Minggu, 11 September 2011

MARIOLOGI 7 : DOGMA MARIA DIANGKAT KE SURGA (MARIA ASUMPTA)



A. PENGANTAR

       Paus Pius XII tanggal 1 November 1950, yang berjudul Munificentissimus Deus.

        Dogma ini menjadi bahan cemoohan non-Katolik : Gereja Katolik menciptakan wahyu baru yang tidak berdasarkan Kitab Suci. Bagaimana menjawabnya :

      Sumber Wahyu Ilahi bagi orang Katolik tidak melulu KS namun juga Tradisi Suci yang telah berakar dan tumbuh di dalam Gereja Katolik

      Dogma adalah ajaran Magisterium atas penafsiran KS bukanlah suatu yang statis namun mengalami perkembangan (bdk DV 8)

      Dogma bukan suatu ajaran baru muncul – melainkan menegaskan apa yang telah lama berurat berakar dalam iman umat (sensus fidelium) yang sehat. Maka jika Gereja Katolik mengumumkan suatu doktrin, itu sebenarnya hanya mengumumkan apa yang sudah lama diimani oleh Gereja, dan bukannya sesuatu yang baru tiba-tiba ditambahkan.

      Mis. Ajaran Trinitas ditetapkan  pada Konsili Nicea (325): bukan berarti sebelumnya tidak dikenal. Tulisan-tulisan para Bapa Gereja menyaksikan berlimpahnya ajaran tentang Trinitas ini. Juga pada saat Gereja Katolik menetapkan Kanon KS pada Konsili Hippo (393) dan Konsili Carthage (397) bukan berarti Gereja Katolik baru ‘menciptakan’ Alkitab pada saat itu.

       Dengan pengertian yang sama, Dogma Maria Dikandung Tanpa noda dan Dogma Maria Diangkat ke Surga merupakan pengajaran yang telah lama ada dan diimani oleh Gereja, yang nyata ada dalam tulisan para Bapa Gereja dan sudah berusia tua sekali, sejak abad 8 umat kristiani merayakan pesta Maria diangkat ke Surga.

       Iman Gereja tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga, telah lama berakar dalam Gereja.

       Para pengajar  antara lain adalah: St. Yohanes Damaskus (676-754), St. Antonius Padua, (1195-1231), (1206-1280), St. Thomas Aquinas (1225-1274), St Albert Agung, St. Benardinus (1380-1404), St. Robertus Belarminus (1542-1621), St. St. Petrus Kanisius (1520-1597), Alphosus Liguori (1696-1787).

       Konsep Maria diangkat ke surga juga diajarkan oleh Gereja Ortodoks Timur dan gereja Oriental dan Ortodoks Koptik, dikenal dengan nama Tidurnya Sang Theotokos. Dalam denominasi-denominasi yang merayakannya, peristiwa pengangkatan ke surga ini dirayakan tiap tanggal 15 Agustus, sebagai sebuah hari wajib suci dalam Gereja Katolik Roma.

       Berikut ini adalah bunyi Dogma ini, "....divinitus revelatum dogma esse: Immaculatam Deiparam semper Virginem Mariam, expleto terrestris vitae cursu, fuisse corpore et anima ad caelestem gloriam assumptam.“ (MD 44) (terj bebas) "setelah menyelesaikan perjalanan hidup duniawinya, Santa Maria Perawan Maria Bunda Allah yang tak bernoda, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surga."

       Ditegaskan dalam LG 59 :”akhirnya Perawan yang tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia ini, telah diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, Tuan atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut”

B. BAGAIMANA DOGMA INI DIJELASKAN?

       Tempat Maria dalam sejarah keselamatan  adalah istimewa dan unik. Allah memberikan hak-hak istimewa kepada Bunda Maria karena ia harus mengandung Putera Allah. Hubungan antara anak dan ibu dalam kandungan sangat dekat – tak terpisahkan bahkan. Dan hal yang sama terjadi antara Yesus dan Maria. Maka sungguh masuk akal bahwa Allah menyediakan tempat/rahim yang suci tak ternoda oleh dosa asal maupun pribadi – karena Allah tidak bisa bersatu dengan dosa.

       Maka bahwa jika untuk melahirkan Yesus, Maria disucikan dan dikandung tanpa noda dosa, dan selama hidupnya tidak berdosa maka selanjutnya,  setelah wafatnya, Tuhan tidak akan membiarkan tubuhnya terurai menjadi debu, karena penguraian menjadi debu ini adalah konsekuensi dari dosa manusia.

       Menurut Paus Pius XII, Maria diangkat ke surga adalah konsekuensi dari ia dikandung tanpa noda: “dua previlege yang luar biasa ini diangugerahkan kepada Bunda Allah yang berada dalam cahaya cemerlang pada awal dan akhir hidupnya di dunia. Karena kemuliaan tubuhnya yang tetap perawan merupakan pelengkap sekaligus pantas serta mengagumkan, bagi kemurnian jiwanya yang bebas dari segala dosa… Ia mengambil bagian dalam kemuliaan kemenangan Kristus atas dosa dan akibat-akibat dosa yang menyedihkan”.

       Dasar Biblis? Tentang pengangkatan manusia ke surga bukanlah hal baru. Henokh juga dikabarkan diangkat oleh Allah agar tidak mengalami kematian(bdk. Kej 5:24 – Ibr 11:5); juga Elia diangkat ke surga dengan kereta kuda berapi (2Rsaj 2:1-13). Tradisi Yahudi juga menganggap Musa terangkat ke surga karena tidak diketemukan kuburnya. Maria???

       Maria adalah Tabut Perjanjian Baru yang dengan mengandung Yesus, ia menjadi tempat kediaman Sabda Allah yang menjadi manusia, Sang Roti, maka Bunda Maria mengalami persatuan dengan Yesus. Mzm 132:8, “Bangunlah ya Tuhan, dan pergilah ketempat perhentian-Mu, Engkau beserta tabut kekuatan-Mu.”

       Bunda Maria ‘diangkat’ ke surga, dan bukan ‘naik’ ke surga. ‘Diangkat’ berarti bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesusnaik’ ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri.

       Pengangkatan Maria ke surga sebagai pemenuhan janji Allah bahwa seorang perempuan (Maria) yang keturunannya (Yesus) akan menghancurkan Iblis dan kuasanya, yaitu maut (Kej 3:15); dan bahwa pengangkatan ini merupakan kemenangan atas dosa dan maut (Rm 5-6, 1Kor 15:21-26;54-57).

       Maria sebagai ko-penebus layak menerima janji yang disebutkan oleh Rasul Paulus, “… jika kita menderita bersama-sama dengan Dia…kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Rom 8:17). Dan Maria adalah yang pertama menderita bersama Yesus dengan sempurna sehingga Yesus memenuhi janji-Nya ini dengan mengangkat Bunda Maria dengan sempurna, tubuh dan jiwa ke dalam kemuliaan surga, segera setelah wafat-Nya.

       Dalam Maria janji Tuhan akan kebangkitan badan dipenuhi: kebangkitan jiwa dan badan para orang beriman pada akhir zaman. Oleh karena peran dan ketaatan-nya yang istimewa sebagai Ibu Tuhan dan hamba Allah, Bunda Maria diangkat ke surga, sebagai yang pertama dari anggota Gereja yang menerima janji itu sebagai teladan semua orang yang percaya kepada-Nya dan yang hidup melakukan kehendak-Nya (lih. Mrk 3:35).

       Maka, Dogma Maria diangkat ke surga, bukan semata-mata doktrin untuk menghormati Maria, tetapi doktrin itu mau menunjukkan bahwa Maria adalah anggota Gereja yang pertama yang diangkat ke surga. Jika kita hidup setia melakukan perintah Allah dan bersatu dengan Kristus, seperti Bunda Maria, kitapun pada saat akhir jaman nanti akan diangkat ke surga, jiwa dan badan, seperti dia.

       Dengan diangkatnya Bunda Maria ke surga, maka ia yang telah bersatu dengan Yesus akan menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini dengan doa-doanya.

       Pengangkatan Maria ke surga menjadikan peran kepengantaraan Maria terhadap segenap manusia menjadi efektif karena sebagai bunda yang berkuasa sebagaimana Yesus di sana sebagai Anak Allah yang berkuasa (Rm 1:4).

       Setelah dogma ini diumumkan Paus Pius XII menetapkan pesta liturgis yang baru: Santa Perawan Maria Ratu – sebagai konsekuensi dogma tersebut dan sekaligus peneguhan tersirat terhadap keiikutsertaan Maria dalam karya penebusan.

       Bagaimana konsep Ke-ratu-an Maria dipertanggungjawabkan secara bibilis?

C. BEBERAPA SOAL-JAWAB :

  1. Mengapa kamu percaya bahwa Maria dikandung tanpa noda? Apa jawab kita?

       Kalau anda dapat menciptakan ibumu dan menjaganya dari segala kekotoran dan cela, apakah anda akan melakukannya? Tentu saja, anda akan melakukannya! Tetapi dapatkah anda melakukannya? Tidak! anda tidak dapat! Tetapi Yesus dapat, dan karena itu Yesus melakukannya!

ii. Apakah Bunda Maria meninggal atau tidak?

                Ada beda pandangan Maria meninggal atau tidak. Jika dikatakan tanpa dosa mengapa meninggal (upah dosa = maut!). Beberapa teolog (timur) meyakini Maria hanya tertidur – sedangkan yang lain menyatakan bahwa Maria bersatu erat dengan Yesus dan meninggal sebagai solidaritas kepada Puteranya yang Allah pun meninggal! Hanya saja, tubuh Maria dikatakan tidak membusuk dan diangkat jiwa dan badannya ke surga. Maria mengambil bagian dalam penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus secara penuh dan pertama.

iii. Jika diangkat jiwa dan “badan”nya maka Maria juga perlu makan dan minum?

                Menurut Yesus, di surga kelak manusia yang bangkit tidak kawin dan dikawinkan, melainkan hidup seperti malaikat (Mat 22:30) – karenanya juga/ tidak perlu makan dan minum seperti di dunia. Atau lebih tepatnya bahwa persoalan semacam itu tidak lagi berarti melainkan ‘pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi’ (Kol 3:2)

iv. Di mana Maria meninggal / diangkat ke Surga?

       Setelah penyaliban, Yesus menyerahkan Maria kepada Yohanes (Yoh 19:26-27). Tulisan jemaat perdana mengatakan bahwa setelah itu Yohanes dan Maria tinggal di Efesus. Ada beberapa perbedebatan dimana hidup terakhir Maria : di Efesus atau kembali ke Jerusalem. Baik kedua kota itu maupun kota lain tak ada yang mengatakan menyimpan jenasahnya. Kita tidak mempunyai catatan tentang penghormatan relikui Maria

v. Dimana Yoseph waktu Maria diangkat ke surga? Masih hidup atau sudah mati?

       Dari Mat 13:55 dan Mrk 6:3 disimpulkan bahwa Yoseph telah meninggal. Saat Yesus pulang kampung, orang-orang Nasareth menolak Yesus karena mengenal siapa Yesus : anak Maria (Mark), anak tukang kayu yang ibunya bernama Maria (Mat). Nama Yoseph tidak disebut-sebut. Rupanya ia telah lama meninggal dan orang hanya ingat nama ibuNya padahal budaya Yahudi lebih menekankan nama ayah (bdk. Nama para rasul yang dikaitkan dengan nama ayah mereka : Yakobus dan Yohanes anak Zebedeus)

Tidak ada komentar: