Kamis, 15 September 2011

STUDI KITAB SUCI: PERJANJIAN LAMA 5 : KITAB IMAMAT


KITAB MAMAT

A.    STRUKTUR
1 – 7 Bagian I : Upacara Pengurbanan
8 – 10 Bagian II : Upacara Penahbisan
11 – 16 Bagian III : Hukum Mengenai Pentahiran
17 – 26 Bagian IV : Hukum Kekudusan
27 Bagian V : Kurban Pembayar Nazar


B. BEBERAPA POKOK PIKIRAN

1. KITAB KEKUDUSAN
      Kitab Imamat (Leviticus) berasal dari kata Levi mengingat kitab ini berisi kaidah-kaidah ritual yang diperuntukkan bagi kaum imam dari suku Levi. Isinya aturan-aturan upacara, dsb yang cukup detail dan “melelahkan” karena hampir tak ada cerita di dalamnya.
      Sebenarnya judul kitab dalam bahasa Ibrani sangat tepat dan mencerminkan hakekat dari Kitab Imamat: (……) yang berarti la memanggil. Lebih tepat karena tema pusat dari Kitab ini adalah panggilan kepada kekudusan (Hukum Kekudusan bab 17-26).
      Pembaca Alkitab suka melewati Kitab Imamat dengan berkata, “Ah, ini hanya kumpulan hukum dan peraturan!“ – sekilas memang benar namun  dalam hubungan dengan keseluruhan Taurat (Pentateukh), Kitab Imamat bisa dikatakan sebagai jantung Taurat, dan detak dari jantung ini ada di  hukum kekudusan (bab 17-26).
      Kelima kitab merupakan satu kesatuan dengan Kitab Imamat sebagai jantung dari Taurat. Kitab ini mengenai Allah yang kudus dan sebuah bangsa yang dipanggil untuk menjadi kudus.

2. KUDUS = UTUH
      Apa itu Kudus? Bagi kitab Imamat, kudus = utuh. Kekudusan Berarti Keutuhan. Ini lebih dari sekadar permainan kata, karena keutuhan, melukiskan kehidupan Allah. Dan hidup kita seharusnya pun utuh agar mencerminkan kehidupan Allah.
      Makna alkitabiah dari kekudusan tidak hanya mengandung Misteri Allah melainkan juga jawaban ciptaan atas misteri itu. Hendaknya kamu menjadi kudus, karena AKU, TUHAN, Allahmu adalah kudus (11:44-45; 19:2; 20:7, 26).
      Kudus dalam bahasa Ibrani : ……. Yang akar katanya …… berarti "dipisahkan, dijauhkan“. Hal ini mengacu pada pemisahan antara yang kudus dari yang profan (tidak kudus). "Kudus" dikaitkan dengan pribadi, tempat, atau benda-benda yang hanya dapat didekati atau disentuh dengan syarat tertentu sesuai dengan hukum kekudusan.
      Satu-satunya Yang Kudus adalah Alllah. Allah adalah Yang Kudus dan sekaligus Yang Esa. Allah adalah satu-satunya Yang Esa. Esa disini bukan berarti satu – melainkan UTUH (bulat – Integral).
      Keutuhan berbeda dengan kesatuan yang memiliki bagian atau unsur-unsur. Jika semua bagian diatur dengan semestinya maka muncullah keutuhan. Misalnya bagian-bagian mesin harus ditempatkan pada tempatnya. Jika ada satu bagian saja yang ketinggalan, maka mesin itu tidak utuh, tidak satu.
      Dan oleh Allah Yang satu-satunya Kudus dan Esa itu, manusia (umatNya) diundang untuk turut serta (berpartisipasi – ambil bagian) dalam kekudusanNya: Kuduslah kamu, karena Aku, TUHAN, adalah kudus (Im 20) karena sejak semula manusia adalah "gambar dan rupa Allah" (Kej 1:26).
      Karenanya Kitab Imamat harus dibaca pada konteksnya.  Ketaatan yang sejati merupakan benih upacara autentik yang menyucikan dan mempersiapkan untuk hidup secara kudus. Jika hal dasariah ini dipahami, maka kerangka Kitab Imamat pun menjadi jelas.

3. KUMPULAN HUKUM = ALAT MENUJU KEKUDUSAN
      Dalam Pentateukh terdapat tiga Kumpulan Hukum : Hukum Perjanjian Sinai (tertua terdapat dalam Kitab Keluaran 19-24); Hukum Kekudusan (Im 17-26); dan pengulangan Taurat dalam Hukum Ulangan (Ul 12- 26).
      Imamat ditempatkan langsung setelah Keluaran dengan maksud menempatkan aturan-aturan di dalam Imamat dalam kaitannya dengan Musa dan Perjanjian Sinai, meski kaidah-kaidah itu dihimpun dari jaman dan adat-istiadat setelah zaman Keluaran.
      Kaidah-kaidah ini ditempatkan dalam Pentateukh sekitar tahun 550 SM
      Jumlah aturan dan hukum dalam seluruh Taurat ada 613 hukum. 365 diantaranya bersifat larangan, sisanya (248) berupaya keharusan ini dan itu.
      Meski demikian kita dapat menarik manfaat jika memandangnya sebagai sebuah dokumen yang berisi idealisasi para leluhur yang berupaya menghormati Allah dengan benar.
      Dengan segala detailnya, Kitab Imamat sangat bernilai bagi Orang Israel yang berupaya menjadi kudus – sebagaimana Allah mereka juga kudus.
      Santo Hieronimus dalam Surat kepada Paulinus menguatkan kekudusan kitab ini: "Dalam Kitab Imamat, mudahlah untuk melihat bahwa setiap kurban, bahkan hampir setiap lambang dan pakaian dari Harun dan semua kelompok Imam, bernafaskan misteri ilahi".
      Bertahun-tahun kemudian, Petrus, menyinggung panggilan kekudusan dari Kitab Imamat dan mengutipnya (bdk 1Ptr 1:13-16 mengutip Im 19:2). Detak pangilan kekudusan ini sekarang masih bergema dalam hati setiap orang dan menjadi tujuan hidup setiap manusia.


C. SARAN BACAAN :
- Im 19 : 1 – 37 : merupakan tema pokok kitab Imamat : Kuduslah kamu sebab AKU, TUHAN ALLAHmu, Kudus. (bdk ….. Hendaknya kamu sempurna seperti…..)

Didalamnya kita menemui banyak ajaran yang sangat indah (menghormati orang tua, keadilan sosial, mencintai sesama, dsb)
Ada juga larangan yang cukup aneh, misal larangan  mengenakan pakaian dari dua bahan : para ahli masih berdebat tentang ini karena sering aturan-aturan itu berasal dari kegiatan ritual.
      Ada juga aturan yang berdasarkan pengalaman : dilarang makan daging babi. Aturan ini muncul karena banyak yang terkena cacing pita setelah memakannya. Lama kelamaan larangan ini menjadi larangan agama
      Kitab Imamat membantu kita mengingat bahwa Allah adalah Tuhan kita – dan kita mesti mengatur tata hidup kita menurut pola yang diberikanNya. Kita harus menjadi Kudus karena Allah kita adalah KUDUS.
      Selama berabad-abad dikemukakan bermacam-macam argumen mengenai aturan ritual dan makanan. Sejarawan Filo dan filsuf Maimonides percaya bahwa Allah memberikan beberapa perintah dan peraturan untuk mendisiplinkan diri dalam hal kenikmatan makanan. Filo mengatakan bahwa Musa melarang makan babi, karena babi adalah daging yang paling enak, berpantang dari itu dapat mengekang kecenderungan sendiri. la melarang binatang dan burung yang memakan daging untuk mengajar orang supaya lemah lembut.


Ayat Kunci
“Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu (Kudus). Demikianlah kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah TUHAN yang menguduskan kamu

—Imamat 20:7–8



Tidak ada komentar: