka. Hantarlah jiwa-jiwa ke surga, teristimewa jiwa-jiwa yang amat membutuhkan kerahiman-Mu.”
• Dewasa ini, Rosario dijunjung tinggi dan dianjurkan sebagai suatu sarana yang efektif bagi pertumbuhan rohani. Banyak para kudus mendorong didaraskannya Rosario, termasuk St Petrus Kanisius, St Filipus Neri dan St Louis de Montfort. Paus Leo XIII, yang kerap disebut “Paus Rosario”, menegaskan bahwa Rosario sebagai suatu senjata rohani yang ampuh melawan kejahatan (Supremi Apostolatus Officio, 1884).
• Paus Pius XI tahun 1938 memberikan indulgensi penuh kepada barangsiapa yang mendaraskan Rosario di depan Sakramen Mahakudus.
• Paus Yohanes XXIII dan Paus Paulus VI juga dikenal sebagai penganjur Rosario yang gigih. Buku Pedoman Indulgensi (1969), yang disetujui Paus Paulus VI, memberikan indulgensi penuh “jika Rosario didaraskan di sebuah gereja atau suatu tempat doa umum, atau dalam suatu kelompok keluarga, suatu komunitas religius atau perkumpulan saleh….” (No. 48).
• Yang paling akhir, menandai diawalinya 25 tahun masa pontifikatnya, Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae, dimana beliau menetapkan Peristiwa Cahaya dan mendorong umat beriman untuk menggunakan Rosario untuk “bersama Maria, merenungkan wajah Kristus.”

2. ROSARIO DALAM PERANG LEPANTO : MARIA AUXILIUM CHRISTIANORUM
• Rosario semakin populer, di era Paus Pius V. kaum Muslim Turki menyerang Eropa Timur. Tahun 1453 Konstantinopel jatuh ke tangan mereka. Selanjutnya di tahun 1521 Belgrade, Hungaria, juga ditaklukkan. Dan di tahun 1526, mereka telah berada di perbatasan Vienna, Austria sehingga penguasaan Kristen atas Mediterania berada di ujung tanduk.
• Pada bulan Februari 1570, utusan Turki mengultimatum Venisia untuk menyerahkan kepulauan Siprus secara damai atau perang. Venisia menolak, dan setelah berperang selama sebelas bulan, Siprus jatuh. Kemudian ditetapkan syarat-syarat penyerahan diri demi keselamatan pasukan Kristen yang kalah. Tetapi, begitu komandan Muslim mengambil alih kuasa kota, ia memerintahkan agar komandan Kristen, Marcantonio Bragadin, dikuliti hidup-hidup. Tubuhnya dibelah empat, dan sayatan kulitnya diisi jerami dan seragamnya dikenakan padanya, lalu diseret sepanjang kota. Sekarang kaum Kristen tahu benar musuh macam apa yang tengah mereka hadapi.
• Tahun 1571, Paus Pius V mengorganisir suatu armada di bawah komando Don Juan dari Austria, sanak Raja Philip II dari Spanyol. Bala tentara dari Spanyol, Venisia, Roma, Savoy, Genoa, Lucca, Tuscany, Manova, Parma, Urbino, dan Ferrara, juga Malta membentuk suatu aliansi melawan Turki. (Perancis yang Katolik menolak bersatu dan bahkan mendanai pasukan Muslim Turki demi melemahkan musuh bebuyutan mereka: Jerman-Austria).
• Sementara persiapan dilakukan, Bapa Suci meminta segenap umat beriman untuk mendaraskan Rosario dan memohon bantuan doa Bunda Maria di bawah gelar “Bunda Kemenangan,”. Armada Muslim jauh melampaui armada Kristiani, baik dalam jumlah kapal perang maupun pasukan. Kapal pemimpin Kristen mengibarkan bendera biru dengan lukisan Kristus Tersalib, sementara bendera Muslim mencantumkan ayat-ayat dari Al Quran menyerukan jihad dan membasmi “orang-orang kafir”.
• Pada hari Minggu, 7 Oktober 1571, Pertempuran di Lepanto dimulai, dan dalam tempo lima jam, kaum Muslim dikalahkan.
• Siang itu, Paus Pius V yang tengah berada dalam suatu rapat, sekonyong-konyong berdiri, menuju jendela, menatap ke luar ke arah pertempuran yang bermil-mil jauhnya, ia berkata, “Marilah kita berhenti menyibukkan diri dengan masalah-masalah ini dan marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan. Armada Kristen telah meraih kemenangan.”
• Tahun berikutnya sebagai ucapan syukur, Paus Pius V menetapkan Pesta Rosario Suci pada tanggal 7 Oktober di mana umat beriman tidak hanya mengenangkan kemenangan ini, melainkan juga terus menyampaikan syukur kepada Tuhan atas segala rahmat-Nya dan mengenangkan kuasa perantaraan Bunda Maria.
• Bapa Suci juga secara resmi menganugerahkan gelar, “Auxilium Christianorum” (Pertolongan Orang-orang Kristen) pada Bunda Maria. Mejelis Tinggi Venesia juga mencantumkan pada sebilah papan dalam ruang pertemuan mereka, “Non virtus, non arma, non duces, sed Maria Rosari, victores nos fecit,” yang artinya, “Bukan kegagahan, bukan senjata, bukan pemimpin, melainkan Maria dari Rosario yang membuat kita menang.”

1 komentar:

tommysyatriadi mengatakan...

keren2 lengkap banget review tentang sejarah rosario