Kamis, 15 September 2011

STUDI KITAB SUCI: PERJANJIAN LAMA 4: KITAB KELUARAN

  

KITAB KELUARAN

A.    STRUKTUR
1:1 – 15:21 Bagian I : Keluaran dari Mesir
15:22 – 18:27 Bagian II : Israel di Padang Gurun
19:1-24:1 Bagian III : Pengadaan Perjanjian
24:12-31:18 Bagian IV :Perintah untuk membangun Kemah Suci
32:1- 34:35 Bagian V : Israel Murtad & Pembaharuan perjanjian
35:1 – 40:38 Bagian VI: Pelaksanaan Perintah Pembangunan Kemah Suci  

B. Keluaran 1 – 18 : Musa dan Perbudakan di Mesir
Keluaran menyajikan kisah perbudakan Israel di Mesir dan keluarnya mereka dari sana dipimpin oleh Musa.
      500 tahun kematian Yusuf telah berlalu. Orang Israel  di Mesir menjadi budak. Di sana mereka disebut “habiru” yaitu manusia pengembara yang mencari kerja di proyek-proyek pembangunan Mesir. Dari sebutan ini muncul istilah “Hebrew” (Ibrani) sebagai nama lain Israel
      Apa saja yang mereka lakukan selama 500 th di Mesir? Kitab Ulangan tidak memberikan catatan. Hanya disebutkan selama di sana mereka mengalami kemerosotan moral, keagamaan dan kebangsaan
      Para ahli memperkirakan bahwa orang israel di Mesir bersekutu dengan penjajah : bangsa Hiksos ; ini terjadi di jaman Ramses II (1250 SM)
      Akibatnya penguasa baru tidak lagi percaya pada suku-suku pendatang karena mereka mudah bergabung dengan musuh-musuh dari luar. Mereka dipaksa bekerja sebagai budak dan diambil tindakan untuk mengurangi jumlah populasi mereka.
      Sejarah mencatat bahwa masuknya Israel ke Mesir terjadi secara bergelombang – demikian pula perpindahan para Habiru ini dari Mesir terjadi secara bergelombang. Hanya KS memusatkan diri pada keluaran yang dipimpin Musa
      Musa mengalami kehadiran Allah di semak yang terbakar dan ia diutus untuk membawa bangsa itu keluar dari Mesir melewati suatu wilayah yang disebut “Laut Bambu” (sea of Reeds = bambu – bukan Red Sea / Laut Merah ; nampaknya di sini terjadi salah terjemah dari kata Ibrani Asli).
      Kejadian-kejadian alam saat itu (sungai Nil meluap, katak-katak terbawa banjir, lalat dan nyamuk memakan bangkai katak sehingga merebak penyakit dan sampar ; udara panas, wabah belalang; badai padang gurun; kematian putera Firaun) menjadi suatu refleksi iman tentang tulah-tulah yang menimpa Firaun
      Mereka menyeberangi “Laut Merah” itu dan pasukan berkuda Mesir tenggelam. Inilah peristiwa Paska Yahudi. Israel memasuki padang gurun selama 40 tahun lamanya sebelum mencapai Tanah Terjanji
      Sekali lagi ditekankan bahwa Kisah Keluaran ini merupakan suatu refleksi iman. Pengarang bermaksud menulis suatu kisah kepahlawanan yang mengagungkan Allah dan mempermalukan musuh-musuhNya.
      Dari sisi kesejarahan modern, kisah ini mungkin memang faktual namun bukan berarti harus seperti itu kejadian detailnya.
      Bentuk sastra yang disajikan lebih sebagai cerita kepahlawanan daripada sejarah. Ada banyak inkonsistensi jika/ dipandang sebagai melulu sejarah :
Saat Musa datang kembali pada Firaun dengan ancaman-ancaman, mengapa tidak langsung ditangkap saja?

Kel 12:37 600.000 orang laki-laki meninggalkan Mesir sehingga ditambah wanita dan anak-anak jumlah itu jutaan ; namun di kisah sebelumnya disebutkan hanya dua orang pembantu bagi seluruh orang Ibrani itu!
Inkonsistensi cerita : seluruh ternak orang Mesir mati saat tulah kelima (wabah sampar); namun ditulah kesepuluh (matinya anak sulung) ternak itu mati lagi.
      Tidak berarti bahwa Allah tidak bisa membuat mukjijat. Ia Mahakuasa dan tidak dibatasi hukum alam, namun bentuk sastra kitab Keluaran membuat kita condong untuk memandangnya sebagai sebuah kisah cerita kepahlawanan daripada sejarah otentik.
      Secara sejarah benar bahwa bangsa Israel keluar dari Mesir dengan bimbingan Musa. Allah begitu memperhatikan dan melindungi umatNya dan menjamin kebebasan mereka.
      Di luar fakta-fakta pokok, terdapat ruang yang cukup untuk berspekulasi dan Gereja Katolik tidak mengeluarkan pernyataan dogmatis tentang itu.
      Peristiwa keluaran ini menjadi landasan dan titik tolak yang selalu dikenang oleh bangsa Israel (bdk 17 Agustus 1945!)
      Dan dalam peristiwa itu, bangsa Israel memahaminya sebagai langkah pertama TINDAKAN PELAKSANAAN JANJI ALLAH kepada Israel. Dan tentunya juga kepada seluruh dunia, karena Israel di sini menjadi wakil seluruh manusia. Nenek Moyang kita dalam iman.
      Karenanya, selalu Israel mengenang ALLAH dengan gelar : ALLAH yang menuntun kamu (mereka) keluar dari Mesir, dari Rumah Perbudakan
      Baca  :
- Keluaran I : kita akan rasakan kesengsaraan dan keputusasaan yang dialami oleh orang-orang Israel sebagai budak di Mesir
- Keluaran 14 : bisa kita bayangkan aroma kebebasan dan kegembiraan. Bayangkan anak-anak Yahudi 700 tahun kemudian, duduk mengelilingi kakek mereka :”ceritakan lagi, Kek, bagaimana Allah menuntun Musa dan orang Israel menyeberangi laut….”
- Keluaran 16 – 17 : kita pun ikut kesal dengan kedegilan hati israel di padang gurun

C. Kel 19 – 40 : Janji Allah di Gunung Sinai
      Kelompok pengungsi Israel yang bersama Musa adalah orang-orang yang mudah mengeluh. Kerasnya hidup di padang gurun mereka bahkan ingin kembali ke Mesir (Kel 16-18). Mukjijat Allah semakin memperlihatkan betapa lemahnya kepercayaan Israel “yang suka berontak dan bersungut-sungut”
      Kendati demikian Allah tetap menjadikan mereka sebagai keluargaNya. Di gunung Sinai, Allah membuat perjanjian dengan mereka dan memberikan Sepuluh Perintah Allah (Kel 20:1-17 – dan ditulis ulang dengan bentuk agak berbeda pada Ul 5:1-21).
      Ini adalah bagian yang harus ditaati Israel – sementara bagian Allah ialah bahwa Allah akan menjadi Tuhan mereka, melindungi mereka dan menuntun mereka ke Tanah Terjanji sebagaimana janjiNya kepada Abraham
      Perintah-perintah tersebut berjumlah 10 (Kel 34:28). Tatacara pemberian nomor bervariasi. Gereja Katolik menghitung Kel 20:1-6 sebagai satu perintah dan Kel. 20:17 sebagai dua perintah. Perintah ini dari Allah (Kel 34:1) dan dari Musa (Kel 34:8).
      Kisah ini hendak menandaskan bahwa sebagai bangsa, Israel sangat tergantung pada Allah. Dan Musa adalah pemimpin yang dipilih Allah untuk menetapkan hukum bagi Israel – agar Israel menyembah Allah yang benar. Karena alasan-alasan inilah maka sebagian besar hukum dan aturan, tata cara liturgi, penetapan bentuk Kenisah dan pola-pola ibadat – semuanya dihimpun dalam Kitab Keluaran – karena bagi Israel, semuanya mesti bermuara pada Perjanjian di Gunung Sinai
      Berbagai kisah Keluaran juga merupakan cerminan / semacam rangkuman bagi kisah hidup Israel. Karenanya kisah lembu emas (Kel 32-34) juga dimasukkan diantara daftar hukum dan peraturan.
      Penulis hendak menunjukkan bahwa SEPERTI halnya ketika Israel di padang gurun memiliki kecenderungan menolak Allah – BEGITU PULA keturunannya akan mengikuti kegagalan leluhur mereka – dan SEBAGAIMANA Allah mengampuni karena umatNya menyesal – Allah yang sama juga akan mengampuni para pendosa yang menyesal dan mengajak mereka kembali pada perjanjianNya.
      Kisah Keluaran mengajak kita menyadari bahwa Allah senantiasa berupaya (“Ngotot) untuk dekat dengan kita. (Apalah kita ini!) dengan mentaati perintah-perintahNya. Dalam kisah ini kita juga belajar arti kebebasan yang sejati. Allah yang membawa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Dengan 10 PerintahNya pun Allah bukan hendak mengekang manusia, melainkan justrau agar manusia bisa terbebas dari dosa yang juga memperbudak manusia. Allah senantiasa berupaya agar kita bisa keluar dari lingkaran (setan) dosa.
      Hukum-hukum dan peraturan dalam kitab keluaran juga menunjukkan betapa para leluhur iman kita mempunyai komitmen untuk hidup benar dan menyembah Allah yang benar.
       

D. SARAN BACAAN  :
- Kel 20 : 1-17 : bagaimana Allah menetapkan perintah-perintahNya kepada Israel
- Kel 24 : 1-8 : tentang bagaimana Isreal menerima persyaratan yang ditetapkan Allah dalam upacara perjanjian tersebut. Altar merupakan simbol kehadiran Allah, darah perlambang kehidupan. Musa mengambil darah kurban dan dipercikkan sebagian pada Altar dan sebagian kepada orang Israel – ini menunjukkan bahwa keduanya terikat dalam Perjanjian Darah tersebut. Dan perjanjian darah ini akan diperbaharui oleh Yesus dengan darahNya sendiri di kayu salib.
- Kel 32:1-20 dan Kel 34:1-9 : kisah Anak Lembu Emas dan pembaharuan perjanjian
- Kel 38 : 1 – 8 : contoh peraturan ibadah. Aturan ini begitu rinci mencerminkan keinginan bangsa Israel untuk menyembah Allah dengan segenap hati
           

AYATKUNCI :
“Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”

            —Keluaran 3:14






1 komentar:

setan kober mengatakan...

Saya menilai penulis bukanlah orang yg percaya bahwa alkitab adalah firman Tuhan yg isinya dijamin kebenarannya secara mutlak.
Penulis bahkan menganggap kitab ini hanyalah sebuah dongeng " Sekali lagi ditekankan bahwa Kisah Keluaran ini merupakan suatu refleksi iman. Pengarang bermaksud menulis suatu kisah kepahlawanan yang mengagungkan Allah dan mempermalukan musuh-musuhNya.
• Dari sisi kesejarahan modern, kisah ini mungkin memang faktual namun bukan berarti harus seperti itu kejadian detailnya.
• Bentuk sastra yang disajikan lebih sebagai cerita kepahlawanan daripada sejarah. Ada banyak inkonsistensi jika/ dipandang sebagai melulu sejarah :
Saat Musa datang kembali pada Firaun dengan ancaman-ancaman, mengapa tidak langsung ditangkap saja?