Jumat, 25 Mei 2012

Apakah Engkau Mencintai Aku?

APAKAH ENGKAU MENCINTAI AKU?

Bacaan Jumat 25 Mei 2012 Masa Paskah Tahun B / II

Yohanes 21 : 15 - 19

21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Agape) Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Phileo) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (agapo) Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Phileo) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Phileo) Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi (Phileo) Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Phileo) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."

21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Saudara-saudara, kita pasti terkesima membaca perikop ini. Kita seolah merasa seperti Petrus yang ditanya Yesus: Apakah engkau mencintai Aku? Tiga kali bahkan pertanyaan itu diulang.

Saudara, jika kita membaca perikop ini dalam bahasa aslinya, bahasa Yunani, maka kita akan terkesima dengan permainan kata yang sangat dalam dengan kata cinta. Dalam bahasa Yunani ada 3 tingkatan cinta / kasih : eros, filia dan agape.

- Eros adalah cinta yang ingin memiliki, yang mencari kepuasan pribadi, seringkali fisikal. Aku mencintai SUPAYA aku dicintai.

- Filia adalah cinta seorang sahabat, yang mencari kebahagiaan orang yang dicintai, tapi tetap memiliki elemen kepuasan pribadi, masih ada kepentingan – masih ada pamrih. Cinta manusiawi yang ditandai dengan kelemahan.

- Agape adalah cinta sejati tanpa syarat, cinta yang mau berkorban, yang hanya mencari apa yang baik untuk dicintai.

Ketika Yesus bertanya kepada Petrus pertama kalinya: “apakah engkau mencintai Aku?”, Yesus bertanya dengan menggunakan agape: Petrus, apakah engkau mencintai Aku tanpa syarat, dan rela berkorban? Petrus tidak mampu menjawab dengan agape. Ia menjawab dengan filia : Aku mencintai Engkau sebagai seorang sahabat yang terbatas, masih ada kepentingan dan pamrih dibalik kata cintaku padaMu.

Dialog yang sama terulang kedua kalinya. Pertanyaan Agape – dijawab filia.

Mengapa Petrus tidak mampu menjawab cinta agape Yesus dengan agape pula? Bukankah dia "ketua kelas" para rasul?
Bukan karena Petrus tidak mau, bukan pula Petrus tidak tahu pertanyaan Yesus. Petrus dengan jujur mengatakan bahwa sesungguhnya dia masih tidak mampu menjawab cinta agape Yesus dengan agape pula. Petrus yang pernah menyangkal Yesus seolah “trauma” dengan masa lalunya dimana ia pernah dengan lantang akan membela Yesus mati-matian namun justru menyangkal Dia saat Yesus diadili. Petrus jujur dan tahu diri.

Akhirnya yang ketiga kalinya Yesus “menyerah dan memahami” dengan keadaan Petrus. Ia bertanya kepada Petrus dengan menggunakan filia. “Apakah engkau mencintai Aku sebagai seorang sahabat dengan segala kekuranganmu?” “Ya Yesus, aku mencintai Engkau dengan segala kekuranganku.”

Saudaraku, betapa indah dan dalam dialog di atas.

Mari kita juga merenungkan kira-kira apa jawaban kita jika Yesus bertanya kepada kita. Mari kita meneladan Petrus yang dengan jujur tahu diri dan menyerahkan diri kepada kehendak Allah : “Tuhan Engkau tahu segala sesuatu, engkau tahu bahwa aku (saat ini masih) filia terhadap Engkau”. Jawaban Petrus yang jujur itu menjadi teladan bagi kita, apakah sebenarnya cinta kita pada Yesus? Apakah bahkan masih pada tahap cinta eros? Aku mencintai Engkau karena supaya Engaku mencintai aku? Aku berdoa supaya kau kabulkan doa-doaku? Aku menyembah Engkau supaya kau hindarkan aku dari segala malapetaka? DO UT DES : Saya member supaya Engkau memberi…….

Atau tataran cinta kita masih pada cinta Filia?

Saudara-saudara, Petrus butuh waktu 30 tahun lagi untuk membuktikan cintanya pada Yesus, sesuai dengan pertanyaanNya yang pertama : menjawab agape – dengan agape.
30 tahun setelah pertanyaan itu, Petrus telah berada di Roma untuk menyebarkan Kabar Gembira. Ketika itu terjadi pembunuhan orang-orang Kristen di Roma oleh Nero, Petrus melarikan diri dari Roma. Di jalan ia bertemu Yesus yang sedang berjalan menuju Roma. “Quo vadis Domine?” “Ke mana engkau pergi Yesus?” “Ke Roma untuk disalibkan kedua kalinya.” Dengan sangat malu dan sedih Petrus kembali ke Roma. Kali ini dia menjawab pertanyaan Yesus dengan hidupnya. Ia minta untuk disalibkan bahkan disalibkan terbalik.

Apakah engkau mencintai Aku?

Anda dan saya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, untuk mencintai Allah dengan lebih sempurna hari demi hari. Mari kita saling mendoakan agar bisa menerima teladan bagaimana mencintai Allah dengan lebih murni. Dan jangan pernah putus asa untuk terus bangun ketika anda jatuh untuk sekali lagi berjalan mencintai Yesus yang sudah lebih dahulu mencintai anda dengan penuh pengorbanan.



25 Mei 2012 – Untuk Link 2 Elisabeth

Inspired by Rm Adrian OP



Rabu, 23 Mei 2012

TINGGAL PADAKU

TINGGAL PADAKU



Bacaan Harian Rabu, Pekan VII Paskah B/II

Yoh 17 : 11b - 19

Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.

17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

17:13 Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.

17:14 Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.

17:15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.

17:16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.

17:17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.

17:18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia;

17:19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.

Saudara-saudara, bacaan-bacaan Injil Masa Paskah sangat kental dengan nuansa kesatuan yang ditunjukkan oleh Yesus dengan BapaNya. Banyak orang merasa bahwa bacaan dari Injil Yohanes di Masa Paskah ini sangat sukar untuk dipahami karena maknanya yang sangat dalam. Demikian juga saya. Kekayaan Injil Yohanes kerap kali membuat pusing para pembacanya.

Namun syukur pada Allah, sejak beberapa hari ini, di telinga saya terngiang-ngiang terus satu lagu yang sangat kita kenal dari MB 559 : Tinggal padaku.

Bagi saya lagu ini dengan sederhana menyatakan bagaimana persatuan antara Yesus dengan BapaNya itu bisa kita cerna dalam hidup kita sehari-hari.


TINGGAL PADAKU YESUS TUHANKU
SUDAH SENJA JANGANLAH BERLALU
SIAPA KAN MENOLONG HAMBAMU
HANYA YESUS TINGGALLAH PADAKU

DI DUNIA BERUBAH SEMUA
HORMAT DAN NAMA HILANG DAN MUSNAH
BAHAGIA TETAP PADA YESUS
YANG TAK BERUBAH TINGGAL PADAKU

YESUSLAH JALAN DAN KEHIDUPAN
SABDANYA ADALAH KEBENARAN
BAHAGIA YANG TURUT SINARMU
JURU SLAMATKU TINGGAL PADAKU

Henry Francis Lyte in 1847


Lagu ini rupanya diambil dari lagu bahasa Inggris : Abide with me – karangan Henry Francis Lyte 1847. Dia menulis lagu ini saat terkapar sakit parah (TBC) dan ia meninggal tiga minggu setelah selesai menuliskannya. Lagu ini banyak dinyanyikan orang Kristen dari lintas denominasi. Lagu ini pula menjadi salah satu lagu favorit Raja Henry V dan Mahatma Gandhi. Bagi kita mungkin mengenal lagu ini sebagai lagu yang kerap dinyanyikan dalam ibadat kematian, meski tidak harus demikian.

Saudara-saudara, hari ini kita mendengar satu kutipan mengenai doa Yesus kepada Bapa sebelum Ia ditangkap dan diadili untuk disalibkan. Kalau kita cermati bacaan tadi, sekurangnya ada dua hal yang diminta Yesus kepada Bapa bagi kita :


Peliharalah Mereka dalam Nama-Mu

Yesus bahkan berdoa bagi kita agar Bapa sudi memelihara kita : “peliharalah mereka dalam nama-Mu”. Bagi saya pribadi, doa ini menjadi satu jaminan yang kuat dan pasti bahwa Allah Bapa senantiasa akan memelihara dan menjaga kita, bahwa kita tidak akan ditinggalkan seperti orang yatim piatu.

Mengapa Allah sendiri yang harus menjaga dan memelihara kita? Karena kita bukanlah dari dunia – sebagaimana Yesus sendiri bukan dari dunia - namun kita ada di dunia.
Namun anehnya saudara-saudara, kerap kali permintaan dan doa-doa kita sendiri justru menghendaki agar kita semakin sesuai dengan dunia. Semakin kaya, semakin sehat, semakin cantik, semakin sukses, semakin makmur menurut ukuran-ukuran duniawi. Apakah salah doa-doa kita ini? Sama sekali tidak salah, namun kita diingatkan bahwa ukurannya bukan hal yang duniawi. Standar patokan bukan yang kelihatan. Mengapa? Dengan tepat Henry Lyte menuliskan : Di dunia berubah semua. Hormat dan nama hilang dan musnah. Bahagia tetap pada Yesus, yang tak berubah tinggal padaku.

Ukurannya bukan hal duniawi. Kita akan kecewa jika kita melihat segala sesuatu dari ukuran harta, jabatan, penampilan dan apa yang tampak saja. Bukan berarti kita tidak boleh berkecukupan, bukan. Sekali lagi itu bukan ukurannya. Bagi yang sekarang berada janganlah sombong. Jika suatu saat dunia berubah janganlah goncang. Bagi yang kurang berada janganlah minder karena ukurannya bukanlah harta. Ukurannya adalah persatuan mesra dengan Yesus. Tinggal dalam Yesus seperti Yesus tinggal dalam Bapa.


Kuduskanlah mereka dalam Kebenaran

Saudara-saudara, Yesus berdoa bagi kita. Mungkin kita pernah mendengar anak kita berdoa buat kita. Kita tentu terharu dibuatnya. Namun yang lebih menakjubkan lagi jika kita pernah mendengar doa yang dihaturkan oleh ayah-ibu kita bagi kita. Apa yang mereka doakan bagi kita? Tentu kebaikan-kebaikan yang berguna bagi kita. Kita yakin pasti bahwa doa mereka pasti didengar Allah.

Apa yang didoakan Yesus buat kita? Yesus ingin agar kita dikuduskan! Agar kita menjadi kudus. Dan rupanya inilah yang menjadi kehendak Allah bagi kita: agar kita kembali menjadi seperti sediakala, saat Adam dan Hawa belum jatuh dalam dosa. Kita kudus dan dalam persatuan yang dekat dengan Allah. Kekudusan inilah yang senantiasa diusahakan oleh Allah bagi kita. Sejak manusia jatuh dalam dosa, melalui para nabiNya, Allah berupaya agar kita kembali kepadaNya. Namun selalu gagal. Dan akhirnya Allah mengutus PuteraNya yang Tunggal untuk mendamaikan segala-galanya. Kekudusan inilah yang harus senantiasa kita upayakan.


Saudara-saudara, telah 23 hari kita berdoa bersama Bunda Maria di bulan Mei ini. Dan di hari-hari ini kita memohon agar Roh Kudus semakin Nampak bekerja dalam diri kita. Roh Kudus yang telah dicurahkan dalam pembabtisan dan krisma itu kita mohonkan untuk semakin menerangi langkah kita menuju kekudusan. Hari-hari ini kita diajak untuk memohon hal yang selama ini mungkin kita abaikan: memohon hal yang bukan duniawi, bukan sesuatu yang tampak, namun kita mohon Sang Penolong untuk menyertai langkah kita menuju kekudusan.

Jika Yesus, yang adalah Allah sendiri berdoa bagi kita, hendaklah kita juga berupaya sedapat mungkin agar doa Yesus itu tercapai, seperti jika kita mendengar doa-doa dan harapan orang tua kita pada kita.



Semoga!

23 Mei 2012 – menjelang Pentakosta: untuk Lingkungan 1 Elisabeth



Kamis, 17 Mei 2012

YESUS NAIK KE SURGA

MARKUS 16 : 15 - 20


16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.

16:16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.

16:17 Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,

16:18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."

16:19 Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.

16:20 Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.

I. PENGANTAR : KENAIKAN TUHAN DALAM KERANGKA BULAN MARIA

Saudara-saudara terkasih, hari ini kita merayakan kenaikan Tuhan. Suatu peristiwa mulia dalam hidup Yesus yang kita doakan dan kita renungkan bersama Bunda Maria dalam peristiwa mulia yang kedua.

Peristiwa utama, yang menjadi tonggak iman kita, yaitu peristiwa kebangkitan Yesus tentunya sudah kita renungkan di hari-hari bulan Mei ini, bulan Maria ini.
Memang rosario adalah devosi kepada Bunda Maria yang paling populer dan paling banyak diminati, namun kita mestinya pelan-pelan harus belajar menghayati bahwa bulan Maria berbeda dibandingkan dengan bulan Rosario, yang mana secara khusus kita hayati satu bulan penuh di bulan oktober.

Bulan Maria di bulan Mei yang senantiasa berada dalam Masa Paskah lebih hendak mengarahkan perhatian kita akan peran Bunda Maria dalam misteri hidup Kristus. Bahwa Bunda Maria telah dipilih Allah dari semula untuk menjadi Bunda Tuhan.

Sejak semula artinya sejak rencana keselamatan Allah dinyatakan. Jadi Bunda Maria bukan dipilih Allah ketika dia sudah menjadi gadis lalu Allah milih-milih: siapa ya yang pantas jadi Ibu-Ku? Bukan! Allah telah menetapkan rencanaNya sejak semula dengan matang. Karenanya kita yakin pula bahwa Bunda Maria sejak dikandung telah dibebaskan dari noda dosa. Ia telah dijaga Allah demi kepantasan sebagai BundaNya. Kita kenal hal ini dalam istilah redemptio praeservativa.

Selanjutnya Bunda Maria senantiasa hadir sejak Yesus dikandungnya, ia membesarkan Yesus, ia juga tidak melepaskan perhatiannya setelah Yesus dewasa dan mengajar banyak orang, bahkan ia juga ikut dalam penderitaan salib Puteranya, ia menerima jenasah Yesus yang wafat, ia mengalami pula Yesus yang bangkit dan naik ke surga, dan ia turut serta pula menantikan kedatangan RK sebagai penolong yang dijanjikan Yesus. Bulan Mei adalah bulan yang sangat istimewa dan selalu ada dalam Masa Paskah.

Dan hari ini kita hendak menggali lebih dalam makna kenaikan Yesus ke surga bagi kita.


II. KENAIKAN TUHAN

Saudara-saudara terkasih, jika kita ditawari pilihan : pilih mana Yesus naik ke surga atau Yesus tetap bersama dengan kita di dunia? Apa yang akan kita pilih? Tentu pilihan yang sulit bagi kita. Namun harus kita ingat bahwa Yesus sendiri mengatakan bahwa “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi” (Yoh 16:7). Mengapa? Apa gunanya bagi kita kenaikan Yesus ke surga ? Apa sih artinya bagi kita? Kalau Yesus naik ke surga, so what gitu loh? Apa hubungannya dengan kita baik sekarang ini maupun nanti?

Saudara-saudara, bacaan yang kita dengar tadi dari Injil Markus ditutup dengan kisah kenaikan Yesus ke surga. Ada tiga point utama yang hendak kita renungkan dalam Injil ini:

1. Perintah untuk pergi kesuruh dunia untuk mewartakan kabar gembira bagi setiap mahluk

2. Tanda-tanda heran yang akan menyertai mereka yang percaya

3. Yesus naik ke surga dan duduk di sisi kanan Bapa.


A. Perintah : Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala mahluk

" Euntes in mundum universum praedicate evangelium omni creaturae".


- Pergilah ke seluruh dunia

Apa artinya? Apakah kita harus berlaku seperti kaum fundamentalis: yang penting membabtis! Dari pintu ke pintu kita menggedor rumah orang untuk mewartakan Injil? Bukankah itu sebagai bentuk perwujudan untuk pergi ke seluruh dunia mewartakan Injil?

Dulu, di jaman para murid Gereja Perdana, kata-kata ini dimaknai untuk mewartakan Injil ke segala bangsa. Mulai dari bangsa Yahudi, bangsa Yunani dan bangsa-bangsa sekitar mereka. Pandangan para murid waktu itu akan dunia bukanlah seperti kita sekarang ini. Ujung dunia bagi mereka adalah Roma dan Spanyol. Dan mereka pun telah sampai ke Roma mewartakan Injil bahkan St Petrus & Paulus menjadi martir di Roma.

Ketika bangsa-bangsa mulai berkembang, ilmu pengetahuan juga berkembang: pelayaran, senjata, dsb ; disadari bahwa dunia ini bulat maka penyebaran Injil juga berkembang ke daerah-daerah misi. Termasuk Indonesia saat itu adalah daerah misi. Kita tahu bahwa Santo FX juga sampai ke Indonesia (Maluku) untuk mewartakan injil. Kita juga masih kebagian banyak pastor bule di tempat kita sebagai sisa-sisa misi (svd, sj, cm, dll) meski sekarang sudah tidak ada kiriman lagi. Mengapa? Karena sekarang kita sudah mandiri. Bahkan kita sekarang yang harus mengiirimkan para misionaris ke negara-negara lain untuk di-injili (Papua, dsb), termasuk Eropa juga yang mulai krisis imam.

lalu bagi kita sekarang ini, bagaimana kita mengartikan kata-kata Yesus untuk pergi ke seluruh dunia ini? Apakah kita juga harus pergi meninggalkan kampung halaman untuk meng-Injil-I orang lain?

Dengan kata pergi ke seluruh dunia, para murid sebetulnya diajak untuk menemukan ruang hidup yang lebih luas.
Pergi berarti beranjak melangkah keluar. Keluar dari diri kita. Keluar dari sekat-sekat yang kita buat. Bukan hanya ke negeri jauh, ke tanah misi. Atau pula kita pergi ke orang-orang yang kita anggap tidak sama dengan kita dan akan kita “Injili” dengan membabi buta. Istilah pergi ke seluruh dunia jauh lebih kaya dan lebih bermakna daripada sekedar itu.

Saudara-saudara, kita sering membuat kotak-kotak atau sekat-sekat yang menjadi dunia kita. Sekat-sekat itu misalkan orang-orang sekitar kita, yang kita kenal saja. Dunia kita kadang terbatas hanya di keluarga kita saja. Ngapain capek-capek pelayanan ke orang lain. Tidur di rumah saja bergaul mesra dengan istri dan anak lebih enak. Ngapain repot-repot? Emang dapat apa?
Atau mungkin dunia kita hanya terkotak-kotak di sekitar lingkungan kita saja, wilayah kita saja, paroki kita saja…… atau bidang itu-itu saja. Wah, ngapain belajar susah-susah itu khan keahlian orang lain. Saya bagian merangkai bunga saja wis. Urusan sing ruwet-ruwet biar pastor saja…….. ini dunia yang kita ciptakan.
Dunia yang kita buat adalah dunia yang menyangkut di mana dan bagaimana kita hidup, berbuat dan berfikir.

Dengan kata pergilah ke seluruh dunia, kita didorong untuk senantiasa terbuka menemukan hal-hal baru, dunia-dunia baru yang di dalamnya perlu Kabar Gembira itu diwartakan. Misalnya, sekarang ini ada dunia maya, dunia cyber yang juga perlu kita wartakan Kabar Gembira di dalamnya. Apakah kita sudah cukup terbuka untuk itu? Di luar dunai yang kiat ciptakan, senantiasa terbuka hal-hal baru, dunia-dunia baru untuk diInjili.

- Injil / Kabar Gembira

Apa yang kita bawa kepada dunia baru itu? Injil! Euangelion! Kabar Gembira! Bukan kabar tentang kehebatan saya, kemampuan saya, kepintaran bahkan kesucian saya. Yang harus kita wartakan adalah Kabar Gembira.
Apakah berarti saya harus membacakan Injil ke seluruh dunia? Iya! Namun terutama Injil dalam arti Kabar Gembira yang telah kita hidupi dalam keseharian hidup kita. Bukan sekedar huruf-huruf dalam Kitab Suci melainkan perintah kasih Allah yang telah kita hayati. Kitalah yang menjadi saksi bahwa Injil itu benar. Kabar Gembira itu memang membawa keselamatan. Buktinya? Aku yang menjadi buktinya! Beranikah kita?

- Kepada segala mahluk!

Kepada siapa Injil itu harus diberitakan? Kepada setiap ciptaan! Omni Creaturae – bukan sekedar mahluk hidup, apalagi hanya manusia, melainkan ke segenap ciptaan! Mengapa demikian? Karena memang wafat dan kebangkitan Yesus adalah untuk menyatukan kembali segenap ciptaan, apa yang ada di bumi maupun di surga (Efesus 1:3-10). Jadi mewartakan Injil ke seluruh dunia adalah juga kepada semua ciptaan: kepada alam sekitar kita, lingkungan hidup kita!


B. Tanda-tanda orang yang percaya : mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh

Apa artinya? Apakah juga seperti yang dipamerkan oleh orang-orang fundamentalis dewasa ini? Bahasa Roh, festival mukjijat Allah? Saudara-saudara, pelbagai tanda yang menyertai orang-orang yang percaya ini merupakan bahasa gambaran yang kerap dipakai oleh orang di jaman Kitab Suci ditulis. Tujuan utamanya untuk mengatakan bahwa semua halangan akan dapat diatasi. Bukan mereka yang percaya diajak untuk “show” debus kehebatan mereka. Jaminan yang diberikan dalam gambaran-gambaran ini sebenarnya juga telah kita alami :

- Mengusir setan : kita bahkan diwajibkan untuk bisa mengusir setan dalam diri kita sendiri (janji baptis)

- Berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru : sekarang ini Injil telah diwartakan hampir ke semua bahasa yang dapat dikenal manusia. Bahkan bukan hanya itu, bahasa-bahasa yang baru juga termasuk bahasa-bahasa IT dan teknologi.

- Memegang ular: ular adalah lambang dosa, lambang godaan. Jika kita memang percaya maka kita pun seharusnya berhasil (setidaknya berjuang selalu) melawan godaan

- Minum racun maut : siapa berani? Siapa mau? Racun adalah sesuatu yang merasuk ke dalam tubuh dan merusak dari dalam. Ini bisa berbentuk fitnah maupun perpecahan. Seharusnya kita bisa menangkal fitnah-fitnah dan sikap saling curiga yang menyandera hubungan di antara kita.

- Meletakkan tangan atas orang sakit: kita punya sakramen perminyakan yang bukan hanya menyembuhkan penyakit fisik namun terutama penyakit rohani akibat terpisah dari Allah.


C. Yesus terangkat ke surga, duduk di sebelah kanan Allah

Saudara-saudara, kembali kepada pertanyaan di awal tadi : Trus apa maknanya bagi kita kenaikan Yesus ini?

Mengapa Yesus mengatakan bahwa : lebih baik bagi kamu jika Aku pergi? Karena Yesus menginginkan kita dewasa. Dewasa dalam iman. Yesus sekarang tidak tampak lagi. Roh Nya yang akan senantiasa mendampingi kita. Iman para murid ditantang untuk menjadi iman yang semakin matang, tidak lagi terpatok pada yang kelihatan mata.
Dan lebih dari itu, bahwa sekarang ini tugas perutusan Yesus menjadi tugas kita. Kita sebagai Gereja. “Yesus butuh kita, butuh Gereja……. Jika tidak ada Gereja, siapa yang akan mewartakan Kristus?” Gereja adalah tubuh Kristus!

Jikasekarang ini kita merayakan kenaikan Yesus ke surga, seolah hari ini juga kita diingatkan akan pesan perutusan kita itu: apakah yang sudah kita lakukan untuk mewartakan kerajaan Allah? Apakah kita sudah sampai ke ujung-ujung bumi yang kita ciptakan sendiri? Apakah kita berani keluar dari sekat-sekat yang kita ciptakan sendiri? Keluar dari kemapanan kita untuk masuk ke “daerah misi” yang pasti tidak mudah dan butuh pengorbanan? Apakah kita berani mengandalkan Kristus yang sudah tidak kasat mata lagi sebagaimana dijanjikanNya dalam kata-kata terakhir injil Matius “aku besertamu sampai akhir jaman”

Apakah yang kita sampaikan memang : Kabar gembira?
Untuk Wilayah Petrus, 17 Mei 2012












Senin, 07 Mei 2012

HAL BERDOA

HAL BERDOA



 


(Injil hari Minggu pekan V Paska tahun B/II)

YOH 15: 1-8

15:1 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.

15:2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

15:3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."



Saudara-saudara terkasih, apa yang menyebabkan suatu doa itu dikabulkan? Atau sebaliknya apa yang menyebabkan suatu doa tidak dikabulkan?

Kerap orang mengeluh, saya sudah berdoa sungguh-sungguh. Sudah Rosario, sudah novena segala macam, sudah tahajud tiap malam, sudah mengunjungi gua-gua Maria di sana-sini – sudah pakai puasa segala. Tapi mengapa doa saya tetap tidak dikabulkan? Seringkali kita dihibur atau menghibur diri dengan berbagai nasehat indah: Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita, lebih dari yang kita kira. Atau juga : Indah pada waktunya. Ada yang beri nasehat bijak : Tuhan mengabulkan dengan hal lain yang lebih kita butuhkan. Kadang kita salah berdoa, kita tidak tahu benar apa yang kita butuhkan. Atau juga ungkapan nasehat-nasehat lain yang senada. Apakah nasehat-nasehat itu salah? Nasehat-nasehat itu tentunya benar adanya, namun kalau kita jujur, nasehat-nasehat itu tidak memuaskan dahaga hati kita. Jika begitu ya sudah tidak perlu berdoa panjang-panjang, cukup saja meneladan Bunda Maria : Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut sabdaMu. Cukup sudah……… apakah memang demikian?. Lalu apa gunanya kita meminta? Bukankah Tuhan sendiri bersabda: mintalah maka akan diberikan, ketoklah maka akan dibukakan…. Dan banyak ayat lain yang membuat kita memberanikan diri untuk meminta. Bahkan dalam Surat Yakobus 4:2 dikatakan bahwa “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa”. Lalu apa yang harus kita lakukan? Bagaimana seharusnya kita berdoa? Bagaimana seharusnya kita meminta?

Saudara-saudara, jika diboleh dibilang bahwa salah satu “hak” besar yang kita miliki adalah berdoa.

Apa sih berdoa itu? Berdoa adalah berbicara kepada Tuhan dan pengungkapan ekspresi jiwa kita kepadaNya. Bukan sekedar ekspresi lidah kita. Lebih baik kita berdoa dalam hati tanpa kata-kata, daripada kita berdoa dengan kata-kata tanpa hati. Doa adalah ekspresi jiwa dan hati kita akan Tuhan. Memang, berdoa bukan sekedar meminta saja. Berdoa dengan segenap diri adalah juga memuji, menyembah, berterima kasih dan berbakti kepada Tuhan – dan diantaranya juga kita berhak meminta dari Tuhan apa yang kita inginkan.

Kembali kepada permasalahan diatas. Lalu bagaimana kita harus berdoa agar kita tidak salah berdoa? Injil Yohanes yang kita dengarkan ini memberikan  kunci jawabannya. Ada dua kata kunci dalam Injil tadi yang perlu kita cermati sebagai kunci jawaban, yaitu kata TINGGAL dan kata MINTA.

TINGGAL. Rupanya kata ini menjadi satu rahasia / kunci agar doa kita didengar Allah: Tinggallah dalam Aku dan Aku dalam kamu.

Banyak orang mendekatkan diri pada Allah hanya saat dia bermasalah. Hanya saat ia merasa butuh Allah. Allah hanya sebagai jalan keluar terakhir di saat semuanya sudah mentok. Setelah kesombongan dan percaya diri tak mampu lagi bisa diandalkan, setelah dukun-dukun dan orang pintar tak lagi bisa menolong. Baru kemudian merapat ke Allah, ke Bunda Maria dengan doa-doa permohonan dan keluh kesah yang tak kunjung henti. Inilah salah satu hal yang menyebabkan doa kita sulit untuk dikabulkan Allah.

Tinggal dalam Allah mengandaikan kita bersahabat dengan Allah dalam keseharian hidup kita. Dalam Injil Lukas 11: 5 dst yang kalimatnya sangat kita kenal : mintalah maka kamu akan diberi, ketoklah maka kamu akan dibukakan….,  kita diingatkan bahwa dalam perumpamaan itu seorang sahabatlah yang mengetok pintu rumah sahabatnya. Kita harus pertama-tama menjadi sahabat Allah. Kita harus benar-benar menjadi anak Allah, sehingga bagi kita berlaku ayat : bapa manakah yang akan memberikan ular jika anaknya meminta ikan???

Tinggal dalam Allah berarti menjadi dan berlaku sebagai sahabat Allah, sebagai anak Allah. Itulah sebabnya sering kita meminta doa kepada orang yang kita anggap “lebih” : orang tua, romo, dsb – karena kita merasa bahwa setidaknya mereka adalah orang yang dekat dengan Allah, sahabat Allah. Dan kita percaya bahwa mereka akan didengar Allah. Dan seyogyanya pun kita berupaya keras menjadi dekat dengan Allah, agar kita pun bisa berdoa bagi orang lain.

Bagaimana kita bisa berlaku sebagai anak Allah atau sahabat Allah? Injil yang kita dengar tadi memberikan kuncinya : kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu.

Dekat dengan Allah berarti kita bergaul akrab dengan Dia. Bagaimana kita bergaul akrab dengan Dia? Salah satu yang utama adalah mendengarkan FirmanNya. Jika kita berdoa berarti kita berbicara dengan Allah – dan bila kita mendengar Firman Allah berarti Allah yang berbicara kepada kita. Penting mana : Allah yang berbicara atau kita yang berbicara? Ironi bahwa orang banyak berdoa namun ia tidak sempat mendengar Allah berbicara. Kita terus menerus berbicara sedangkan kita menelantarkan Tuhan yang sangat ingin berbicara dengan kita……..

Kunci kedua adalah MEMINTA: Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Apa yang seharusnya kita minta? Apa saja!!! Kita adalah anak Allah, maka kita berhak meminta kepada Bapa kita. Sering kita menasehati anak kita yang masih kecil agar jangan meminta-minta kepada orang lain: "Dik, kalau kamu ingin sesuatu, jangan minta-minta ke orang lain. Malu. Bilang saja pada ayah, oke?" Dan Yesus pun bersabda : “Jika kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya”. Bapa pasti akan mendengarkan permintaan kita.

Sewaktu saya masih anak-anak, sering kami bermain-main dengan banyak sekali anak tetangga di halaman atau di kebun. Permainan kampung : petak umpet, go back sodor, dsb. Ribut sekali. Bahkan kadang bertengkar dan ada yang menangis. Dan tak jarang rupanya ayah dan ibu berusaha memantau kami dengan mendengar dari kejauhan, dan yakinlah bahwa telinga mereka lebih ditujukan kepada suara anak-anaknya sendiri. Mungkin Allah juga demikian kepada kita. Maka mintalah apa saja dariNya!

Kita tidak akan salah meminta jika kita benar-benar tinggal dalam diriNya. Dengan tinggal dalam Dia maka kita pasti akan mengetahui hati Bapa. Kita tahu pula apa yang seharusnya kita minta. Jika kita mengabaikan tinggal dalam Bapa maka kita akan gagal meminta. Sebab jika kita sungguh-sungguh tinggal dalam Dia maka kita akan tahu pasti apa yang perlu bagi diri kita, bagi orang lain yang kita doakan. Kita pasti tahu bahwa ada hal-hal yang tidak dapat kita minta karena pasti akan dijawab dengan tidak. Anak saya tahu kalau pasti ia akan ditolak jika meminta saya beli minuman dingin untuknya, karena dia alergi akut dengan minuman manis dan dingin. Dia pasti akan minta air putih atau teh hangat saja.
Dan mengapa kita berdoa melalui Bunda Maria? Karena Maria adalah contoh dan teladan sempurna orang yang benar-benar bersatu dengan Allah : fisik dan rohani. Firman Allah itu benar-benar bersatu dalam dirinya. Sembilan bulan ia mengandung Yesus – ia menyusui Yesus dan ia mengikuti perjalanan Yesus semasa hidupNya sampai di kayu salib – sampai Ia bangkit, naik ke surga – dan sampai kedatangan Roh Kudus. Mari kita meneladan dan bersatu kepada Bunda Yesus agar kita diajar bagaimana harus dekat dengan Dia!



Selasa, 8 Mei 2012

Selamat Ulang Tahun  Adi !!!

Jumat, 04 Mei 2012

SANTA MARIA DARI MEDALI WASIAT

SANTA MARIA DARI MEDALI WASIAT


SANTA KATARINA LABOURE



Namanya, Zoe Laboure dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1806 di Fain-les-Moutiers, Perancis. Ia adalah anak kesembilan dari sebelas orang putera-puteri keluarga Pierre dan Louise Laboure. Kesebelas anak itu terdiri dari delapan orang putera dan tiga orang puteri. Pierre Laboure seorang terpelajar yang menjadi petani yang sukses. Ketika Zoe berusia sembilan tahun, ibunya meninggal dunia. Zoe sangat sedih kehilangan ibunya, ia masuk ke kamarnya, berlutut di bawah patung St. Perawan Maria dan berdoa, “Bunda Maria, sekarang engkaulah ibuku.”

Tak lama setelah ibunya meninggal, Marie-Louise, kakak perempuan Zoe, masuk Kongregasi Suster Puteri Kasih. Oleh karena itu Zoe dan Tonine, adik perempuannya, harus tinggal di rumah untuk membantu ayahnya mengatur rumah tangga dan mengerjakan sawah. Karena tugas-tugasnya itu, Zoe menjadi satu-satunya anak di keluarga Laboure yang tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah. Ia tidak dapat membaca dan menulis.

Sejak Zoe menerima komuninya yang pertama pada tahun 1818, setiap hari ia bangun pukul empat pagi, berjalan beberapa mil untuk mengikuti Misa dan berdoa di gereja. Sama seperti kakaknya, Zoe juga mempunyai keinginan yang kuat untuk masuk biara, tetapi keinginannya itu ditahannya karena tenaganya masih dibutuhkan di rumah.

Ketika usianya sembilan belas tahun Zoe mendapat mimpi yang aneh. Dalam mimpinya, ia sedang berdoa di gereja di Fains. Seorang imam tua mempersembahkan Misa. Ketika Misa telah selesai imam tua itu menunjuk kepada Zoe dengan jarinya. “Anakku,” katanya, “Merawat orang-orang sakit adalah perbuatan yang baik. Suatu hari kelak engkau akan datang kepadaku. Tuhan telah memanggilmu untuk itu. Janganlah engkau lupa.”

Pada tahun 1828 Zoe berusia dua puluh dua tahun dan Tonine dua puluh tahun. Sekarang Tonine sudah bisa menggantikan kedudukannya mengurus rumah tangga. Tibalah saatnya bagi Zoe untuk berbicara kepada ayahnya mengenai panggilan hidupnya. Pierre berusaha mencegah keinginan puterinya, maka ia mengirim Zoe ke Paris untuk tinggal bersama Charles, kakaknya yang telah menikah.

Suatu hari Zoe mengunjungi Biara Suster Puteri Kasih. Ia melihat lukisan terpampang di dinding. Lukisan seorang imam tua - imam yang mengunjunginya dalam mimpi di Fains. Zoe bertanya siapakah imam itu. “Pendiri kongregasi kami, Santo Vinsensius de Paul.” (St. Vinsensius de Paul telah wafat 200 tahun yang lalu!) Jadi, itulah rencana Tuhan.

Pada bulan Januari 1830 Zoe menjadi seorang postulan (postulan: masa percobaan, persiapan masuk biara) di Biara Suster Puteri-Puteri Kasih di Catillion-sur-Seine. Tiga bulan kemudian ia dikirim sebagai novis (Novis: biarawan/biarawati yang sedang menjalani masa percobaan sebagai latihan rohani sebelum mengucapkan kaul biara) ke Biara Suster Puteri Kasih di Rue de Bac, Paris. Zoe memilih nama Katarina.

Di Biara Rue de Bac suster Katarina memperoleh penampakan-penampakan luar biasa. Selama tiga hari berturut-turut ia mendapat penampakan hati St. Vinsensius di atas tempat reliqui St. Vinsensius disimpan. Di lain waktu ia melihat Tuhan yang Maharahim di depan Sakramen Maha Kudus; penampakan seperti ini terjadi teristimewa pada waktu Misa di mana Tuhan akan menampakkan diri sesuai dengan bacaan liturgi pada hari itu.



Pada tanggal 18 Juli, menjelang salah satu Pesta St Vinsensius de Paul yang akan dirayakan keesokan harinya, seorang Suster Superior menceritakan kepada para novis keutamaan-keutamaan Pendiri Kongregasi mereka serta membagikan kepada mereka masing-masing sepotong kain dari jubah St. Vinsensius. Dengan sungguh-sungguh Sr Katarina memohon bantuan doa St Vinsensius agar ia diperkenankan memandang Bunda Allah. Kemudian Sr Katarina pergi tidur.

Pada tengah malamnya Santa Perawan Maria menampakkan diri kepadanya. Pada jam setengah dua belas malam, terbangunlah suster Katarina, dan dengan jelas ia mendengar suara seseorang memanggilnya hingga tiga kali: “Suster Labuore”. Maka tampaklah olehnya seorang anak berumur kira-kira empat / lima tahun yang berkata kepadanya: “marilah pergi ke kapel, Santa Maria menantikan engkau”. Ia segera berpakaian, lalu diiringkan anak itu yang selalu ada di sebelah kirinya dan yang menyinarkan sinar yang terang benderang. Di dalam kapel bernyala-lah semua lilin dan lampu lainnya. Maka anak itu mengantarkannya menuju ke altar. Di sini berlututlah suster itu dan setelah menunggu setengah jam lamanya, maka sekonyong-konyong anak itu berseru: “itulah Santa Maria”. Di sebelah epistle turunlah Santa Maria, berlutut di hadapan Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi Romo Direktur. “dengan satu langkah saja”, demikian kata suster Katarina, “saya telah berada didekatnya. Tangaku kuletakkan di atas lutut Santa Maria. Itulah saat yang paling berbahagia dalam hidupku”. Dua jam lamanya Santa Maria bercakap-cakap dengan suster Katarina, tentang suatu tugas yang hendak diberikan kepadanya oleh Tuhan, dan tentang kesukaran-kesukaran yang akan dialaminya selama menjalankan tugas itu. Lalu pergilah Santa Maria. Maka anak itu menghantarnya kembali ke ruangan tidur, melalui jalan yang dilaluinya tadi. Terdengarlah olehnya bunyi lonceng dua kali: pergilah ia ke tempat tidur, namun ia tak dapat memejamkan mata.

Pada tanggal 27 Nopember 1830 pukul setengah enam sore, setelah doa meditasi selesai, sekali lagi Santa Maria menampakkan diri kepada suster Katarina di kapel. Ia memegang suatu bulatan yang diatasnya ada salibnya. Dengan menengadah Santa Maria seolah menghaturkan bulatan itu kepada Tuhan dan memintakan berkatNya. Segera permintaannya dikabulkan, lalu tampaklah pada jari-jarinya cincin-cincin yang penuh dengan permata beraneka warna, yang satu melebihi yang lainnya. Permata tadi menyinarkan sinar-sinar yang makin ke bawah makin menebal. Di waktu Santa Maria sedang diliputi oleh sinar menyilaukan mata, hilanglah bulatan itu. Maka ia memandang kepada suster Katarina, lalu membuka tangannya dan berdiri di atas bulatan dunia yang lebih besar. Di sekeliling Santa Maria terbentuk bulatan panjang dengan di atasnya tertulis kata-kata : “Ya Maria, yang dikandung tanpa noda, doakanlah kami yang berlindung kepadamu”. Lalu terdengarlah suara: “inilah lambang karunia yang kulimpahkan kepada orang-orang yang memintanya kepadaku. Suruhlah membuat sebuah medali menurut bentuk ini, dan siapa yang memakainya, akan menerima karunia besar, apalagi jika medali itu dikenakan pada lehernya. Orang yang memakainya akan menerima karunia berlimpah-limpah”. Maka dibaliklah gambaran ini dan di medali sebelah belakang terlihat huruf “M” dengan sebuah salib di atasnya dan di bawahnya dua buah hati Yesus dan Maria, yang satu bermahkota duri – yang lain tertusuk pedang, dan semuanya itu dilingkari dua belas bintang. Inilah dengan singkat cerita asal muasal medali itu. Bunda Maria meminta agar medali dengan gambar tersebut dibuat dan dogma Yang Dikandung Tanpa Dosa dihormati. Siapa saja yang mengenakan medali tersebut akan menerima rahmat dari Yesus melalui doa-doa ibu-Nya.

Makin tersebar medali ini, makin keraplah terdengar kabar bahwa banyak permintaan yang dikabulkan karena pemakaian medali itu dengan penuh kepercayaan. Sekali, diberitakan bahwa ada orang yang sekonyong-konyong sembuh dari sakitnya, dan lain lagi orang yang bertobat tiba-tiba padahal sebelumnya seolah mustahil untuk ditobatkan. Karenanya, akhirnya medali itu disebut orang sebagai medali yang bermukjijat, medali wasiat. Para ibu, yang anaknya tersesat jalan hidupnya menjahitkan medali itu dengan diam-diam ke dalam lapisan jas atau mantolnya. Dan kemudian hari si ibu melihat bagaimana anaknya tiba-tiba berbalik sama sekali kembali kepada jalan yang benar.

“Ya Maria yang dikandung tanpa noda, doakanlah kami yang berlindung padamu”, alangkah sangat indah doa ini terucap dari bibir seorang anak yang masih suci-murni, maupun di bibir seorang dewasa yang telah berdosa besar dan bertobat. Alangkah indahnya doa ini bila terucap di bibir orang-orang terpelajar maupun orang-orang biasa. Pemuda-pemudi yang khawatir akan masa depannya, khawatir akan jalan hidupnya kelak – segera mengucapkan doa yang menentramkan hati ini. Mohon pendampingan dari Bunda Yang Tak Bernoda. Si ayah yang bersusah payah mengupayakan yang terbaik bagi kehidupan keluarganya, memohon supaya ia mendapat pertolongan. Dengan jalan ini pun ibu-ibu yang khawatir akan suami dan anak-anaknya memohon kekuatan dan bantuan dari Bunda Maria. Tentara-tentara yang dalam peperangan, para pelajar yang dalam perjuangan demi masa depan, para pelaut yang dalam badai topan di tengah laut, semuanya mengucapkan doa singkat yang menghindarkan dari mara-bahaya. Orang-orang yang telah mendekati ajal, meletakkan medali itu di bibirnya dan berbisik-bisik pelahan mengucapkan doa yang terakhir : “O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”

Demikianlah Medali Wasiat dibuat dan devosi disebarluaskan. Dalam waktu yang singkat banyak orang di seluruh dunia telah mengenakannya. Namun demikian, kecuali Bapa Pengakuannya, tidak seorang pun termasuk para suster Puteri-Puteri Kasih, yang mengetahui bahwa kepada suster Katarina-lah Bunda Allah menampakkan diri.

Setelah penampakan Santa Perawan Maria kepadanya, suster Katarina melewatkan empat puluh lima tahun hidupnya sebagai biarawati dengan merawat mereka yang tua dan yang sakit di Rumah Lansia Enghien di Paris. Ia menyimpan semua rahasianya dengan bahagia, ia hanya tertarik untuk melayani Tuhan sebanyak yang ia mampu.

Pada tahun 1876 suster Katarina merasakan adanya keyakinan batin bahwa ia akan meninggal sebelum akhir tahun berlalu. Menjelang kematiannya, suster Katarina berusaha melaksanakan permintaan St Perawan Maria yang terakhir yaitu agar sebuah patung Maria dibuat. Baru pada saat itulah suster Katarina membuka rahasianya dan menceritakan segala sesuatunya kepada Suster Superior (Superior: Pembesar Biara).

Pada tanggal 31 Desember 1876 suster Katarina meninggal dunia. Suster Superior menceritakan segala rahasia yang telah dipendam demikian lama oleh suster Katarina kepada para suster Puteri-Puteri Kasih, yang dengan terkagum-kagum baru menyadari bahwa seorang kudus telah tinggal bersama mereka. Pemakaman Sr Katarina adalah pemakaman yang penuh dengan pesta dan sukacita. Segala lagu sedih dan dukacita diganti dengan lagu-lagu gembira dan ucapan syukur: bagi Sr Katarina, bagi Santa Perawan Maria dari Medali Wasiat, dan bagi Allah yang demikian Mengasihi kita.

Pada tahun 1933, lima puluh tujuh tahun setelah St Katarina dimakamkan, makamnya dibongkar. Mereka mendapati jenasah St Katarina dalam keadaan segar sama seperti pada saat ia dimakamkan. Matanya tetap biru dan indah, kedua belah tangan dan kakinya lemas dan tidak kaku, seolah-olah ia sedang tidur. Jenasah St Katarina dibaringkan dalam peti kaca dan ditempatkan dekat altar Kapel di 140 Rue du Bac, Paris, tempat di mana Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.



Jika kita mengunjungi Kapel Penampakan, kita dapat memandang wajah serta bibir St Katarina; bibir yang telah menyimpan rahasia besar selama empat puluh enam tahun, rahasia yang telah menggoncangkan dunia.

Pada tanggal 27 Juli 1947 Sr. Katarina dinyatakan sebagai santa oleh Paus Pius XII. Pestanya dirayakan pada tanggal 28 November, sehari setelah Pesta Santa Perawan Maria dari Medali Wasiat.



Dari beberapa sumber

“O Maria, sine labe originali concept, intercede pro nobis, qui ad te confugimus”.

Mei 2012



FX. Sutjiharto