Kamis, 15 September 2011

STUDI KITAB SUCI : PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 2 : PERLUKAH BELAJAR PERJANJIAN LAMA?


I.      MENGAPA (PERLU BELAJAR) PERJANJIAN LAMA ???

A. Perjanjian lama merupakan Alkitab Yesus :
        Yesus mengenal sejarah Perjanjian Lama (mis. Yoh 3:14; bdk Bil 21:4-9)
       Yesus mendasarkan pengajaranNya pada Perjanjian Lama (lihat Mat 5:17; bdk. Mrk 11:17)
       Yesus menggunakan Sabda Allah dalam Perjanjian Lama  untuk menentang pencobaan (lih Mat. 4:1-11)
       Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama digenapi  dalam diriNya (mis Luk. 4:16-21; Yoh 15:25).

B. Perjanjian lama sering dikutip oleh Perjanjian Baru.
         Ada kurang lebih 2650 kutipan dari Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru,  yaitu kurang lebih 350 kutipan langsung, dan 2300 kutipan tidak langsung, serta persamaan bahasa.

         Kitab Yesaya dan Mazmur paling sering dikutip (masing-masing lebih dari 400 kali); dan hanya kitab Kidung Agung yang tidak dikutip dalam Perjanjian Baru.

C.  Perjanjian Lama adalah Sabda Allah – Diinspirasi oleh Allah.
         Perjanjian Lama adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari Kitab Suci. Buku-bukunya diilhami secara ilahi dan tetap memiliki nilainya karena Perjanjian Lama tak pernah dibatalkan (KGK 121)

         Tata Keselamatan PL terutama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus Penebus seluruh dunia. Meskipun kitab-kitab PL juga mencantumkan hal-hal yang tidak sempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang sejati…. Kitab-kitab itu mencantumkan ajaran-ajaran luhur tentang Allah seta kebijaksanaan yang menyelamatkan tentang peri hidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang menakjubkan, akhirnya secara terselubung (mereka) mengemban rahasia keselamatan kita” (DV 15 – KGK 122)
         Umat Kristen menghormati PL sebagai Sabda Allah yang benar. Gereja tetap menolak dengan tegas gagasan untuk menghilangkan PL karena PB sudah menggantikannya (Markionisme) – KGK 123
         Sudah sejak zaman Para Rasul dan juga dalam seluruh tradisi, kesatuan rencana ilahi dalam kedua perjanjian dijelaskan oleh Gereja melalui Tipologi. Penafsiran macam ini menemukan dalam karya Tuhan dalam PL “prabentuk” (Tipologi) dari apa yang dilaksanakan Tuhan dalam kepenuhan waktu dalam pribadi Sabda-nya yang menjadi manusia (KGK 128)
      Tipologi berarti adanya perkembangan rencana ilahi ke arah pemenuhannya sampai akhirnya “ Allah menjadi semua di dalam semua” (1Kor 15:28).

         Jadi umat Kristen membaca PL dalam terang Kristus yang telah wafat dan bangkit. Pembacaan tipologi ini menyingkapkan kekayaan PL yang tak terbatas. Tetapi tidak boleh dilupakan bahwa PL memiliki nilai wahyu tersendiri yang Tuhan sendiri telah nyatakan tentangnya (bdk Mrk 12:29-31).  Selain itu, PB juga perlu dibaca dalam cahaya Perjanjian Lama. Katakese Perdana Kristen selalu menggunakan PL (bdk 1 Kor 5:6-10; 10:1-11). Sesuai dengan sebuah semboyan lama : Perjanjian Baru terselubung dalam PL dan Perjanjian Lama tersingkap dalam PB : ”Novum in Vetere latet et in Novo Vetus patet” (Agustinus – KGK 129)

D. Untuk memahami Perjanjian Baru secara baik – perlu mengetahui Perjanjian Lama karena Perjanjian Lama adalah Kitab Suci bangsa Yahudi.

      Dari segi bahasa : Perjanjian Baru ditulis dalam sejenis bahasa  Yunani yang banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Perjanjian  Lama
      Dari segi sejarah : sejarah Perjanjian lama dilanjutkan oleh sejarah Perjanjian Baru
      Dari segi teologi : tema-tema teologi Perjanjian lama, seperti  penciptaan, dosa, hukuman, pertobatan, kurban, keselamatan dan  sebagainya menjadi dasar teologi Perjanjian Baru. Dasar dalam arti bobot teologis dalam Perjanjian Lama mendapat kepenuhan artinya dalam Perjanjian Baru. Khususnya dalam ajaran Yesus Kristus.

E. Perjanjian Lama mengandung sastra yang indah.

         Termasuk cerita yang   termasyur, seperti cerita Yusuf, Rut, Daud, Elisa, Yunus, Ester dan    sebagainya; dan puisi yang indah dan dalam artinya seperti dalam Kitab Ayub, Mazmur,  Yesaya dan lain-lain.
         Wahyu atau penyataan Allah tidak disampaikan dalam bahasa atau kebudayaan kita. Sebagai akibatnya, kita barangkali harus bekerja lebih keras untuk dapat menerima berita yang disampaikan dengan jelas.
         Semakin paham akan kebudayaan Timur Dekat purba (sebutan untuk kawasan timur tengah sekarang), khususnya kebudayaan Israel zaman Perjanjian Lama, semakin mudah untuk mengerti isi Perjanjian Lama
      Mengenal Perjanjian Lama membuat kita memahami ajaran iman secara lebih jelas. Misal tentang hari-hari Raya Yahudi – sebagai pemahaman akan hari-hari raya Katolik, sakramen, perjanjian, dsb.
      Untuk itu dibutuhkan pula pengetahuan budaya, adat-istiadat, kondisi geografis dan politik dan sebagainya  tentang Umat Israel jaman PL dan jaman PB ditulis.


 

Tidak ada komentar: