Rabu, 28 Oktober 2009

Rahim dan ASI yang berbahagia

RAHIM DAN ASI YANG BERBAHAGIA

LUK 11:27-28
11:27 Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." 11:28 Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."

Menarik bahwa perikop ini hanya ditulis oleh Lukas. Dari sisi model penulisan, sekali lagi Lukas seolah “menyela” reportase aktifitas Yesus yang sibuk mengajar dan menyembuhkan banyak orang. Seolah Lukas ingin merekam juga suasana di sekitar Yesus, termasuk celetukan dan komentar dari para audiens. Celetukan seorang wanita seperti di atas sangat lazim terjadi. Manakala ada sesorang yang mengagumkan, menggemaskan, membuat heboh maka akan keluar celetukan dari orang-orang. Dan yang lazim adalah : “anak siapa itu!” Atau mungkin “seandainya anakku seperti itu….” Hal yang sangat lumrah. Namun ada yang sedikit aneh dalam celetukan yang ditulis oleh Lukas ini. Deskripsi celetukan ini sangat tidak lazim. : "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau."
Celetukan yang lazim – namun dengan cara yang tidak lazim. Terlihat tidak lazim karena sangat spesifik dikatakan “Ibu yang mengandung…” bukan sekedar “anak siapa” namun langsung dengan “berkat : berbahagialah….. makarios” dan secara terang terangan dikatakan dalam bahasa aslinya “koilia / koilos” . Ungkapan teknis yang sangat biologis mengarah pada “rahim” seorang wanita. “Berbahagialah wanita yang “rahimnya” mengerami Engkau: makaria e koilia e bastasasa se ”. Dalam perjanjian lama ungkapan ini kerap dipakai untuk menunjukkan perlindungan dan pengenalan Yahweh pada manusia sejak ia “dibentuk” dalam rahim (Aram : rechem) ibu (bdk MZM 22: 10-11; 71:6 ; 139: 13). Hal yang sama juga dipakai untuk kata mastos . Kata yang sangat teknis untuk susu ibu. kai mastoi ous eqhlasas

Pemakaian kata-kata teknis biologis ini memang bisa dimaklumi mengingat Lukas adalah seorang dokter/tabib. Namun lebih dari itu, tentunya dalam pemakaian kata-kata itu terkandung pesan yang sangat mendasar.

Rahim yang meng-erami/yang di dalamnya benih manusia bertumbuh hingga saat kelahiran tiba. Di dalam rahim tersebut janin embrio terbentuk. Sejak awal kehidupan dimulai dari pertemuan sperma dan ovum yang terjadi dirahim ini. Hingga Sembilan bulan sepuluh hari sang embrio – yang nota bene adalah (sudah) manusia personal yang penuh mendapatkan segala-galanya. Bukan hanya asupan gisi dari tubuh ibu kepada sang bayi melalui plasenta, melainkan juga asupan psikis dan spiritual dari persona sang ibu kepada jabang bayi. Diyakini bahwa apa yang dirasakan oleh sang ibu – juga dirasakan oleh si bayi. Bahkan sejak dalam kandungan pun sang ibu dianjurkan untuk sering berbicara kepada si bayi – komunikasi telah terjalin secara psikis dan batin sejak bayi dalam kandungan.

Setelah bayi keluar dari rahim, air susu ibu menjadi makanan pertama dan utama bagii bayi. Sebelum bayi mampu mencerna makanan yang lain, susu ibu adalah satu-satunya asupan yang sangat dibutuhkan. Selama beberapa bulan awal hidupnya pun bayi sangat bergantung pada air susu ibu. ASI-lah yang memelihara anak pada awal hidup dunia. Ibu harus benar-benar menjaga makanan yang dimakannya sendiri selama bayi masih menyusu. Apa yang dimakan ibu – juga dimakan bayi melalui susu. Bahkan tak jarang jika bayi sakit maka ibulah yang harus menelan obat agar tersalurkan pada bayi saat menyusui. Suatu proses yang sangat mengagumkan. Lama sebentarnya si anak mendapatkan ASI ternyata sangat menentukan kondisi kesehatan fisik si anak hingga dewasa. Dan tak hanya sekedar makanan, dalam proses menyusui juga sangat intens terjadi kontak batin antara ibu dan bayi. Rasa sayang dan perasaan batin ibu juga sangat dirasakan oleh anaknya dan terekan pada alam bawah sadar. Hal ini sangat berpengaruh pada kondisi dan ketahanan psikis anak hingga dewasa. Bagaimana anak memandang dan berinteraksi bersama manusia lain sangat dipengaruhi oleh bagaimana ia diperlakukan pada masa lalu. Apa yang direkam di bawah sadar di masa lalu seolah menjadi “platform/cetak biru” bagi pola tingkah lakunya kelak.

Cara komentar yang tak lazim ini mendapatkan pemaknaannya lebih mendalam dengan jawaban Yesus : "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Seolah/sekilas Yesus seperti menyangkal apa yang dikatakan wanita tadi, namun sesungguhnya tidak. Seperti pula ketika saudara-saudara yesus menjenguk Dia, Yesus mengatakan hal yang senada : Mat 12:50 “Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”
Justru dengan mengatakan demikian kepada kita, yesus menunjukkan bahwa dalam diri ibu Yesus/Maria, keistimewaan bukan sekedar karena rahimnya mengandung Yesus – dan air susunya menghidupi Yesus – melainkan terutama karena Maria adalah pendengar firman Allah dan memeliharanya. Maria menjadi model yang paling lengkap karena selain hubungan fisik, psikis dan spiritual dengan Yesus – Maria juga contoh sempurna pendengar dan pemelihara Firman, pelaksana kehendak Allah. Sebagaimana St. Dominikus pencipta doa salam maria menyebutkan : “Terpujilah engkau di antara wanita…. Dan terpujilah buah tubuhmu Yesus!”. Karena Maria, sebutan “yang berbahagia” menjadi universal. Tidak terbatas hanya yang berhubungan darah dengan Yesus – tidak terbatas pada untuk orang Yahudi saja – melainkan untuk semua bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan Lukas menulis Injilnya, yaitu kabar gembira bagi bangsa-bangsa di luar Yahudi juga.

Senin, 26 Oktober 2009

RABUNI

RABUNI !


MARKUS 10 : 46-52
10:46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.
10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
10:48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"
10:49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau."
10:50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.
10:51 Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!"
10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.


Cerita yang sangat menarik dan telah banyak menginspirasi banyak orang dan banyak hal. Melalui perikope ini telah dikupas berbagai aspek mengenai panggilan mengikuti Yesus, kebutaan (Rohani, jasmani), pertobatan dan banyak hal lain. Karena memang, jika diamati secara lebih detail, perikop ini sangatlah kaya. Agak aneh terlihat bahwa Lukas mencatat secara sangat singkat mengenai perjalan Yesus di Yerikho. Dalam dua kalimat saja tercatat Yesus masuk dan keluar lagi ke dan dari Yerikho. Isi perjalanan di dalam Yerikho nampak jadi “kurang penting” dibandingkan peristiwa “keluar” dari pintu gerbang Yerikho ini.

Seorang pengemis buta duduk di pinggir jalan (mengemis). Dijelaskan bahwa dia adalah Bartimeus anak Timeus. Sementara ahli mengatakan bahwa Timeus adalah seorang buta juga. Jadi Bartimeus bukan seorang yang “sekedar” lahir buta melainkan seorang yang buta dari seorang ayah yang buta pula. Dan dia adalah seorang pengemis. Gambaran semakin buruknya situasi Bartimeus – menjadikan semakin mengagumkan (dan nyata) mukjijat yang dilakukan Yesus.

Bartimeus adalah orang buta. Hukum agama dan hukum adat Yahudi sangat melindungi orang-orang buta (seperti halnya juga janda, musafir, orang sakit, orang miskin, dst.). Ada ancaman keras jangan sekali-sekali menyesatkan atau membiarkan orang buta tersandung (Im 19:14 dan Ul 27:18). Hukum-hukum ini dianggap sebagai hukum yang keramat. Tipe orang saleh seperti Ayub bahkan berkata bahwa dia sudah menjalankan kebaikan terhadap orang buta (Ayub 29:15).

Dalam kaitannya dengan Mesias, dengan Jelas dalam Yesaya 35:5 dikatakan bahwa tanda-tanda kedatangan Mesias adalah “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka”. Penyembuhan orang buta menjadi tanda Mesianistis (bdk pula Mzm 146:8; Yes 29:18; 35:5; 42:16.18; 43:8; Yer 31:8). Oleh karena itu hal yang sama juga dikatakan Yesus kepada utusan Yohanes Pembabtis. "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Luk 7:20-23 – bdk juga Mat 11:5)

Oleh karena itu sangat wajar jika begitu mendengar bahwa yang akan lewat adalah Yesus sang Mesias, Bartimeus tak mau melewatkan kesempatan yang langka ini. Dengan sangat bergairah dia berteriak, “Yesus, Anak Daud……”. Kata-kata “Anak Daud” dengan sangat gamblang baginya dan bagi orang di jaman itu mengacu kepada sang Mesias yang dijanjikan akan datang, sang Mesias yang kedatangannya ditandai dengan orang buta akan disembuhkan. Kapan lagi kesempatan seperti ini akan datang??? Semakin dilarang, semakin nekad bercampur putus asa dan membabi buta dia berteriak (krazw). Kata ini mengacu pada teriakan putus asa (menjerit dengan keras) dan meminta perhatian (Mbengok). Teriakan Bartimeus mungkin mirip dengan teriakan warga tergusur yang dikunjungi DPR atau Presiden (yang mereka andalkan/percaya mau dan pasti bisa memperhatikan nasib mereka!).

Dan seruan itu pun didengar Yesus. Melalui orang lain Yesus memanggil Bartimeus. Panggilan Tuhan selalu melalui perantara orang-orang disekitar kita. Keberanian mempercayai orang lain sebagai perantara Allah sangat menentukan perjalanan hidup manusia, termasuk Bartimeus.

Sangat menarik yang dikatakan perantara ini kepada Bartimeus, “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.". Menguatkan hati (be of good comfort) dan berdiri (bangkit) mengacu bahwa panggilan ini harus dijalani sebagai suatu kesukaan, jawaban atas teriakan minta tolong Bartimeus. Dan untuk itu Bartimeus tidak boleh hanya berdiam diri. Dia harus menguatkan kemauan dan bangkit karena Yesus memanggilnya. Dan reaksi Bartimeus selanjutnya menunjukkan tekadnya. “Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus”. Bartimeus segera menanggalkan jubah/jaket/selimut yang mungkin akan memperlambat gerakannya sampai kepada Yesus. Bartimeus membebaskan dirinya dari segala yang memberatkan memenuhi panggilan Yesus. Jubah sebagai lambang status, kenyamanan, status quo dan kenyamanan. Panggilan Yesus baginya merupakan suatu rahmat yang luar biasa, kesempatan emas yang tidak akan dilewatkan, doa yang terjawab seketika. Hatinya bergegas dengan penuh harapan.

Bartimeus bertemu dengan Yesus. Dan tawaran Yesus melampaui apa yang dia harapkan. Yesus menegaskan keinginan Bartimeus dengan bertanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Dan dengan cepat Bartimeus mengungkapkan harapannya yang paling ultim : "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Dan saat itu juga ia bisa melihat kembali. Ada yang mengelitik dalam kalimat “melihat kembali" – apakah bukan buta sejak lahir??? Dilihat dari teks Injil dikatakan Bartimeus "ana-eblepse". Awalan "ana-" bisa bermakna “kembali" namun bisa pula berarti "ke atas". Jadi "ana-eblepse" itu juga "mulai bisa memandang ke atas". Yesus sendiri misalnya ketika hendak memberi makan lima ribu orang dikatakan dalam Mat 14:19 "... menengadah (= ana-eblepsas) ke langit lalu mengucap syukur..."
Byarr, begitu terbuka matanya Bartimeus menengadah ke atas tanda syukur kepada Allah. Dan kembali Yesus menekankan bahwa imanlah yang menyelamatkan Bartimeus. Iman dalam semua mukjijat penyembuhan Yesus menjadi prasyarat mutlak yang harus ada SEBELUM / MENDAHULUI mukjijat itu. Iman sebagai conditio sine qua non. Iman bukan HASIL / EFEK dari mukjijat. Atau dengan kata lain disembuhkan dahulu baru (sehingga) percaya.

What next??? Bagaimana setelah disembuhkan? Bartimeus mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Ia yang tadi buta itu dan dituntun orang, kini menuntun kita semua untuk belajar memahami makna mengikuti Yesus dalam perjalananNya. Ia juga bukan peminta-minta lagi, ia bisa memberi banyak. Yesus telah mengangkat dia dari orang buta menjadi orang yang melihat, dari pengemis menjadi penderma, setidaknya secara rohani kepada kita.


Minggu Biasa XXX, 25 Oktober 2009
Buat mereka yang menerima sakramen Krisma hari ini di Gereja Salib Suci Tropodo
Putri, Yovita, Michel……dalam segala kesuakaran berserulah…..”Yesus Anak Daud, kasihanilah aku!!!

Senin, 12 Oktober 2009

MINTA BUKTI

MINTA BUKTI

LUKAS 11 : 29-32
11:29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
11:30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.
11:31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
11:32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!

Perlu diperjelas lagi dengan maksud Yesus dengan kata “angkatan ini”. Apakah yang dimaksud ialah manusia-manusia di jaman itu (dan di sana). Atau lebih jauh yang dimaksud dengan “angkatan ini” adalah periode yang membedakan antara jaman perjanjian lama dan perjanjian baru. Dalam perikop di atas seolah terbagi beberapa periode/kaman :
- Jaman masyarakat Niniwe
- Jaman masyarakat Salomo
- Jaman Yesus, yang disebut dengan “angkatan ini”
Sekali lagi, terminologi “angkatan ini” bisa diperdalam untuk memperjelas maksud Yesus.

Lepas dari itu, perikop ini adalah perikop yang cukup sulit untuk dikunyah. Mengapa oleh Yesus angkatan ini disebut sebagai angkatan yang jahat? Oleh Matius bahkan diberi tambahan sebagai “angkatan yang jahat dan tidak setia” (Mat 12 : 4). Apa maksudnya??? Apa salahnya meminta tanda? Apa hubungan antara meminta tanda dengan kedatangan Ratu dari selatan ? Tanda Yunus? Apa pula itu?

Meminta tanda, bisa dibilang sebagai bentuk halus dari meminta bukti. Selama ini Yesus telah melakukan banyak hal. Menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, mengajar, dll. Banyak orang terkagum-kagum akan hikmat Yesus. Bahkan Maria saudari Marta pun “tersihir” hingga tak beranjak dari dekat kakiNya (Luk 10:38-42). Rupanya hal ini dirasa kurang. Kaum Farisi dan Ahli Taurat masih penasaran. Mereka meminta bukti lagi. Mereka ingin lebih jelas lagi. Padahal para setan pun telah mengakui bahwa yang datang ini adalah Anak Allah (Luk 4:41).
Hal ini yang rupanya membuat Yesus kesal. Kesal terhadap kebebalan hati mereka. Seolah apa yang dilakukan Yesus masih belum jelas bagi mereka, yang justru para Ahli Kitab dan kaum Farisi (Mat 12: 38). Dan rupanya kebebalan itu timbul karena hati mereka yang jahat. Sejak semula mereka bukan menerima Yesus karena apa yang telah dilakukan dan dikatakannya, malah berusaha berkali-kali mencobai dan menjebak dia. Mereka “tidak setia” dengan apa yang mereka yakini sendiri. Mereka tidak setia terhadap Taurat yang digenapi oleh perbuatan dan perkataan Yesus. (Luk…., dll)

Tanda apa lagi yang akan diberikan oleh Yesus? Selama ini Yesus telah mengajar dengan penuh kuasa dan hikmat. Namun mereka tidak menganggap hal tersebut cukup jelas membuktikan siapa Yesus. Bahkan Yesus mengatakan bahwa pada saat penghakiman nanti, Ratu dari selatan akan bangkit (hanya) untuk mendengarkan hikmat Salomo. Sedangkan yang ada sekarang ini lebih besar dari Salomo. Oleh karenanya, sang Ratu selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukum mereka. Benar-benar keterlaluan!

Tanda apa lagi yang harus diberikan oleh Yesus? Yesus mengatakan bahwa hanya tanda Yunus yang akan diberikan kepada mereka. Dalam Matius 12:40 dikatakan secara lebih jelas “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”. Jadi tanda yang akan diberikan oleh Yesus bukan sekedar tanda melainkan suatu bukti. Bukti yang semakin jelas dan gamblang tentang siapa Dia. Namun sekali lagi, karena kebebalan hati, mereka pun tidak akan memahami bukti yang nantinya akan diberikan oleh Yesus.
Bukti yang diberikan oleh Yesus ternyata adalah bukti puncak yang menjelaskan Keilahian Yesus. Satu-satunya bukti yang tak akan bisa disangkal oleh siapa pun dan dari angkatan mana pun ialah Tanda Yunus. Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Tanda itu adalah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus sendiri. Namun sekali lagi, karena kebebalan hati, mereka pun tidak akan memahami bukti yang nantinya akan diberikan oleh Yesus. Dan karenanya juga, pada hari kebangkitan orang-orang Niniwe juga akan menghukum mereka. Mengapa? Karena apa yang dilakukan Yesus jauh lebih daripada Yunus. Yunus masuk ke perut ikan karena dosa dan kesalahannya sendiri sehingga orang lain tertimpa celaka. Sedangkan Yesus masuk ke perut bumi bukan karena kesalahanNya sendiri dan membuat semua orang diselamatkan. Karena peringatan Yunus, orang-orang Niniwe bertobat - sedangkan dengan sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus pun "angkatan ini" masih belum mampu bertobat. benar-benar keterlaluan!

Kita pun sering meminta bukti. Kita pun sering rapuh dan mengalami krisis iman. Kita sering tidak puas dan ragu akan Tuhan. Apakah Yesus benar Tuhan? Apakah iman perlu bukti? Apakah kita tergolong dalam kaum “angkatan ini” yang menuntut bukti ke-Allah-an Yesus? Bukti seperti apakah yang akan kita minta? Ternyata iman tidaklah perlu (lagi) bukti. Hidup dan anugerah yang selama ini kita terima adalah suatu bukti yang tak kita sadari, tidak kita syukuri. Dan satu-satunya bukti yang mestinya kita pegang teguh adalah tanda Yunus tersebut. Bahwa Yesus telah wafat dan bangkit bagi kita. Inilah bukti yang utama dan terutama bahwa Yesus adalah Allah yang sangat mengasihani kita. Dewa/Thian/Tuhan/Allah manakah yang seagung Allah kita? Bersama st. Paulus kita mesti berani tanpa ragu mengatakan "...Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kami" 1 Kor 15:14. Amin!


Sidoarjo, 12 Oktober 2009




Illustrasi : krisis iman….

MARTA DAN MARIA

MARTA & MARIA
“Suruhlah dia membantu aku…”


LUKAS 10 : 38 – 42
10:38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
10:41 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."


Dari perikop di atas kita tahu bahwa pada awalnya, Martalah yang menerima Yesus di rumahnya, bukan Maria. Dengan jelas dikatakan bahwa inisiatif itu datang dari Marta. “Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya”. Mungkin karena merasa bahwa dialah yang mengundang Yesus, maka Marta merasa harus bertindak sebagai tuan rumah yang baik. Dan memang apa yang dilakukan oleh Marta sangatlah baik. Dia, dikatakan “sibuk sekali melayani”. Bukan hanya sibuk, namun juga sibuk sekali (…….). Sekali lagi bahwa apa yang dilakukan Marta tidaklah keliru. Jika keliru, sejak semula pasti Yesus telah menegur dia.

Persoalan muncul atas inisiatif Marta. Mungkin karena Maria begitu terpesona mendengarkan Yesus sehingga tidak menyadari “kesibukan” saudaranya. Merasa diacuhkan, maka Marta pun meminta Yesus yang menegurnya. Rupanya Yesus pun menaruh perhatian atas apa yang dilakukan Marta. Sambil mengajar, dia sempat memperhatikan sekelilingnya, sehingga Marta pun bisa menyampaikan keluhannya.

Ada nada protes, merasa benar, iri dan jengkel dari perkataan Marta : "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
Merasa benar, sering membuat orang terjebak dalam situasi membandingkan diri dengan orang lain. Merasa benar – membuat kita mudah iri dan menyalahkan orang lain. Merasa benar membuat kita lebih bersusah payah dan merasa orang lain lebih rendah dari yang kita lakukan. Merasa benar membuat penilaian bahwa yang kita lakukan ini lebih benar (lebih susah, lebih berharga, lebih bermakna, lebih penting, lebih….. lebih…..) – sesuai dengan “standart” pengukuran kita dan masyarakat. Merasa benar membuahkan iri dan kejengkelan, “kenapa cuma saya yang bersusah payah untuk melakukan yang seharusnya ”

Apa yang dilakukan Marta sangatlah benar sesuai dengan sopan santun sosial dan tradisi masyarakat Yahudi waktu itu, bahwa tempat wanita adalah di dapur. Jika ada tamu maka perlu kita persilakan, dijamu, dilayani dengan baik dan sopan. Setidaknya tempat duduk disiapkan, minuman disiapkan. Kalau datang dari jauh, maka mungkin juga perlu dijamu dengan makan, dan sebagainya. Sangat manusiawi dan sangat menghormati. Namun ada satu hal yang dilupakan Marta, yaitu yang datang ini adalah Yesus. Rupanya Marta masih menerima Yesus yang sebatas tamu terhormat luar biasa saja (sangat luar biasa sehingga dia sibuk dengan apa yang harus dihidangkan). Cerita-cerita tentang kuasa Yesus sebagaimana diceritakan Lukas di perikop-perikop sebelumnya sejak bab 4 (bahwa Yesus mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit, Kuasa Yesus dalam mengajar, Yesus memberi makan lima ribu orang, dsb) ternyata tidak membuat pandangannya mampu melihat Yesus sesungguhnya. Dia menerima Yesus sebagai Mesias sebagaimana banyak dikatakan orang, yaitu Mesias secara manusiawi. Marta tak mampu melihat sisi lain yang ada pada diri Yesus. Dan ketidakmampuan ini membuat dia merasa lebih benar dibandingkan Maria. Ketidakmampuan ini membuatnya terjebak dalam situasi “menyalahkan” orang lain, bahkan meminta Tuhan untuk menegur orang lain. “Suruhlah dia membantu aku”. Rupanya kerap juga kita mendoakan orang lain sesuai dengan kemauan kita. Bukan apa yang Tuhan mau. Karena kita merasa lebih benar.

Sebaliknya, Maria pun mungkin tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah lebih baik dari pada yang dilakukan Marta. Maria hanya tahu bahwa dia merasa ada sesuatu yang lain dengan tamu yang satu ini sehingga dia musti menyambut sebagai tamu terhormat yang berbeda pula. Kepekaan ini membuat Maria sejak awal “terperangkap” dengan tamu yang diterima oleh saudari-nya. Penghormatan yang lebih personal. Maria seolah terperangkap dengan pribadi Yesus sehingga tidak mau meninggalkan / kehilangan sedetik pun waktu berharganya bersama Yesus. “Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya”.

Maria seolah tidak tahu atau tidak menyadari bahwa yang dilakukannya itu adalah pilihan yang lebih benar. Jika Maria tahu bahwa yang dia lakukan lebih benar dibanding dengan apa yang dilakukan Marta, mungkin teguran itu justru akan datang dari Maria untuk Marta. Senada dengan yang dikatakan Marta, mungkin Maria akan berkata langsung kepada Marta – atau meminta Yesus untuk menegur Marta:” "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku sibuk melayani Engkau? Suruhlah dia duduk di sini bersama kita.". Karena begitu terpesona dan menghormati Yesus, Maria seolah “tidak sempat” berpikir yang lain. Dia juga tidak menyadari bahwa Marta “sibuk sekali” mengurus hal yang lain. Maria sangat “takut” kehilangan detik-detik moment bersama Yesus, dan detik-detik itu akan selalu terus bersamanya, “tak akan diambil daripadanya”. Pengajaran Yesus di rumah saudarinya itu terus akan melekat dalam benak dan ingatannya selamanya dan bahkan akan merubah cara hidupnya………. Mampukah kita membuat diri "terjebak" dalam keintiman bersama Yesus secara personal seperti Maria???


Rexplast, Selasa 06 Oktober 2009
Ulang Tahun Perkawinan yang ke-13 tahun
Semoga abadi selamanya…..



Illustrasi : foto dan peristiwa