Jumat, 09 September 2011

MARIOLOGI 5 : DOGMA MARIA TETAP PERAWAN (SEMPER VIRGO / AEI PARTHENOS)





A. AJARAN GEREJA KATOLIK :
– Maria Perawan sebelum (virginitas ante partum) , saat (virginitas in partu) dan setelah melahirkan (virginitas post partum) Yesus. Kelahiran Yesus tidak menghilangkan keperawanannya melainkan bahkan menguduskannya (bkd LG 57 & 59)
– Keperawanan Maria adalah menyangkut disposisi (sikap mental) kesucian perawan baik secara fisik maupun spiritual.
– Keperawanan fisik Maria harus dilihat sebagai simbol dan ungkapan keperawanan spiritual karena raga adalah ungkapan dari pribadi (KGK 364).
• Gelar Maria Tetap Perawan diberikan pada Konsili Konstantinopel II (553) - Ajaran Keperawanan Abadi Maria ditetapkan dalam konsili Lateran (649 – bukan konsili umum). Dan ditegaskan lagi pada Konsili Ekumenis Konstantinopel III (681). Hanya keperawanan sebelum dan setelah melahirkan yang diyatakan secara resmi sebagai dogma – sedangkan mengenai keperawanan in partu tidak ada definisi formal sehingga pernyataan tentangnya bukan infalibel (Wolfgang Beinert : bisa menjadi ancaman akan gugatan kemanusiaan Kristus yang serius!)
• Kebenaran ini dikukuhkan kembali berabad-abad setelahnya hingga dalam dalam KV II – LG 52, 57 serta KGK
• Dogma ini berakar kuat dalam terang Tradisi – yang Biblis dan dijelaskan oleh otoritas ajaran Magisterium (lihat pembahasan : Tradisi – Kitab Suci dan Magisterium)
• Apa arti keperawanan?

B. ARTI KEPERAWANAN MARIA

1. Keperawanan Maria Sebelum Kelahiran Yesus (Virginitas ante partum)
i. DASAR BIBILIS Mat 1:18-25 ; Luk 1:26-35
• Matius : pengandungan perawan sebagai penggenapan Yesaya 7:14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
• Lukas dalam perikop ini dua kali menyebut “perawan”. Namun yang paling penting adalah ayat 34-35. Di sana Maria menanyakan bagaimana ia akan mengandung.
• Jawaban Maria kepada Gabriel : “Bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku TIDAK MENGENAL suami / lelaki” (Luk 1:34 – LAI : “belum bersuami”)
• Perlu dicermati konteksnya bahwa saat itu Maria belum mengandung. Luk 1:31 “Sesungguhnya engkau AKAN mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus”
• Dengan kabar Gabriel, Maria bisa saja menafsirkan bahwa setelah dia menikah dengan Yusuf, dia akan punya anak seperti Gabriel bilang. “Engkau akan mengandung..” Jawaban Maria seolah dia tidak dalam posisi telah / sedang bertunangan dan akan segera menikah dengan Yusuf, melainkan seolah dia memang dalam posisi yang tidak (akan) mengenal laki-laki.
• “Belum mengenal” suami berarti bersetubuh dengan suami. Jawaban Maria seolah dia tidak ada minat/rencana untuk bersetubuh kelak. Bagaimana mungkin jika ia telah bertunangan dan siap menikah namun tidak berkeinginan akan mempunyai anak / bersetubuh?
• Ada sementara jawaban : Maria berkaul pribadi untuk menjadi perawan seumur hidup. Apokrif Proto Injil Yakobus (protoevangelium Yaskobus – th 150-an) : perkawinan Yusuf-Maria sekedar melindungi Maria yang ingin tetap perawan karena bagi Yahudi, wanita tidak menikah adalah suatu yang aneh.
• Kekecewaan Yusuf bukan karena Maria mengandung, melainkan karena ia mengira Maria mengingkari kaul keperawanannya sendiri. Sehingga diam-diam ia akan menceraikannya.
• Maria berkaul perawan karena ingin menyerahkan diri secara utuh kepada Tuhan, sebagaimana disaksikan oleh Paulus 1Kor 7:34 : dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
• Jawaban Gabriel: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau…. (Luk 1:35) menyatakan bahwa Maria mengandung Yesus tanpa kehilangan keperawanannya karena RK yang turun dan menaunginya – bukan karena seorang suami manusiawi
• Gereja menafsirkan Yes 7:14: nubuat pengandungan perawan Kristus dalam rahim Maria. Terjemahan kata Ibr. alma = dara/gadis : perempuan yang tak tersentuh oleh hubungan perkawinan ; dengan kata Yun parthernos = perawan (LXX).
• Penolakan atas terjemahan ini: mengkaitkan dengan budaya modern: tidak menikah tidak berarti perawan. Hal ini agaknya sama sekali membabi buta.
• Hal lain yang dipermasalahkan : mengapa tidak disebut-sebut lagi dalam PB, juga oleh tulisan tertua : Markus dan Surat-surat Paulus : shg dianggap belum dikenal oleh generasi pertama.
• Menjawab hal ini ditegaskan :
• Sumber Wahyu : Tradisi – KS - Magisterium
• Tidak disebut namun tidak bertentangan.
• Tujuan penulisan Markus dan Surat-surat Paulus
• KGK 498 : Kadang umat bingung karena pengandungan perawan Maria tidak disebut dalam Injil Markus dan surat-surat PB. Sejumlah orang bertanya-tanya jangan-jangan kita hanya berurusan dengan legenda atau rekayasa teologis yang tidak historis.
• Terhadap pertanyaan ini kita harus menjawab : Iman akan pengandungan keperawanan telah menghadapi perlawanan gencar, ejekan dan salah pengertian dari orang tak beriman, baik Yahudi maupun kafir; maka hampir tidak mungkin hal itu didorong oleh mitologi kafir atau oleh penyesuaian tertentu dengan gagasan-gagasan jaman itu. Makna kejadian ini hanya dapat ditangkap dengan iman, yang melihatnya “atas dasar kaitan misteri-misteri itu satu sama lain”…. St. Ign Antiokhia telah memberikan kesaksian tentang hubungan ini : “keperawanan Maria dan persalinannya, bahkan juga kematian Tuhan tidak dimengerti oleh penguasa dunia ini. Ketiga misteri yang pantas dimaklumkan ini digenapi dalam diam-Nya Allah.

ii. Ajaran Bapa Gereja
• Sejak peralihan abad II (St. Ign. Antiokhia) ajaran pengandungan perawan telah tampak pada doa-doa liturgi.
• Gelar Maria tetap perawan diberikan pada Konsili Ekumenis Konstantinopel II (553) - Ajaran Keperawanan Abadi Maria ditetapkan dalam konsili Lateran (649 – bukan konsili umum) : Para bapa Kudus mengakui bahwa Maria yang kudus dan tetap perawan dan tak bernoda sungguh-sungguh dan benar-benar Bunda Allah, yang dalam kegenapan waktu, tanpa benih laki-laki, tetapi berkat RK allah, mengandung Sang Sabda sendiri, yang sebelum segala sesuatu telah lahir dari Allah Bapa, dan tanpa kehilangan keperawanannya melahirkan Dia, dan sesudah kelahiranNya tetap menjaga keperawanannya tak ternodai; siapa saja yang tidak sepakat dengan ajaran ini, terkutuklah dia
• Dan ditegaskan lagi pada Konsili Ekumenis Konstantinopel III (681)

2. Keperawanan Maria Sewaktu Melahirkan (Virgintas In Partu)

i. Iman Gereja Tradisional:
• Sewaktu melahirkan Yesus, Maria tidak mengalami kerusakan pada tanda fisik keperawanannya dan tidak mengalami sakit bersalin (mis. Pendarahan, dsb) yang selalu terjadi dalam proses melahirkan setelah Hawa jatuh dalam dosa (Katekismus konsili Trente)
• “Kelahiran ajaib” ini berkaitan dengan peran Maria dalam penciptaan baru, dengan pengandungannya yang tak bernoda, dan dengan kenaikannya ke surga.
• Keutuhan fisik ini tidak hanya menunjukkan tidak adanya hubungan seksual, melainkan juga merupakan tanda keperawanan batiniah Maria.
“Persatuan maria dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkap sejak saat Kristus dikandung oleh Santa Perawan hingga wafat-Nya…. Kemudian pada kelahiran Yesus, yang tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru menyucikannya” (LG 57)

ii. Dasar Biblis
• KS tidak menjelaskan apapun tentang cara Yesus lahir
• Matius 1:22-23 secara eksplisit merefer Yes 1:14 tentang keperawanan yang mengandung dan melahirkan. Dan ini menjadi penafsiran para Bapa gereja awali (terutama St. Ambrosius) tentang keperawan ante & post partum.
• Ajaran ini diambil alih oleh Sinode Milan 390 dan mendasari tulisan St. Pius Agung (400-461) : Yesus dilahirkan dalam suatu pola “kelahiran baru” yakni dalam keperawanan yang tidak dirusakkan dan tidak mengalami gairah nafsu, tetapi sungguh memberikan bahan untuk suatu tubuh… Tuhan Yesus kristus yang lahir dari seorang perawan, memiliki kodrat insani yang tidak berbeda dari kodrat kita meski pun kelahiranNya bukanlah kelahiran yang lazim”.

iii. Ajaran Bapa Gereja
• St. Ambrosius memberikan beberapa gambaran biblis PL tentang keperawanan in partum : Yehezhiel 44:2 (gelar: Maria “pintu gerbang yang tetap tertutup”); Yesaya 66:7 kelahiran bayi tanpa rasa sakit bersalin;
• Beato Thomas Villanova (dkk) : gambaran Maria dalam semak yang dilihat Musa: menyala namun tak terbakar.
• St. Efrem dari Suriah (timur 373) : Emanuel mampu “membuka rahim” Maria tanpa merusak keperawanannya.
• St. Efrem, St. Hieronimus & St. Agustinus (terutama) memberikan gambaran keperawanan in partu Maria bagaikan Yesus yang telah bangkit mampu memasuki ruangan meski pintu tertutup (Yoh 20:19)

3. Keperawanan Maria Setelah Melahirkan (Virginitas Post Partum)
• Keperawanan Maria post partum berarti Maria tetap seorang perawan, tidak melakukan hubungan seks dan karenanya tidak mempunyai anak lain setelah melahirkan Yesus.
• Tipologis keutuhan keperawanan Maria digambarkan oleh perawan bumi yang melahirkan Adam, semak menyala yang tak terbakar, pintu kanisah yang tertutup rapat, mata air yang disegel, dll
Keberatan :– Tidak terdapat dalam Kitab Suci (Penyempitan Wahyu Ilahi) – lihat uraian tentang KS – Tradisi – Magisterium
– Beberapa Teks KS justru berbicara sebaliknya

i. SAUDARA-SAUDARI YESUS

• Teks Tentang “Saudara”
Mat 13 :55 “Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas”
Mrk 3:31 “Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia”
Gal 1:19 “Tetapi aku tidak melihat seorang pun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus”.
• Kesimpulan sesaat : Yesus punya saudara/i, so Maria tidaklah selalu perawan (semper virgo) sebab ia telah melahirkan anak-anak lain selain Yesus.
• Mari melihat KS lebih dalam :
Saudara/i - Ibr. Akh ; Yun. Adelphos/i = keluar dari rahim
• Arti bisa luas – bisa sempit
– Saudara Kandung (Kain – Abil Kej 4:2 dst)
– Saudara Tiri (raja Filipus = suadara (tiri) raja Herodes – Mrk 6:17-18)
– Sanak keluarga / kerabat (mis. Kej 13:8 Abr – Lot “kita ini saudara” – LAI “Kita ini kerabat”)
• Apokrif Protoevangelium Yakobus (th 150) : yang dimaksud dengan saudara-saudara Yesus adalah anak-anak Yusuf dari perkawinan sebelumnya – bukan saudara kandung. Tafsiran ini disaksikan juga oleh St. Hieronimus
• Mari melihat KS lebih dalam :
Saudara/i - Ibr. Akh ; Yun. Adelphos/i = keluar dari rahim
• Arti bisa luas – bisa sempit
– Saudara Kandung (Kain – Abil Kej 4:2 dst)
– Saudara Tiri (raja Filipus = suadara (tiri) raja Herodes – Mrk 6:17-18)
– Sanak keluarga / kerabat (mis. Kej 13:8 Abr – Lot “kita ini saudara” – LAI “Kita ini kerabat”)
• Apokrif Protoevangelium Yakobus (th 150) : yang dimaksud dengan saudara-saudara Yesus adalah anak-anak Yusuf dari perkawinan sebelumnya – bukan saudara kandung. Tafsiran ini disaksikan juga oleh St. Hieronimus
• Arti saudara/i di sini bisa berarti sepupu Yesus (anak saudari Maria, Yoh 19:25) atau pun saudara tiri. Siapa persisnya tidak kita ketahui – yang jelas tidak harus berarti saudara kandung. Bahasa Ibrani tidak punya kosa kata untuk saudara sepupu. Dalam bahasa Yunani ada, namun oleh LXX diterjemahkan apa adanya dari Ibrani.
• Jika dilihat dengan cermat makin jelas bahwa dua dari empat saudara Yesus yang disebut dalam Mat 13:55 itu memiliki ibu yang berbeda (Bdk Mat 27:56 – KGK 500) dan sepertinya lebih tua dari Yesus (bdk. Mat 1:18-25; Luk 1:26-38; 2:27). Mereka anak Maria bukan ibu Yesus. Nama Maria cukup digemari bagi perempuan saat itu! Dan hanya Yesus yang selalu disebut anak Maria.
• Dengan perikop itu ada yang (tanpa sadar) menuduh Yesus telah meremehkan ikatan darah (termasuk kebundaan Maria) – dengan dalih memenuhi kehendak Bapa.
• Penafsiran Teks : yang melaksanakan sabda Allah : Justru Maria dua-duanya. Bukan hanya biologis tetapi juga karena melaksanakan SA. Maria justru orang yang paling memenuhi syarat untuk disebut Ibu Yesus!
• Juga dalam Luk 11:27-28 “rahim…. Susu…”
• Siapa dalam Injil orang yang melebih Maria dalam hal mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya? Luk 1:38 “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Coba taruh ayat ini tepat di bawah Mrk 3:35 atau Luk 11:28 …..
• Yoh 19:25-27 : Yesus serahkan Maria kepada Yohanes. Seandainya Yesus punya banyak saudara/i (kandung) maka aneh jika Ia repot-repot serahkan ibu-Nya kepada muridNya. (argumen ini sejak abad III)

