Kamis, 22 Maret 2012

Markus 9:1 Siapa yang tidak mati sebelum Kerajaan Allah datang?

Seorang teman bertanya melalui BBM :

Markus 9:1


Kata-Nya lagi kepada mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.'

Pertanyaannya : siapa sih yang dimaksud dg yang nggak akan mati? Berarti sampai sekarang masih hidup dong!




Dear Bu Mega,

Ayat yang ibu tanyakan memang tergolong ayat yang controversial dan menimbulkan banyak pendapat di kalangan para ahli tafsir Kitab Suci. Namun coba kita lihat dan kaji secara agak sederhana.



PARARELISME AYAT

Ayat yang sama (Markus 9:1) dan senada kita jumpai juga dalam Injil Sinoptik lainnya :

• Matius 16:28 : Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."

• Lukas 9:27 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.


TEKS

Coba kita lihat teks dalam bahasa Yunaninya, :

kaielegenautoiVamhnlegwuminotieisintineVtwnwdeesthkotwnoitineVou mhgeuswntaiqanatouewVanidwsinthnbasileiantouqeouelhluquianendunamei

And he said unto them, Verily I say unto you, That there be some of them that stand here, which shall not taste of death, till they have seen the kingdom of God come with power.



KATA KUNCI

Beberapa kata kunci bisa kita dapatkan dari teks Injil-injil Sinoptik diatas, diantaranya :

1. Yang tidak akan mati bukan satu orang (singular) melainkan jamak (plural : mereka). Jadi tidak mengacu pada satu orang saja.

2. Mereka tidak akan mati sebelum melihat : Kerajaan Allah berkuasa (Markus dan Lukas); Anak Manusia datang sebagai raja dalam KerajaanNya (Matius).

Jadi jelas bahwa yang dimaksud dengan dia yang akan mati bukanlah satu orang saja melainkan beberapa orang. Memang ada yang mengatakan bahwa itu Yohanes Penginjil, murid yang dikasihi Yesus dengan mengacu kepada Wahyu 19 - 22, bahwa Yohanes melihat pengelihatan Yesus sebagai Raja. Namun hal ini kurang tepat mengingat bukti tekstual Alkitab tidak menunjuk kepada "satu orang saja" melainkan kepada "beberapa orang" karena ditulis dengan bentuk jamak.

Ada pula yang mengatakan bahwa sebagian dari kedua-belas murid tidak akan mati sebelum mereka melihat Yesus sebagai Raja.



Kata kunci yang kedua adalah kaitannya dengan Kerajaan Allah. Hal ini bukanlah berarti kedatangan Yesus di akhir jaman (sebagaimana banyak ditafsirkan orang, sehingga mengira orang tersebut sampai sekarang pun masih hidup). Karena makna "Kerajaan Allah" itu cukup luas. Mari kita lihat beberapa ayat yang mengacu pada Kerajaan Allah :



* Matius 6:33

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.


* Matius 12:28

Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.


* Matius 21:43

Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.


* Lukas 17:21,

juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.



Dari ayat-ayat ini bisa kita lihat bahwa maksud dari Kerajaan Allah datang dengan kuasaNya - bukan berarti akhir jaman – meski memang pada akhir jaman kepenuhan Kerajaan Allah akan terwujud. Kerajaan Allah berarti Allah yang menjadi raja. Allah yang memerintah, menguasai segala sesuatu – termasuk diri kita. Bagaimana Allah bisa menjadi raja? Allah menjadi raja ketika kita dengan sadar, tahu dan mau menjadi hambaNya. Kita mempersilakan Dia untuk menguasai seluruh hidup kita.



MELIHAT KONTEKS DEKAT DAN KONTEKS JAUH DARI TEKS MARKUS 9:1

Bagaimana caranya agar Kerajaan Allah itu bisa terwujud? Kita mendapatkannya dengan melihat konteks dekat dan konteks jauh dari teks Markus 9:1.

SEBELUMNYA Yesus berbicara mengenai syarat-syarat mengikuti Dia (menyangkal diri, memanggul salib dan mengikuti Dia). Inilah cara kita mewujudkan penyerahan diri kepadaNya agar KerajaanNya terlaksana. Dengan mengikuti syarat-syarat itu Kerajaan Allah itu pun bisa kita “nikmati” (antisipasi) saat kita masih hidup, saat kita menyerahkan diri kepadaNya dan saat kita bersatu dengan Dia, terutama dalam sakramen-sakramenNya – utamanya dalam Ekaristi. Dan kita pun mempunai tuga suntuk senantiasa mewujudkan Kerajaan Allah itu disekitar kita (ite missa est – Mari Pergi kita diutus)

Di sisi lain, jika kita lihat perikop SETELAH Markus 9 : 1 – kita lihat bahwa sebenarnya Yesus hendak berbicara mengenai peristiwa transfigurasi, dimana IA menunjukkan kemuliaanNya di atas gunung bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes. Dalam peristiwa itu Yesus menunjukkan kemuliaanNya sebagai Raja. Di mana Ia lebih besar dari Elia, nabi besar bangsa Israel yang diyakini tidak mati melainkan langsung diangkat ke surga bersama keretanya (2Raj 2:11 – Kisah tentang Elia bisa dibaca di 1 dan 2 Raja-raja). Juga Yesus lebih besar dari Musa, nabi terbesar Israel yang telah menuntun mereka keluar dari perbudakan Mesir dan menerima sepuluh Firman Allah. Kedua nabi besar ini mewakili dua bagian utama Perjanjian Lama, yaitu Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi. Dan suara Allah dari balik awan menegaskan siapa Yesus sebenarnya, yaitu Putera Allah yang Terkasih.

Ketiga Murid yang bersama Yesus itu telah melihat Dia datang sebagai Raja dalam peristiwa transfigurasi itu. Namun yang terlebih penting adalah pesan Yesus bahwa mereka tidak boleh menyampaikan peristiwa itu sebelum Anak Manusia Bangkit dari antara orang mati.

Kerajaan Allah sudah dimulai dan menjadi nyata pada Hari Kebangkitan Yesus dari kuburNya. Saat itulah Dia mengalahkan kuasa kegelapan, yaitu kematian. Dan saat kebangkitan itu benar-benar dialami oleh para murid Yesus. Jadi apa yang dikatakan Yesus pun tergenapi.



Jadi kesimpulannya:

- Ayat Markus 9:1 tidak berbicara mengenai satu orang saja – melainkan beberapa orang

- Kerajaan Allah yang dimaksud di sini bukan akhir jaman melainkan bisa berarti peristiwa transfigurasi dan terlebih saat Kerajaan Allah menjadi nyata, yaitu saat Yesus bangkit dari mati mengalahkan kuasa kegelapan

- Peristiwa kebangkitan Yesus dialami orang para muridNya – dan mereka pun menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta. Roh Kudus inilah yang menjadi penolong dan pemandu mereka meneruskan dan menyebarkan Kerajaan Allah hingga kepenuhannya di akhir jaman



Terima kasih, selamat mempersiapkan Paskah!



FX. Sutjiharto

serambisalomo@yahoo.com


dari berbagai sumber





Kamis, 15 Maret 2012

YA HARAPAN ISRAEL (EXPECTATIO ISRAEL)


Marilah kita berdoa bagi para calon imam dan para imam kita :


Doa Panggilan Vinsensian: “Expectatio Israel” (Exegese)



Oleh: Armada Riyanto, CM

Pengantar§

Doa Expectatio Israel adalah doa panggilan. 224 tahun sesudah St. Vinsensius wafat, doa ini diciptakan dan diresmikan sebagai doa memohon panggilan pekerja-pekerja di ladang Tuhan bagi “Serikat Kecil” Kongregasi Misi dan Puteri Kasih. Penciptanya adalah Romo Superior Jenderal A. Fiat, CM., ( 1878-1914). Tahun 1884, sebagaimana termuat dalam Annales de la Congregatie Tome XLIX hal 323-324, Bapa Suci Paus Leo XIII menganugerahkan indulgensi 200 hari sekali sehari kepada anggota keluarga Vinsensius, CM dan PK yang dengan kebaktian dan hati yang bertobat mendoakannya untuk pekerja-pekerja yang baik di ladang Tuhan.



Expectatio Israel

Salvator eius in tempore tribulationis
Propitius de caelo respice, vide et
visita vineam istam, rivos ejus inebria
multiplica genimina ejus,
et perfice quam plantavit dextera tua.
Messis qiudem multa, operarii autem pauci.
Rogamus ergo te Dominum messis,
ut mittas operarios in messem tuam.
Multiplica gentem et magnifica
laetitiam ut aedificentur muri Jerusalem.
Domus tua haec, Domine Deus, Domus tua haec;
non sit in ea, queso, lapis quem
manus tua sanctissima non posuerit.
Quos autem vocasti,
serva eos in nomine tuo
et sanctifica eos in veritate. Amen
Sancte Joseph, ora pro nobis,
Sante Vincenti, ora pro nobis.



Ya Harapan Israel

Sang Penyelamat di saat yang sulit
pandanglah dengan belas kasih dari surga,
lihatlah dan kunjungilah ladang anggurMu,
alirilah kali-kalinya,
pergandakanlah bibit mudanya
dan selesaikanlah apa yang Kau tanam dengan tanganMu sendiri
Panenan memang berlimpah,
namun sedikitlah pekerjanya.
Karena itu, kami mohon kepadaMu yang empunya panenan,
agar Engkau mengutus pekerja-pekerja ke panenanMu.
Perlipatgandakanlah bangsa ini
dan datangkanlah sukacita yang lebih besar,
agar dibangunlah benteng Yerusalem

Ini rumahMu, ya Tuhan, ini rumahMu:
jangan ada batu di sana yang tidak Kau pasang sendiri dengan
tanganMu yang Mahasuci.
Adapun yang telah Kau panggil,
jagalah mereka dalam namaMu
dan kuduskanlah mereka dalam kebenaran.

Amin.

Santo Yoseph, doakanlah kami
Santo Vinsensius, doakanlah kami.

Doa Expectatio Israel tidak berasal dari St. Vinsensius, pun tidak dari jaman ketika St. Vinsensius hidup. Maka, dapat dikemukakan beberapa soal: Apa arti doa Expectatio Isarel? Mengapa doa ini dimunculkan? Adakah doa ini diinspirasikan oleh semangat, gagasan, sikap dasar pendiri, ataukah hanya sekedar memenuhi tuntutan kebutuhan pada waktu itu (pada waktu doa ini dibuat Bagaimanakah pandangan pendiri tentang doa mohon panggilan? Apa arti doa mohon panggilan ini bagi keluarga Vinsensius? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak untuk mencurigai sekitar kemunculan doa Expectatio Israel, melainkan justru untuk mengungkapkan penghargaan yang tinggi sekaligus sikap hormat dalam upaya menggali warisan tak ternilai kongregasi yang hingga sekarang masih tetap aktual. Bertolak dari pertanyaan-pertanyaan itu pula, tulisan ini hendak menggapai pengertian yang benar tentang doa indah Expectatio Israel, menyelami kedalaman makna ungkapan-ungkapannya, dan menghayati semangat yang diinspirasikannya dalam kita menjawab panggilan Tuhan sebagai anggota keluarga Vinsensius pada umumnya, dan sebagai anggota “Serikat Kecil” CM dan PK pada khususnya.

I. Mengapa Doa Panggilan

Santo Vinsensius “tak berani” memohon panggilan bagi serikatnya. Ia sangat yakin panggilan dalam serikatnya sama-sekali tergantung dari Tuhan. Tuhan yang mendirikan, Tuhan pulalah yang memimpin, meneruskan, dan menjaga kelestarian hidup serikat.

“…, siapakah yang mendirikan serikat ini? Siapakah yang memberi tugas kepada kami untuk pergi ke misi, mempersiapkan para calon imam, memberi konferensi-konferensi, mengadakan retret-retret, dan sebagainya? Apakah saya? Juga, apakah Romo Portail yang sejak awal dikehendaki Tuhan untuk bekerja sama dengan saya? … Jadi, siapakah yang menjadi sebab semuanya ini? Tuhan, ya semua ini karena penyelenggaraan Ilahi Bapa Surgawi dan kebaikanNya yang murni” (XI, 38).

Juga, “semua orang di dunia ini berpendapat bahwa serika kita berasal dari Allah” [1]

Keyakinan dasar St. Vinsensius ini membawa dirinya pada pandangan dan sikap teguh untuk senantiasa menyandarkan segala-galanya kepada penyelenggaraan ilahi. Bulla Salvatoris nostri 12 Januari 1633 yang merupakan surat resmi pengesahan kehadiran CM oleh Paus Urbanus VIII, demikian dikutip Romo van Winsen, menegaskan keyakinan dasar St. Vinsensius ini. [2] Sedemikian besar penyerahan diri pada kehendak Tuhan sampai St. Vinsensius tidak pernah merasa tergesa-gesa untuk segera memperluas dan menyebarkan anggota-anggota Serikat Kecilnya. Surat kepada Romo Portail 16 Oktober 1635 menunjukan sikap teguh penyerahan diri Vinsensius itu. “Ah, Romo, betapa saya cemas di hadapan jumlah yang besar dan di hadapan perkembangan. Dan betapa kita mempunyai alasan untuk memuji Allah, karena Dia memberi kesempatan kepada kita untuk menghormati jumlah kecil para pengikut PuteraNya”.[3]

Santo Vinsensius menyerahkan pertambahan jumlah anggota-anggotanya melulu kepada penyelenggaraan Tuhan. Dia tidak tergesa menyambut gembira usaha-usaha untuk menambah jumlah anggotanya jika belum sedemikian jelas selaras dengan kehendak Tuhan. Bahkan juga, sesudah pendirian Seminarium Internum (Red: Novisiat) pertama tahun 1637 di Zaint-Lazare, masih kita jumpai surat Vinsensius yang mengungkapkan pandangan tak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya; tak sedemikian berminat untuk mengusahakan pertambahan pekerja-pekerja di ladang Tuhan dalam Serikat Kecilnya.[4] Tak dijumpai doa-doa atau devosi-devosi yang dimaksudkan untuk memohon panggilan bagi Kongregasi Misi, apalagi aksi panggilan.

Tetapi, pandangan teguh dan suci St. Vinsensius ini mengalami perkembangan pada masa-masa 1650-an.[5] Tanggal 12 Nopember 1655, dalam suratnya kepada Romo Etienne Blatiron, Superior Genoa-Italia, St. Vinsensius mengungkapkan isi hatinya:

“Saya bersyukur kepada Tuhan karena devosi yang tidak biasa yang telah Romo rencanakan sendiri untuk diadakan dengan maksud memohon kepada Tuhan lewat perantaraan St. Yoseph bagi perluasan serikat. Saya sendiri sangat memohon kebaikan ilahiNya agar sudi menerima kebaktian-kebaktian itu. Selama lebih dari 20 tahun saya tidak berani berdoa memohon perluasan kongregasi, sebab saya berpikir jika kongregasi ini karya Tuhan sendiri, maka kelestarian maupun perkembangannya pulalah, diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Tetapi sekarang, setelah merenungkan pesan Tuhan yang diberikan dalam InjilNya untuk selalu memohon pekerja-pekerja bagi panenannya, saya menjadi yakin betapa perlu dan berguna kebiasaan kebaktian berdoa memohon panggilan itu”.[6]

Yang menarik untuk diperhatikan ialah bahwa devosi-devosi berdoa memohon panggilan itu tidak berasal dari Vinsensius sendiri, melainkan dari Komunitas Genoa. Hal ini jelas sebab diceritakan sendiri oleh St. Vinsensius setahun sebelum surat itu ditulisnya. Rupanya Komuinitas Genoa menghadapi banyak permintaan untuk bekerja di berbagai keuskupan.[7]

Demikian selanjutnya, sikap dasar penyerahan diri kepada penyelenggaraan ilahi berkembang dan meraih kesempurnaannya dalam cetusan sikap aktif anjuran untuk berdoa dan memohon agat Tuhan mengutus pekerja-pekerja bagi panenanNya, sebagaimana disarankan Tuhan sendiri dalam Pewartaan Kabar GembiraNya.[8]
Terhadap perkembangan sikap dasar Vinsensius ini, kita memang dapat bertanya dan memandangnya dari kenyataan situasi-kondisi yang berlangsung waktu itu. Pendirian Seminarium Internum pertama tahun 1637, misalnya. Mengapa? Pada masa-masa itu, dapat dikatakan jumlah panggilan tidak menjadi masalah. Bahkan di kota Paris saja terdapat sepuluh ribu imam dan di kota-kota lain bercokol sejumlah imam dan biarawan-biarawan yang tidak berbuat apa-apa. Sementara itu di desa-desa kosong, atau jika ada imamnya umumnya bodoh.[9]
Itu sebabnya langkah mendesak dan tepat yang harus diambil adalah mengarahkan segala kegiatan kepada usaha untuk mendidik para petugas gerejani (imam-imam) pada waktu itu. Lagi pula dalam, tahun-tahun itu juga (1625-1637) terdapat sekitar 35 imam klerus serta 20 bruder masuk dalam “Serikat Kecil”. Tahun –tahun pertama pendirian Seminarium Internum, secara statistik calon yang masuk bertambah dari tahun ke tahun dengan pesat sekali. Tercatat dalam Notices sur les Pretres, Clercs et Freres Dèfunts[10] ada 318 imam klerus dan 146 bruder yang menyediakan diri untuk dibimbing oleh St. Vinsensius.[11] Barangkali juga karena inilah, doa dan kebaktian-kebaktian memohon panggilan belum perlu.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, setelah tahun 1650 secara statistik jumlah calon yang masuk mengalami kemunduran.[12] Sebab kemunduran antara lain karena situasi politik dan perang. Tak diketemukan data lebih jelas mengapa terjadi kemunduran jumlah panggilan. Agaknya, kemunduran jumlah panggilan ini tak hanya menimpa Serikat Kecil CM, melainkan juga serikat-serkat yang lain.
Selama kurun waktu 1625-1655, St. Vinsensius telah mendirikan 26 rumah di Perancis dan telah memberangkatkan imam-imamnya ke Polandia, Irlandia, Madagaskar (1648) dll. Dalam kesempatan yang lain dia juga diminta mengutus imam-imamnya untuk bekerja dalam karya-karya, seperti imam militer, yang sebelumnya tak pernah dilakukan. Sejumlah Kardinal dan Uskup Italia terus mendesak romo-romo CM untuk bekerja di keuskupannya.[13]

Melihat desakan banyak permintaan dan kebutuhan, St. Vinsensius menyadari bahwa Serikat Kecilnya, berkat kebaikan Tuhan, telah mengalami kemajuan-kemajuan, dan dia makin sadar akan kehendak Tuhan untuk senantiasa berusaha menjaga dan mempertahankan kelestariannya. Kemajuan-kemajuan yang sudah dicapai berkat kebaikan Tuhan itu perlu diteruskan. Untuk itu dibutuhkan sejumlah pekerja yang siap menuai panenan. Agaknya, kongregasi menemukan persoalan berhubung dengan makin sedikit calon yang masuk. Apalagi, sampai dengan tahun 1655, jumlah konfrater yang meninggal 30; belum temasuk mereka yang keluar dari kongregasi, kembali ke keuskupan-keuskupan mereka, dan juga belum termasuk mereka yang dikeluarkan oleh Vinsensius dari kongregasi.[14] Pendek kata, situasi yang membelit Vinsensius dan Serikat Kecilnya pada masa itu ialah di satu pihak “panenan berlimpah”, terbukti dengan makin banyaknya kebutuhan dan perlunya mempertahankan kemajuan-kemanuan karya serikat, tetapi di lain pihak, “sedikit pekerjanya”. Dari sebab itu, tepatlah upaya yang harus diambil untuk senantiasa berdoa kepada Yang Empunya panenan, agar berkenan mengutus pekerja-pekerja ke panenanNya (Mat 9:37-38; Luk 10:2).

Di kalangan Suster-suster Puteri Kasih, situasinya tak jauh berbeda: Banyak kebutuhan, sementara suster-suster yang siap diutus jumlahnya tak dapat menjangkau. Surat St. Luisa kepada St. Barbe Angiboust 29 Maret 1656 rupanya dapat menjadi indikasi persoalan yang dihadapi: “Saya mohon suster sudi terus berdoa memohon agar Tuhan kita mengutus pekerja-pekerja yang baik demi karyaNya, sebab – suster mungkin tidak percaya – betapa banyak daerah meminta suster-suster kita, tetapi betapa sedikit suster-suster yang ada untuk diutus”.[15]

Demikianlah kiranya kita melihat St. Vinsensius mendukung kebaktian dan doa-doa panggilan dari Komunitas Genoa dan setiap kali menyerukan agar kebiasaan baik itu diteruskan dengan perenungan dan penghayatan. Dan, kemudian juga St. Luisa meminta doa-doa dengan intensi yang serupa, memohon panggilan.

Mengapa doa panggilan (Expectatio Israel) yang dipakai sekarang, ciptaan Rm. A. Fiat (1878-1914)? Apakah pada jaman Vinsensius tidak dimunculkan doa panggilan yang seragam bagi CM dan PK? Atau, mengapa baru muncul doa panggilan yang resmi dan seragam pada abad ke-19?

Pertanyaan-pertanyaan ini memang patut kita ajukan. Tetapi yang jelas, tak ditemukan informasi tentang adanya doa panggilan yang sama dan resmi di kalangan keluarga Vinsensius, PK dan CM. Kendati demikian, jelas pulalah bahwa dasar adanya doa Expectatio Israel sangat diinspirasikan oleh semangat dan cita-cita St. Vinsensius. Kemunculan doa Expectatio Israel seolah menjadi cetusan harapan Vinsensius abad ke-17, meski baru muncul abad ke-19.

Doa panggilan bagi keluarga Vinsensius tidak mengurangi semangat penyerahan diri kepada penyelenggaraan Tuhan, yang sejak awal sangat ditekankan oleh pendiri. Berdoa untuk panggilan justru menampakan partisipasi aktif sebagai “teman kerja” Tuhan dalam menuai panenanNya. Penghayatan yang benar dan sikap hati bertobat yang kita cetuskan dalam setiap kali berdoa untuk panggilan justru membawa peneguhan dan kekuatan baru dalam pengabdian kepada Tuhan. Dan yang bisa kita kerjakan barangkali kecil saja. Tetapi baiklah kita selalu memohon kepadaNya agar dengan yang kecil itu, kita dapat memuliakan namaNya.

II. Teks Doa Expectatio Israel

Dikemukan dua versi, Latin dan Indonesia. Expectatio Israel pertama kali ditulis dalam bahasa Latin. Kejelasan makna dan maksud teks biasanya diketemukan dalam perbandingan seperti ini. Jadi, teks Latin dan Indonesia dipaparkan tidak semata untuk “mengecek” terjemahan, melainkan untuk mendalami pengertiannya.
Ada dua versi terjemahan Indonesia yang dipakai CM dan PK. Tetapi kami menggunakan terjemahan CM.[16]

Expectatio Israel - Ya Harapan Israel

Salvator eius in tempore tribulationis : Sang Penyelamat di saat yang sulit
Propitius de caelo respice, vide et : pandanglah dengan belas kasih dari surga,
visita vineam istam, rivos ejus inebria : lihatlah dan kunjungilah ladang anggurMu
multiplica genimina ejus, et perfice : alirilah kali-kalinya, pergandakanlah bibit mudanya
quam plantavit dextera tua. Messis : dan selesaikanlah apa yang Kau tanam dengan
qiudem multa, operarii autem pauci. : tanganMu sendiri. Panenan memang berlimpah,
Rogamus ergo te Dominum messis, : namun sedikitlah pekerjanya. Karena itu kami
ut mittas operarios in messem tuam. : mohon kepadaMu yang empunya panenan, agar
Engkau mengutus pekerja-pekerja ke panenanMu
Multiplica gentem et magnifica : Perlipatgandakanlah bangsa ini dan datangkanlah
laetitiam ut aedificentur muri Jerusalem. : suka yang lebih besar, agar dibangunlah benteng Yerusalem

Domus tua haec, Domine Deus,:  Ini rumahMu, ya Tuhan, ini rumahMu: jangan ada batu di
Domus tua haec; non sit in ea, queso, : sana yang tidak Kau pasang sendiri dengan tanganMu yang
lapis quem manus tua sanctissima : Mahasuci. Adapun yang telah Kau panggil, jagalah mereka non posuerit. Quos autem vocasti, : dalam namaMu dan kuduskanlah mereka dalam kebenaran.
serva eos in nomine tuo et sanctifica : Amin.
eos in veritate. Amen

Sancte Joseph, ora pro nobis, : Santo Yoseph, doakanlah kami
Sante Vincenti, ora pro nobis. : Santo Vinsensius, doakanlah kami.

Keunikan dan Kesulitan Doa Expectatio Israel

Keunikan merupakan keunggulan, keindahan, kekayaan, kedalaman, kekhasan, dan kesendirian lain daripada yang lain, tetapi keunikan sekaligus membawa kesulitan-kesulitan tersendiri bagi kita dalam menggali makna, maksud dan pengertian serta nuansa-nuansanya.

1. Keunikannya:

1. Seluruh doa dibangun dari kata-kata Kitab Suci. Karakter biblis sangat menonjol.

2. Kaya akan bahasa gambaran. Ini menunjukan doa Expectatio Israel tak hanya suatu doa yang hidup, mengungkap pengalaman mendalam, sekaligus juga menyimpan kekayan makna yang melimpah dan membuka perspektif perenungan dan penghayatan yang luas.[17]

3. Doa Expectatio Israel membentuk suatu syair/puisi [18] yang indah. Biarpun dirangkai dari untaian ratapan, permohonan, penyerahan diri, doa-doa Kitab Suci yang berasal dari aneka kitab, doa Expectatio Israel akan menampakan kesatuan pesan yang utuh dan indah, yang akan dijelaskan lebih lanjut.

Expectatio Israel: Doa Kitab Suci [19]

Ya Harapan Israel, Sang Penyelamat di saat yang sulit (Yer 14:8a), pandanglah dengan belas kasih dari surga, lihatlah dan kunjungilah ladang anggurMu (Mzm 80:15b-c), alirilah kali-kalinya, pergandakanlah bibit mudanya (Mzm 65:11a-b) dan selesaikanlah apa yang Kau tanam dengan tangan kananMu sendiri (Mzm 80:16). Panenan memang berlimpah tetapi sedikitlah pekerjanya. Karena itu kami mohon kepadaMu yang empunya panenan, agar Engkau mengutus pekerja-pekerja ke panenanMu (Mat 9:37-38; Luk 10:2).

Perlipatgandakanlah bangsa ini dan datangkanlah suka cita yang besar (Yes 9:2a), agar dibangunlah benteng Yerusalem (Neh 2:17c). Ini rumahMu, ya Tuhan, ini rumahMu (1 Taw 22:1b): Jangan ada batu di sini yang tidak Kau tempatkan sendiri dengan tanganMu yang Mahasuci (-). Adapun yang telah Kau panggil (1 Sam 3:8), jagalah mereka dalam namaMu (Yoh 17:11) dan kuduskanlah mereka dalam kebenaran (Yoh 17:17). Amen.

St. Yoseph, doakanlah kami
St. Vinsensius, doakanlah kami.

2. Kesulitannya:

1. Doa Expectatio Israel adalah doa panggilan. Muncul kesulitan baru berhubung dengan keunikan bahwa seluruh doa ini dibangun dari kata-kata Kitab Suci, yang tidak seluruhnya diambil dari konteks yang sama, konteks panggilan

2. Doa Expectatio Israel, karena dibangun dari kutipan-kutipan Kitab Suci, timbul kesan “comotan”. Tetapi, kesan ini disisihkan sebelum sampai pada akhir penggarapan. Praduga yang tidak berdasar, tidak bisa diterima.

Susunan dan Analisa Teks Doa Expectatio Israel

Expectatio Israel dapat dibagi menjadi dua bagian:

1. Permohonan kepada Tuhan agar mengutus pekerja-pekerja ke panenanNya.
2. Permohonan kepada Tuhan agar menguduskan pekerja-pekerjaNya yang telah dipanggilNya.

Doa ini syarat dengan bentuk-bentuk kalimat perintah (imperatif), tetapi tentu saja lebih merupakan suatu permohonan atau harapan.
Pada bagian pertama, doa ini terdiri atas enam (6) kata yang membangun kalimat-kalimat imperatif atau harapan: Pandanglah (respice); lihatlah (vide); kunjungilah (visita); alirilah (inebria); pergandakanlah (multiplica); selesaikanlah (perfice); dan satu bentuk konjungtif (permohonan): agar Engkau mengutus (mittas). Perhatikanlah kata-kata kerja yang digunakan: pandanglah, lihatlah, kunjungilah,… dan selesaikanlah. Kata-kata ini menampakan hubungan yang berantai, mempunyai urutan-urutan waktu pelaksanaan. Urutan kata-katanya seolah ditata secara kronologis.

Pada bagian kedua, kita jumpai empat kata yang menyusun kalimat imperatif: Perlipatgandakanlah (multiplica); perbesarlah (magnifica); jagalah/peliharalah (serve); kuduskanlah (sanctifica). Yang menarik kita perhatikan pada bagian kedua ini ialah suasana “penyerahan diri” yang jelas ditampilkan. Hal itu tampak dalam kata-kata, “ini rumahMu, ya…”. Tentu semangat ini, semangat bahwa kongregasi adalah bentukan Tuhan dan dengan demikian adalah milik Tuhan sendiri, selalu harus ditonjolkan. Dan semuanya ini akan kita lihat.

Jika melihat bahwa doa Expectatio Israel ini menampilkan diri sebagai doa yang relatif singkat, tetapi memiliki 10 kata permohonan, tentu kita dapat bertanya apa saja yang menjadi objeknya, apa saja yang dimohonkannya adalah ladang kebun anggur (vineam istam); kali-kalinya (rivos eius); bibit mudanya (genimina eius); apa yang Kau tanam dengan tangan kananMu (quam plantavit dextra tua); bangsa (gentem); kegembiraan (laetitiam); mereka yang telah Kau panggil (eos quos vocasti).

Tidak semua objek menunjuk pada maksud arti yang sama. Tetapi jelas kita jumpai sebutan-sebutan, seperti juga pada kata kerjanya, yang sering kali merupakan “bahasa gambaran”. Bahasa gambaran ini sedemikian menonjol dalam doa ini, sampai seolah-olah doa ini melulu dikuasai oleh bahasa gambaran. Kita dapat mendaftar bahasa gambaran ini sekali lagi: panenan, pekerja-pekerja, benteng Yerusalem, rumah, batu, tempat (Kau tempatkan), tangan. Maka tak perlu disangsikan bahwa doa ini dibangun dalam “fondasi” bahasa gambaran, yang kesemuanya “tersebar” dalam aneka kitab dengan konteks-konteks dan latar belakangnya sendiri-sendiri. Konsekuensi dari kenyataan ini adalah muncul persoalan-persoalan: Apa arti masing-masing bahasa gambaran itu? Apa hubungannya satu dengan yang lain? Bagaimanakah untaian bahasa gambaran itu menampilkan sebuah doa panggilan yang Vinsensian? Lalu, apa sumbangan doa panggilan Vinsensian ini bagi suatu penghayatan hidup panggilan pada umumnya?

Bahasa gambaran dalam doa ini merupakan “jantung” doa. Maka jika kita ingin mengertinya, kita harus menggali setuntas mugkin bahasa gambaran itu.

III. Exegese Doa Expectatio Israel

Dengan exsegese maksudnya, kita menyimak apa yang mau kita katakan. Doa expectatio dapat diexsegesekan sebab dibangun atas dasar Kitab Suci. Metode yang hendak digunakan ialah exegese per perikop (per bagian dari mana perikop Kitab Suci itu diambil)[20]

1. Expectatio Israel: Salvator eius in tempore tribulationis (Yer 14:8a)

Teks ini merupakan kutipan langsung dari teks Vulgata. Dalam doa, perikop ini diterjemahkan “Ya Harapan Israel, Sang Penyelamat di saat yang sulit”. Dalam penggunaan kosa kata, terjemahan ini bebeda dengan LAI namun dalam arti nampak sama.

Kalau mau mengerti doa ini, tentu kita bertanya: Apa artinya Expectatio Israel? Mengapa Tuhan, dalam doa ini, dipanggil Expectatio Israel? Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk lebih memudahkan kita melacak dan menemukan arti yang sesungguhnya.

Kita melihat teks-konteks dan latar belakang perikop. Perikop ini diucapkan oleh Nabi Yeremia dalam teks Yer 14:1-15:4, Firman Tuhan yang datang kepada Yeremia mengenai musim kering. Magna siccitas in Iudaea: orat propheta pro populo, sed eius oratio reicitur (musim kering yang berkepanjangan di Yudea: Nabi berdoa untuk bangsanya, tetapi doanya ditolak). Keseluruhan perikop ini kemungkinan besar dikatakan pada pemerintahan Raja Yoyakim (bukan Yoyachim!) yang memerintahYehuda tahun 609-598 SM. Jadi, dua belas tahun sebelum kerajaan dihancurkan dan pembuangan Israel ke Babilon. Pada jaman pemerintahannya, Israel menghadapi bermacam-macam kemelut pertempuran dan krisi yang berkepanjangan (II Raja 23:36-24:7; juga 2 Taw 36:5-8). Raja Yoyakim adalah taklukan Raja Firaun Neko, Mesir (II Raj 23:34). Karenanya dia harus berafiliasi ke Mesir. Tambahan lagi Yoyakim melakukan apa yang jahat di mata Tuhan tepat seperti yang dilakukan oleh nenek moyangnya (II Raj 23-37). Tahun 604 SM (5 tahun pertama dalam pemerintahannya), Raja Nebukadnezar menyerbu kerajaannya, takluklah Raja Yoyakim. Maka, goncanglah kehidupan politik kerajaan Yehuda! Tidak hanya itu, pada masa-masa itu pula Israel dilanda krisis panggilan, tiada nabi sejati. Sementara raja lemah sekali dan kerajaan di ambang kehancuran, bermunculanlah nabi-nabi palsu (Yer 23:11-12, 30, 33, 28:1-17). Fenomena kemunculan nabi-nabi palsu ini memuncak dalam penampilan “perdebatan antara Nabi Yeremia dan Nabi Hanaya” (Yer 28). Kemelut pada masa itu makin bertambah runyam, karena bangsa Israel sendiri tidak mendengarkan Tuhan dan hanya menimbulkan sakit hati Tuhan dengan buatan tangan manusia (Yer 25:9). Mereka melawan nabi-nabi sejati tetapi memihak nabi-nabi palsu (Yer 26). Itulah sebabnya mengapa Israel, pada jaman pemerintahan Yoyakim, mengalami “musim kering”, masa-masa sulit yang amat menyusahkan. Situasinya demikian kritis.

Kenyataan ini mencekam Nabi Yeremia, sampai tercetus Firman Musim Kering ini. Bahkan, dalam latar belakang “musim kering” inilah “Ya Harapan Israel” diucapkan oleh Nabi Yeremia. Dalam konteks situasi kritis inilah, Tuhan disebut “Pengharapan Israel” (Yer 14:8). Sebutan Tuhan sebagai “Pengharapan Israel ini tidak ada lain dalam Perjanjian Lama selain dalam Yeremia ini. Pengharapan Israel merupakan sebutan yang sangat khusus bagi Tuhan. Barang kali ini membuktikan betapa situasi krisisnya sangat genting.

Mengapa Tuhan disebut “Pengharapan Israel”? Jawabannya ialah karena tidak ada lain yang dapat memberi hujan, bahkan langit pun tidak, kecuali Tuhan sendiri (Yer 14:22). Tidak ada lagi yang menjadi tumpuan harapan Israel selain hanya Tuhan. Tidak ada kekuatan apa pun dan siapa pun baik itu dewa-dewa maupun raka yang dapat menjadi sandaran Israel! Ya, hanya Tuhanlah satu-satunya pengharapan itu.

Seruan “Ya Harapan Israel, Sang Penyelamat di saat yang sulit” mengungkapkan makna pesan penyerahan diri yang hanya kepada Allah saja sebagai satu-satunya yang dapat menyelamatkan Israel dari kungkungan kemelut situasi krisis. Lalu, adakah karena pesan ini yang menjadikan alasan digunakannya sebutan Expectatio Israel sebagai doa panggilan? Jika kita menyimak sikap dasar St. Vinsensius: Penyerahan total hanya kepada Tuhan, barang kali benar bahwa karenanya sebutan itu dikutip sebagai doa, kendati jelas tiada kesamaan latar belakangnya!

2. Propitius ded caelo respice, vide et visita vineam istam (Mzm 80:15) Kutipan ini diterjemahkan dalam doa “pandanglah dengan belas kasih dari surga, lihatlah dan kunjungilah ladang anggurMu”. Terjemahan harafian dari propitius adalah rahim, baik hati, sudi, rela, berkenan. Sedangkan vienam dapat berarti kebun anggur atau pokok anggur.

Apa artinya “pandanglah dari surga, lihatlah, dan kunjungilah ladang anggurMu” (itu)? Apa artinya “ladang anggur” (baca: kebun/pokok anggur)? Tentu dalam mencari arti semuanya ini, kecenderungan untuk tergesa-gesa untuk menghubungkan dengan perikop kutipan pertama dari Yerusalem tadi harus dielakan.

Teks-konteks Mazmur 80 adalah restitue vitem tuam devastatam (pulihkanlah pokok anggurMu yang telah dirusakan), yang merupakan doa ratapan nasional bangsa Israel berhubung dengan peristiwa-peristiwa sedih direbutkan Kerajaan Utara oleh Asyur tahun 732 SM dan dimusnahkan Yerusalem oleh Babel tahun 586 SM. Umat berdoa kepada Tuhan agar sebagai Gembala yang baik memelihara kebun anggurNya dan melimpahi kepada umatNya anugerahNya (Mzm 9-12). Dan, ayat 15 mengungkapkan cetusan pengharapan Israel agar Tuhan memelihara dan memperlihatkan pohon anggurNya.

Frase “pandanglah (atau memandang) dari surga” selalu menunjuk pada Allah dan selalu dengan tindakan kelanjutan entah untuk melihat (Mzm 14:2; 80:15; 53:3), entah untuk mendengar, entah untuk membebaskan (Mzm 102:20). Dengan demikian kegiatan Allah “memandang dari surga” senantiasa tidak pernah berhenti pada aspek penginderaan mata saja. Dengan kata lain, Allah tidak pernah hanya menatap dari kejauhan, dari surga saja!Allah adalah transendens (Allah semesta alam, Mzm 80:15a) tetapi juga imanens: terlibat, melihat dari dekat, dan mengunjungi.

Kata “kunjungilah” (baca LAI, indahkanlah) mengandung makna adanya perhatian, pengingatan (bdk., Mzm 8:5, 28:5; Ams 13:8; Ibr 2:6). Sedangkan pokok anggur (kebun anggur) sering dikaitkan dengan sebutan untuk Israel (Hos 10:1; Yes 5:1, 27:2; Yer 2:21; Yeh 17-19:10). Para nabi sering menghubungkan kebun anggur dengan Israel, karena Israel adalah milik Tuhan yang sangat dicintaiNya kendati sering tak setia kepada Tuhan (Yes 5). Pohon anggur (baca: Israel), di mata Tuhan selalu merupakan pohon anggur pilihan.

Maka, seruan “pandanglah dengan belas kasihMu dari surga, lihatlah dan kunjungilah kebun anggurMu” menyimpan makna mendalam sebagai suatu permohonan akan keterlibatan, kehadiran dan perhatian Allah kepada milikNya sendiri, pohon anggur pilihanNya sendiri. Allah yang memilih pohon anggur ini, Allah pulalah yang bertangggung jawab atas hidup dan layunya.

3. Rivos Eius inebria, multiplica genimina eius (Mzm 65:11)

“Alirilah kali-kalinya, pergandakanlah bibit mudanya”, demikian terjemahan dalam doa Expectatio Israel. Teks terjemahan Mazmur ini berbeda dengan LAI (Engkau mengairi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya). LAI sama dengan teks Vulgata yang sudah diperbaharui oleh Pius XII, 24 Maret 1945. Perbedaan tejemahan ini tidak diperhatikan.

Kata-kata ini merupakan bahasa gambaran yang menunjukan pada suasan situasi khas perladangan atau perkebunan. Dengan demikian sudah langsung terasa benang merah hubungan dengan perikop sebelumnya, meskipun teks-konteks dan latar belakang kedua kutipan berbeda. Tetapi jelas, suasana ini tidak bisa kita hindari.

Secara keseluruhan, Mazmur 56 adalah nyanyian syukur atas berkat yang berlimpah-limpah (ay 10-14). Nyanyian ini sangat sesuai dengan situasi akhir masa panen. Pada saat itu, umat berkumpul dan bersama-sama menyanyikan Mazmur ini. Suasana optimisme dalam bagian ini sangat menonjol (sollemnis gratiarum actio pro beneficiis Dei).

Sungai itu menyejukan (Mzm 46:5), darinya orang minum (Mzm 110:7) dan seperti alirannya, demikianlah keselamatan mengalir dari Tuhan (Mzm 66:12). Dan jelas, dari padanya pula, kebun/ladang menjadi subur.

“Genimina” terjemahan harafiahnya panenan atau buah atau hasil. Dalam teks Inggris, diterjemahkan “seed” (benih). Agaknya, keduanya tidak terlalu mengubah maksud atau arti. “Pergandakanlah bibit mudanya” jelas juga akan membawa kepada panenan yang berlimpah-limpah. Yang pokok, ialah bahwa semuanya itu tergantung pada aliran sungai, dan aliran sungai tergantung pada Tuhan. Jadi, baik itu yang menumbuhkan bibit mudanya maupun yang membuat belimpah panenannya adalah Tuhan. Jika kita menghubungkan dengan perikop sebelumnya, “alirilah kali-kalinya, pergandakanlah bibit mudanya” merupakan wujud nyata konkretisasi dari perhatian dan kunjungan Tuhan.

4. Et perfice quam plantavit dextera tua (Mzm 80:16)

“Dan selesaikanlah apa yang telah Kau tanam dengan tangan kananMu sendiri”. Teks ini sebenarnya adalah kelanjutan dari kutipan “pandanglah dengan belas kasih dari surga, lihatlah dan kunjungilah ladang anggurMu” (Mzm 80:15). Bahwa pohon anggur itu (vineam istam) adalah yang “Kau tanam dengan tangan kananMu sendiri”. Dari sebab itu, sempurnakanlah (perfice) dia!

Kanan atau sebelah kanan selalu menunjuk pada hal-hal yang utama, terpilih, terhormat (bdk. Mzm 80:18). Tangan kanan itu lebih sakti, lebih berkhasiat, lebih hebat (Kej 48:17+). Dan, tangan kanan Tuhan itu mulia, menghancurkan musuh (Kel 15:6), melakukan keperkasaan (Mzm 139:10). Jadi, sebutan tangan kanan Tuhan itu menunjukan kekuasaan, kebesaran dan keperkasaan Tuhan sendiri. Dengan demikian pertumbuhan anggur pilihan itu dari kebesaran dan kekuasaan Tuhan sendiri. Ya, betapa terpilih pohon anggur itu! “Sempurnakanlah” dia mengandung makna permohonan perlindugan (protege) sekaligus juga permohonan untuk merampungkannya, menyelesaikannya. Sekali lagi, semuanya itu adalah karya Tuhan sendiri. Dengan demikian seruan permohonan-permohonan itu tak lain adalah cetusan penyerahan diri yang teguh melulu kepada Tuhan!

5. Messis quidem multa, operarii autem pauci… in messem tua (Mat 9:37-38; Luk 10:2)

Berbeda dengan kutipan-kutipan sebelumnya, perikop ini diambil dari kata-kata Yesus, ketika hendak mengutus tujuh puluh murid (Lukas), ketika tergerak hatinya melihat orang banyak berbondong-bondong manakala Dia mengajar dari desa ke desa dan kota-kota di rumah-rumah ibadat (Mateus). “Panenan memang berlimpah, namun sedikitlah pekerjanya. Karena itu kami mohon kepadaMu yang empunya panenan, agar Engkau mengutus pekerja-pekerja ke panenanMu”. Jadi, suasana panggilan amat ditampilkan.

Jika Yesus mengucapkan kata-kata itu dalam bentuk seruan (perintah): “Mintalah kepada tuan yang empunya panenan…”, maka, dalam doa, kita mengucapkan dalam bentuk kalimat permohonan: “Kami mohon kepadaMu yang empunya panenan…”. Permohonan agar Tuhan sudi mengutus pekerja-pekerja ke panenan ini berdasar kenyataan bahwa panenan berlimpah tetapi pekerja sedikit. Jadi permohonan ini berdasarkan sikap dasar Kristus sendiri: Kristus tergerak oleh mereka yang lelah dan terlantar seperti domba yang tak bergembala (Mat 9:36). Seperti domba yang tak bergembala artinya tepencar-pencar, berserakan, dan karenanya terancam oleh binatang-binatang buas lain (Yeh 34:5; 2 Taw 18:16) menjadi makanan mereka. Itulah sebabnya sangat perlu untuk “mendesak” Tuhan agar mengutus pekerja-pekerjaNya, kendati semuanya tergantung dari kehendakNya saja.

6. Multiplica gentem et magnifica laetitiam (Yes 9:2)

“Perlipatgandakanlah bangsa ini dan datangkanlah suka cita yang lebih besar”. Teks Vulgata persis sama, hanya tidak tertulis dalam bentuk imperatif: “Multiplicasti gentem et magnificasti laetitiam”. Sedangkan LAI menterjemahkan: “Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak dan suka cita yang besar; mereka telah bersuka cita di hadapanMu”.

Konteks pewartaan Nabi Yesaya ini adalah kegembiraan dan pengharapan akan pembebasan dari pembuangan. Kegembiraan itu bertambah-tambah dengan diwartakannya kehadiran Raja Damai (de Liberatione Iudae per Principem pacis – Yes 8:23-9:6). Pada waktu itu, tahun 732 SM, Kerajaan Utara (Israel) digempur oleh Tiglat Pileser, raja Asyur, dan bangsa Israel dibuang (II Raj 15:29). Peristiwa ini berlangsung di Galilea, daerah di mana penduduk amat berduka karenanya. Tetapi, ditengah-tengah suasana kedukaan nasional itu, sebaliknya Nabi Yesaya justru mewartakan kabar suka cita, kabar pembebasan. Akan tiba saatnya, “Hari Tuhan”, saat pembebasan bangsa Israel: “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan, telah melihat terang yang besar …” (Yes 9:1-6). Dan, akan tiba saatnya pemerintahan damai yang dipegang oleh seorang keturunan Raja yang akan disebut Emanuel. Nubuat Nabi Yesaya ini, menurut Mat 4:13-16, sepenuhnya digenapi dengan kedatangan Kristus, yang berasal dari Galilea. Pada saat itulah, Tuhan telah memberikan banyak sorak-sorai dan suka cita yang berlimpah-limpah. Mereka telah bersuka cita di hadapanMu.

“Perlipatgandakanlah bangsa ini” barangkali yang dimaksudkan adalah perlipatgandakanlah sisa-sisa Israel yang setia dan yang kembali dari pembuangan. Tidak semua setia kepada Tuhan. Tetapi, bangsa yang kembali adalah bangsa Israel yang setia. Kepada bangsa ini, Nabi Yesaya menubuatkan suka cita yang berlimpah dengan pewartaannya tentang damai sejahtera yang tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya (Yes 9:6).

Apa artinya “perlipatgandakanlah”? Menjadikan sisa-sisa bangsa Israel yang setia, besar dalam jumlah atau dalam mutu (artian politik)? Menjadikan “bangsa besar” dalam terang perkataan janji Allah kepada Abraham (Kej 12:2), menunjuk pada artian politis. Maksudnya, keturunan Abraham kelak akan lebih berpengaruh besar dan luas secara politis di banyak bidang kehidupan daripada dalam hal jumlah. Dan dalam sejarah, hal ini benar, hingga sekarang pengaruh itu sangat terasa.

Apakah juga arti demikian yang dimaksudkan dalam terang pewartaan Nabi Yesaya? Mungkin benar, sebab fakta sejarah membuktikan demikian: Dari Galilea telah muncul keturunan Raja yang oleh banyak orang disebut Penasihat ajaib, Allah yang perkasa, Raja damai yang berpengaruh luas dan tampil sebagai Penyelamat dunia. Dan dalam terang doa panggila? Barangkali permohonan “perlipatgandakanlah bangsa ini” memaksudkan agar tak hanya dalam jumlah pekerja saja yang cukup supaya banyak kebutuhan dapat dipenuhi, tetapi juga dalam mutu pekerjaan-pekerjaan yang makin meningkat supaya kemajuan-kemajuan yang diperoleh karena kebaikan Tuhan, dapat dipertahankan dan dikembangkan sesuai dengan kehendakNya!

7. Ut aedificentur muri Jerusalem (Neh 2:17)

Kutipan ini diterjemahkan “agar dibangunlah benteng (tembok) Yerusalem”. Teks Vulgata, et aedificemus muros Jerusalem (mari kita bangun tembok-tembok Yerusalem). Dan teks LAI sama dengan Vulgata, “berkatalah aku (Nehemia) kepada mereka (pemuka-pemuka Yahudi): Kamu melihat kemenangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar”. Mari kita bangun kembali tembok Yrusalem, supaya kita tidak lagi dicela.

Tahun 586 SM, Yerusalem digempur oleh Nabukadnezar, Raja Babel. Runtuhlah tembok-temboknya, dan digiringlah penduduknya ke pembuangan. Tetapi tiada kemalangan yang amat memukul Israel kecuali keruntuhan Yerusalem, kota Tuhan, kota yang amat dicintaiNya (Mzm 137:5). Maka, selama dalam pembuangan, direncanakanlah untuk membangun kembali tembok-tembok yang runtuh, dan sesudah pembuangan rencana itu direalisasikan. Nehemia, seorang awam yang hidup pada jaman pemerintahan Raja Artahsasta (465-424 SM), raja Persia, meneruskan usaha pembangunan kembali tembok-tembok Yerusalem itu. Sebab dengan keruntuhan itu (tembok-tembok Yerusalem), Israel tinggal dalam keadaan tercela (Neh 1:3).

Sesudah jaman pembuangan, pembangunan kembali tembok-tembok Yerusalem diartikan sebagai tanda bahwa Allah sudah mengampuni dosa umatNya (bdk. Mzm 51:20; Yes 60:62; Yer 30:15-18; Yeh 36:33). Beginilah Firman Allah: Pada hari Aku akan mentahirkan kamu dari segala kesalahanmu, Aku akan membuat kota-kota didiami kembali dan reruntuhan-reruntuhannya akan dibangun kembali!

Dari sebab itu, benarlah bahwa setiap kali kita mendoakan doa Expectatio Israel, kita harus selalu ada dalam sikap hati yang bertobat, agar “dibangunlah tembok-tembok Yerusalem”. Tetapi kota Yerusalem menunjuk juga makna Gereja. Maka, pembangunan kembali Yerusalem adalah antisipasi pembangunan Gereja. Di sinilah terletak dimensi eklesial doa Expectatio Israel.

8. Domus tua haec, Domine Deus, domus tua Haec (1 Taw 22:1)

Daud menunjuk “di sini rumah Allah, Allah kita, dan di sinilah mezbah untuk korban bakaran orang Israel”! Di sini maksudnya di Yerusalem. Atas campur tangan malaikat Tuhan, kemah suci yang dibuat Musa di padang gurun dan mezbah pengorbanan di bukit Gibeon, dipindahkan ke Yerusalem. Yerusalem Rumah Tuhan (II Taw 26:23; Ezr 1:2), tempat di mana nama Tuhan diserukan (1 Raj 8:43), penuh dengan kemuliaanNya (2 Taw 7:1). Dan sangat kucintai (Mzm 26:8; 69:10). Jadi, rumah Tuhan itu menunjukan kemuliaan Tuhan sendiri dan karenanya sangat kujujung tinggi. Tidak pasti menang, tetapi jika kongregasi diidentifikasikan dengan “rumah Tuhan”, maka konsekuensinya, kongregasi ini milik Tuhan sendiri yang harus menampakan kemuliaanNya. Dan karenanya harus diusahakan kemajuannya, agar semakin menghadirkan kemuliaan Tuhan.

9. Non sit in ea, queso, lapis quem manus tua sanctissima non posuerit

Kalimat ini tidak ada dalam Kitab Suci. Tetapi jelas, warna biblis tetap nampak dengan dipakainya bahasa gambaran yang lazim, seperti “batu”, “tangan”, “tempat” (Kau tempatkan): “Jangan ada batu di sana yang tidak Kau pasang (Kau tempatkan) dengan tanganMu yang Mahasuci”.

Batu memaksudkan arti bahan dasar bangunan (rumah). Batu biasanya diletakan sebagai fondasi atau dasar bangunan (bdk. Yes 28:16; 54:11) berhubung dengan sifatnya yang keras, kuat, dan kokoh (Ayb 6:12). Jadi fungsi batu dalam suatu bangunan (rumah) amat menentukan. Karena “ketahanan” batulah, rumah yang disanggahnya mampu berdiri kokoh. Sebaliknya, batu yang rapuh akan menyebabkan rumah goyah. Demikianlah halnya dengan rumah Tuhan, rumah Tuhan harus disusun atas batu-batu yang kokoh dan karenanya harus oleh Tuhan sendirilah yang meletakanNya.

Tangan Tuhan menunjukan kuasa Tuhan sendiri (Yes 45:12; 51:5 etc), yang kudus (Yes 52:10), menentukan aku (Mzm 139:10) dan tak kurang panjang untuk menyelamatkan (Yes 59:1) Itulah sebabnya, batu-batu yang menyusun rumah ini sepenuhnya diserahkan kepada penyelenggaraan tangan Tuhan yang Mahakudus. Dengan kata lain, biarlah Tuhan sendiri yang memilih dan menyusun “batu-batu kongregasi dan semoga tidak ada “batu” yang tidak dipasangnya sendiri.

10. Quos autem vocasti (1 Sam 3:8-9)


Serva eos in nomine tuo (Yoh 17:11)


Et sanctifica eos in veritate (Yoh 17:17)

Penutup doa ini secara sangat jelas menampilkan permohoan untuk mereka yang telah dipanggil. Ada dua permohonan, jagalah mereka dalam namaMu dan kuduskanlah mereka dalam kebenaran. Menarik diperhatikan bahwa permohonan ini menjadi “puncak” doa panggilan. Dengan demikian permohonan ini diletakan pada tempat yang sangat penting dalam seluruh untaian intensi doa panggilan ini.

Apa artinya “jagalah dalam namaMu?” Nama dalam bahasa Ibrani menyatakan diri itu sendiri (Yoh 3:18). NamaMu (nama Bapa) artinya diri Bapa atau pibadi Bapa (Yoh 17:6; 12:28; 14:7-11). Hal ini jelas dari maksud perutusan Kristus, yaitu mewahyukan kepada manusia ”nama” Bapa: “Barang siapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Ciri khas “diri” Bapa adalah kasih atau mengasihi (1 Yoh 4:8, 16), dan Bapa membuktikan kasihNya ini dengan menyerahkan Putera tunggalNya (lih. Yoh 3:16-18; 1 Yoh 4:9, 10; juga Rom 8:32).

Maka, “peliharalah dalam namaMu (nama Bapa)” merupakan wujud nyata permohonan untuk menyerahkan mereka yang telah dipanggil kepada kasih Bapa, agar mereka tinggal dalam kasihNya, dan kasihNya tinggal dalam mereka. Supaya, dengan demikian mereka diliputi dengan cinta kasih Bapa.

Dan, “kuduskanlah mereka dalam nama kebenaran”. Doa ini diucapkan Kristus bagi murid-muridNya (Yoh 17:17). Dikuduskanlah artinya disendirikan, dibaktikan, disucikan, ditahirkan bagi Allah (bdk. Kis 9:13). Disendirikan bukan semata-mata berarti diasingkan atau dialienasikan dari lingkungannya, melainkan dikhususkan untuk berkarya membaktikan dalam perkara-perkara Allah, dalam ibadat Roh dan kebenaran.

Apa artinya “dalam kebenaran”? Kebenaran adalah Firman Allah (Yoh 17:17). Dengan Firman Allah dimaksudkan pribadi Yesus sendiri yang merupakan perwujudan konkret rencana penyelamatan Allah. Yesuslah kebenaran itu! Yesus memohon kepada Bapa bagi murid-muridNya agar menguduskan mereka dalam kebenaran, maksudnya agar para murid tetap di dalam Yesus dan Yesus tetap di dalam para murid. “Ya Bapa, Aku mau supaya di mana Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku! Mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu…” (Yoh 17:24).

Inilah puncak dari doa Expectatio Israel, yaitu agar mereka yang telah dipanggilNya senantiasa dibaktikan bagi Allah dan dipersatukan dengan Kristus sendiri. Seluruh rangkaian permohonan kepada “Pengharapan Israel” memuncak dan menemukan kesempurnaannya di sini, dalam pengudusan bagi Allah dan persatuan mesra dengan Kristus.

IV. Apa Yang Dikatakan Doa Expectatio Israel Tentang Panggilan?

Setelah menyimak satu per satu bagian-bagian yang membangun doa Expectatio Israel, sekarang dikemukakan beberapa gagasan menyeluruh yang menjadi “kekayaan” doa panggilan Expectatio Israel. Untaian indah kutipan Kitab Suci, sekarang tidak lagi dilihat terpisah-pisah, melainkan satu-kesatuan dalam nada dasar panggilan. Apa yang dikatakan doa Expectatio Israel tentang panggilan?

Pertama, panggilan itu harus dipupuk dan dikembangkan dalam sikap dasar “menyerah (memberi diri) kepada penyelenggaraan Tuhan”. Dalam sikap “menyerah” tersimpan di dalamnya kehendak yang tulus untuk mau dibentuk oleh Tuhan. Ya, sebab Tuhanlah satu-satunya “Pengharapan Israel”, Sang Penyelamat kita di saat yang sulit.

Kedua, Alasan untuk selalu memberi diri kepada Penyelenggaraan Tuhan adalah juga karena kita ini milik Tuhan, pohon anggur Tuhan yang telah ditanam dengan tangan kananNya sendiri. Maka, biarlah Tuhan sendiri yang “melipatgandakan bibi mudanya”!

Ketiga, panggilan tidak untuk diri sendiri, melainkan untuk bekerja menuai panenan Tuhan. Dari sebab itu, demikian Kristus, mohonkanlah kepada yang empunya panenan agar diutusNya pekerja-pekerja yang baik. Panggilan memang tergantung sama-sekali dari Tuhan sendiri sebagai yang memanggil, namun demikian harus juga dimohonkan kepadaNya.

Keempat, panggilan itu pada akhirnya selalu tertuju dan terarah kepada pemuliaan Tuhan (dalam karya dan pelayanan kita yang diwujudkan dalam “pembangunan benteng Yerusalem”) dan pengudusan diri (dalam cinta kasih Bapa dan persatuan mesra dengan Kristus sendiri).

V. Refleksi Bagi Penghayatan Panggilan Keluarga Vinsensius

Betapa sulit menuangkan secara tepat dalam rumusan-rumusan wujud khas panggilan keluarga Vinsensius itu. Betapa luas kharisma panggilan itu untuk dilukiskan dalam kata-kata. Juga, dalam refleksi ini. Maka, panggilan itu pertama-tama tidak untuk diterangkan dalam kata-kata. Panggilan itu untuk dihayati, dipupuk, dan dikembangkan dalam hidup. Dan, itu benar.

Dalam upaya untuk menghayati panggilan kita, Expectatio Israel menyumbang gagasan. Doa Expectatio Israel dapat dibagi menjadi dua bagian pokok yang merangkai untaian aneka permohonan: Doa bagi pengutusan lebih banyak pekerja-pekerja ke kebuh anggur Tuhan; dan doa bagi pengudusan pekerja-pekerja di kebun anggur Tuhan.

Dari judulnya, Expectatio Israel, kita dapat menyimak dari exegese, bahwa seluruh permohonan dan intensi yang dikemukakan bertolak dari sikap dasar penyerahan diri total hanya kepada Tuhan. Sikap dasar ini pulalah yang sangat dijujung tinggi oleh Vinsensius. Dengan penyerahan diri maksudnya kesadaran pribadi sebagai milik Tuhan, sebagai yang ada karena pilihan Tuhan, dan sebagai yang berkembang karena bentukan Tuhan sendiri, dari sebab itu sudah seharusnya untuk selalu memberi diri kepadaNya dengan berusaha mencintainya dalam “cucuran keringat” dan karya-karya kita.

Jadi penyerahan diri tidak dimaksudkan sikap pasif yang menyisihkan usaha-usaha. Sikap dasar penyerahan diri sebagaimana ditampilkan dalam Expectatio Israel ini justru memupuk kehendak baik dan tulus untuk berjuang demi Allah. Begitulah, tak ubahnya dengan penghayatan panggilan Visensian kita.



________________________________________



§Tulisan ini diangkat dan diinspirasikan dari artikel Expectatio Israel oleh Rm. John W. Carven, CM., yang dimuat dalam Vincentian Heritage, vol. II, 1981, p. 25-31. Dalam studi ini exegese doanya didalami.

<!--[if !supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]-->Keyakinan ini dikatakan St. Vinsensius dalam Konferensinya 6 Desember 1658, tentang tujuan Kongregasi Misi (RC I, art. 1).

<!--[if !supportFootnotes]-->[2]<!--[endif]-->Lih., Gerard van Winsen, CM., “La Vocation de la Congrégatie de la Mission”, dlm., Vincentiana, vol. 4-5-6, 1987 (Mensis Vincentianus), hal. 610. Informasi lain dapat dilihat pada “Introductio” dlm., Constitutiones Et Statuta Congręgationis Missionis, hal. 15.

<!--[if !supportFootnotes]-->[3]<!--[endif]-->SV, I, 312.

<!--[if !supportFootnotes]-->[4]<!--[endif]-->Misalnya dalam surat kepda Romo Bernard Codaing 14 April 1644 (SV, II, 456), Vinsensius mengatakan: “Jangan terlalu pusing dengan perluasan Serikat Kecil”.

<!--[if !supportFootnotes]-->[5]<!--[endif]-->Lih., Rm. Ferdinand Combulazier, CM., “St. Vinsensius dan Promosi Panggilan” (terj. oleh Rm. Ponticelli), Serikat Kecil No. 3 Th. II, 1987, hal. 42-50.

<!--[if !supportFootnotes]-->[6]<!--[endif]-->SV, V, 462-463.

<!--[if !supportFootnotes]-->[7]<!--[endif]-->SV, V, 102.

<!--[if !supportFootnotes]-->[8]<!--[endif]-->SV, V, 145, 573, dan lihat juga dalam Common Rules bab xi tentang “The Mission And Other Works of Congregation Behalf of the Neighbor”; sedang, SV, II, 550 malah menunjukan setahun sebelum St. Vinsensius meninggal masih dengan tegas mengajak agar terus berdoa memohon panggilan.

<!--[if !supportFootnotes]-->[9]<!--[endif]-->SV, XI, 34.

<!--[if !supportFootnotes]-->[10]<!--[endif]-->Paris, Dumoulin , 1881, Premiere Serie, Tome Premier, p. 435-509.

<!--[if !supportFootnotes]-->[11]<!--[endif]-->Lih., Rm. John W. Carven, Op.Cit., hal. 25-26

<!--[if !supportFootnotes]-->[12]<!--[endif]-->Lih., Rm. Dferdinand Combaluzier, Op.Cit., hal. 43+.

<!--[if !supportFootnotes]-->[13]<!--[endif]-->SV, V, 120.

<!--[if !supportFootnotes]-->[14]<!--[endif]-->Lih., Rm. John W. Carven, Op.Cit., hal. 26. Dan bahwa St. Vinsensius pernah mengeluarkan konfrater dari keanggotaan kongregasi, lihat, “Kemanusiaan Seorang Kudus Vinsensius” (terj. oleh Rm. Thomas David), dlm., Serikat Kecil, No. 5 Th. III, 1988, hal. 13-27.

<!--[if !supportFootnotes]-->[15]<!--[endif]-->Surat ini diambil dari Correspondance, Meditations, Pensées et Avia de Sainte Louise de Marillac, 1961, No. 471, lihat dalam Rm. John W. Carven, Ibid.

<!--[if !supportFootnotes]-->[16]<!--[endif]-->Pertimbangan kami: Terjemahan PK yang terdapat dalam buku doa suster-suster Puteri Kasih merupakan hasil terjemahan lama (tahun 1970-an) dan sejumlah penelitian kami, kurang menampakan bentuk-bentuk imperatif, yang menguasai bahasa doa Expectatio Israel.

<!--[if !supportFootnotes]-->[17]<!--[endif]-->Penjelasan lebih lebar tentang bahasa gambaran, lih., B.A. Pareira, Pembimbing Kepada Mazmur, hal. 47-9.

<!--[if !supportFootnotes]-->[18]<!--[endif]-->Juga pengertian puisi, lih., Ibid., hal. 43.

<!--[if !supportFootnotes]-->[19]<!--[endif]-->Cetusan Expectatio Israel doa Kitab Suci ini merupakan hasil studi Rm. Vansteenkiste, CM., seorang konfater Perancis, ahli Kitab Suci.

<!--[if !supportFootnotes]-->[20]<!--[endif]-->Sumber Kitab Suci: Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI); Kitab Suci 3 (PB-PL), Nusa Indah, Ende; Biblica sacra Iuxta Vulgatam Clementinam (nova editio)


DICOPY DARI http://vinsensius.wordpress.com/