ii. Mat 1:25 “ tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus”• Seolah : setelah melahirkan Yesus, Maria bersetubuh dengan Yusuf dan melahirkan banyak anak (Bdk Mat 12:46; 13:55). Maria tetap perawan hanya sampai kelahiran Yesus saja – benarkah demikian ?
• Mari KS melihat lebih dalam :
Tujuan utama ayat tsb : menekankan bahwa Yesus dikandung bukan dari benih laki-laki ; tidak ada campur tangan Yusuf dalam proses penjelmaan Allah menjadi manusia melalui rahim Maria.
• Kata “sampai” tidak selalu berarti “sesudahnya”
• Ayat ini hanya mengatakan bahwa sampai waktu tertentu persetubuhan tidak dilakukan – TETAPI JUGA TIDAK BERBICARA tentang adanya persetubuhan SESUDAH KELAHIRAN Yesus.
• Hieronimus: Model penuturan seperti itu sangat biasa dalam KS :
– 2 Sam 6:23 “Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya” – setelah mati pun juga tetap tidak punya anak!
– Kej 35:4; Ul 34:34:5-6; mzm 123:2; Yes 46:4; Mat 28:20; dan 1Kor 15:23-26
– Kata “sampai” di sini bisa diterjemahkan lain : lihatlah! (masukkan dalam kalimat – bahkan lebih sesuai dengan konteks penekanan maksud utama ayat tsb)
• Juga terjemahan ay 25 yang lain :”Ia tidak mengenal dia ketika ia melahirkan seorang anak laki-laki… (terj. Knox)

iii. Lukas menyebut bahwa Yesus adalah anak sulung (Luk 2:7)
• Tidak ada satu tempat pun dalam PB dimana Maria pernah disebut sebagai ibu dari seseorang selain Yesus
• St. Heironimus : Prototokos kadang = monogenes :“setiap anak tunggal adalah anak sulung; tetapi tidak setiap anak sulung adalah anak tunggal. Anak sulung tidak hanya berarti bahwa sesudah dia masih dilahirkan anak-anak lain, tetapi juga berarti bahwa sebelum dia tidak ada anak yang dilahirkan”
• Lebih lanjut : kebiasaan Yahudi untuk mempersembahkan kurban pada saat kelahiran anak sulung tanpa menunggu sampai anak berikutnya lahir. (Kel 13:1-2)

iv. Budaya Yahudi
• Keperawanan tabu bagi wanita Yahudi PL (bdk Hak 11:38-39 anak Yefta yang dikurbankan ayahnya sebelum sempat menikah… menangisi keperawanannya)
• Latar belakang Yahudi bukan jawaban akhir. KS PB menampilkan banyak surprise : Yesus – Paulus tidak menikah. Perkawinan Maria-Joseph unik. Keperawanan ini rupanya justru menjadi model pengabdian sebagaimana yang disaksikan paulus dalam 1 Kor…
• Maria-Yusuf tidak sungguh menikah? Paus Yohanes Paulus II, Surat Apostolis: redemptoris Custos (1989) art 7 : Yusuf-Maria sungguh menikah! Perkawinan mencakup unsur pemberian diri timbal balik, tanpa syarat, yang bisa diungkapkan secara fisik namun tidak harus. Orang bisa mempunyai hak tanpa menggunakannya. Persetujuan menikah, tanpa hubungan seksual adalah unsur “tak terpisahkan yang membuat sahnya perkawinan” (KGK 1626)

V. Mengapa Yesus disebut keturunan Daud, padahal Maria mengadung dari RK?• Bagi orang Yahudi, garis keturunan menurut hukum adalah yang sangat penting. Yesus adalah keturunan Daud – karena Yusuf sebagai suami Maria dan ayah yuridis Yesus adalah keturunan Daud (bdk Mat 1:1-dst)

Tidak ada komentar: