Minggu, 11 September 2011

MARIOLOGI 9 : MARIA BUNDA GEREJA




MARIA BUNDA GEREJA : PER MARIAM AD JESUM
A. DASAR BIBLIS “INILAH IBUMU...” (Yoh 19:26-27)

       Argue : teks ini bukan dasar anggap Maria Bunda kita – Bahkan Bunda Gereja,  hanya sekedar agar murid-Nya memelihara ibuNya

       Disaat yang begitu penting bagi sejarah keselamatan (misi Yesus!) Yesus hanya berfikir tentang hal yang sangat tidak masuk akal? Bukankah selama 3 tahun berkeliling meninggalkan ibuNya dan Maria juga baik-baik saja dan bisa urus diri sendiri? Perlukah disaat segenting ini Yesus berfikir demikian?

       Lebih Logis : Pada detik-detik penting itu, Yesus melakukan sesuatu yang sangat penting juga bagi GerejaNya: Ia memberikan ibuNya sebagai Ibu Rohani bagi GerejaNya

       Yesus adalah seorang nabi besar. Nabi dikenal dengan tindakan-tindakan yang bersifat simbolis karena ingin menyampaikan sesuatu yang sangat kompleks, mendalam artinya, tidak cukup dengan sepatah dua patah kata – namun sangat efektif disampaikan dengan tindakan simbolis. Misal : ketelanjangan Yesaya, bejana remuk Yeremia, batu bata Yehezhiel, Yohanes pembabtis dengan pakaian dan makanannya serta tindakannya membabtis (tindakan ini yang pertama !).

       Yesus pun demikian sebelumnya: kemarahannya di Bait Allah, mengutuk pohon ara yang tak berbuah, memilih 12 rasul, dll adalah tindakan konkret yang berarti simbolis.

       Penyerahan Maria kepada Yohanes juga bermakna simbolis. Sebutan “perempuan” mempunyai makna profetis-simbolis bahwa Maria adalah ibu semua orang Kristiani (bdk Hawa baru).

       Di bawah misteri salib, peran keibuan Maria Bunda Gereja ditegaskan oleh Yesus. Dalam tulisan Yohanes yang lain (Why 12:17) secara eksplisit ditegaskan siapa anak-anak Maria yang lain (Gereja)

       Yohanes sendiri adalah satu-satunya murid yang mengikuti Yesus di sepanjang Kalvari. Tidak kebetulan bahwa murid terkasih yang dekat dengan Maria saja yang punya keberanian berdiri di bawah salib Yesus. Dia membuktikan bahwa hanya murid yang memegang tangan Maria akan sanggup mengikuti Tuhan disepanjang Kalvari.

       Yesus bagai Musa Baru yang menetapkan Yohanes untuk mengambil tempat Yosua dan menyerahkan BundaNya kepadanya, gerejaNya. Yohanes mewakili Gereja di kaki salib.

       Maria adalah ibu kita dalam tata rahmat dan ibu bagi semua yang hidup dalam Kristus (bdk Kej 3:20). Gereja menghormatinya dengan penuh kasih sayang sebagai bundanya yang tercinta (LG 53)

       Dalam diri Santa Perawan Maria, Gereja telah mencapai kesempurnaannya yang tanpa cacat atau kerut (LG 65)

       Ada persamaan mistik antara Maria dan Gereja ; artinya bahwa Gereja yang dipanggil Allah untuk menyembah HANYA kepadaNya, selalu melibatkan Maria dalam penyembahannya.

       Di Kalvari semuanya disingkapkan. “Saat Yesus telah tiba” dan “pedang yang menusuk jiwa Maria” telah terlaksana. Dan di saat itu Yesus menyerahkan Gereja kepada perlindungan keibuan Maria dan Maria kepada GerejaNya. Maria menjadi ibu rohani Gereja karena kesatuannya yang intim dengan Yesus. Demikian pula, gereja menjadi murid yang dikasihiNya karena kedekatannya dengan sang Bunda.



B. Maria Bunda Kita = Kepengantaraan Maria (Mediatrix)

       PB melukiskan Maria sebagai Bunda Ratu par excellent – sama seperti bunda ratu dalam dinasti Daud menduduki posisi penting dalam penghormatan dan pengaruh – langsung di bawah Sang Raja. Sejauh mana / dalam arti apa Maria mengambil bagian dalam martabat Kristus sebagai raja?

       Di sini kita melihat lebih dalam peran Kepengantaraan Maria (KGK 969) sebagai Bunda Ratu, karena di surga dia adalah Bunda semua orang beriman

  1. Problem :

       Kristus adalah satu-satunya pengantara Allah-Manusia (1 Tim 2:5)

       Pandangan keliru : tidak bisa lewat anaknya maka merayu lewat ibunya : strategi/intrik

ii. Jawaban Katolik

       Problem terjemahan kata “satu” yang dipakai “eis” = pertama, utama. Bukan “nomos” = tunggal, satu-satunya.

       Pengantaraan Maria bersifat partisipasi. Kepengantaraan Kristus tidak menggusur dan tidak bersaing dengan kepengantaraan Maria melainkan meneguhkannya. Bukan sebagai pengantaraan yang lepas dan berbeda dengan Kristus melainkan karena mengambil bagian dan merupakan perpanjangan kepengantaraan Kristus. Karena Maria sendiri juga ditebus oleh Kristus secara istimewa.

        Hal yang sama bagi kita  krn iman dan pembabtisan :

      Keputraan Ilahi kita : partisipasi keputraan Yesus

      Imamat kita : partisipasi imamat Agung Kristus

       Justru penolakan terhadap pengantaraan Maria adalah karena orang salah memahami hakekat, kekuatan dan kedalaman kepengantaraan Kristus. Allah tidak bersaing dengan kita, seolah Ia dihormati hanya kalau kita (manusia) tidak dihormati.

       Menghormati Maria sebagai Bunda Ratu tidak merampas sesuatu pun dari Kristus – sebaliknya justru berarti menekankan bahwa Maria sepenuhnya tunduk di bawah Kristus, sebagaimana jabatan bunda ratus sepenuhnya tergantung pada martabat rajawi puteranya.

       Yesus sendiri yang meng”encourage” kita semua bahkan untuk berpartisipasi dalam diriNya dengan mengatakan : “tinggallah dalam Aku dan Aku dalam kamu, sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri jika ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal dalam Aku” (Yoh 15:4). Tinggal dalam Yesus bukan tenang, nyaman, santai, damai saja melainkan juga harus berbuah. Berpartisipasi memberikan buah kepada orang lain!

       Paulus : semua orang Kristiani adalah duta-duta bagi Kristus = pengantar-a juga (bdk 1Kor 5:18-20)

       Peran Maria sebagai ibu umat manusia sedikit pun tidak menyuramkan atau mengurangi kepengantaraan unik Kristus, melainkan justru menunjukkan kekuatannya (LG 60 bdk. KGK 970)

       Dalam PL, Allah menggunakan para bapa bangsa dan para nabis sebagai perantaraNya. Dalam PL dan PB, Allah menggunakan para malaikat untuk menjadi peranbtara pesan-pesan dan rahmatNya.

       KV II mengajarkan bahwa setelah Maria diangkat ke surga, “ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan aneka pengantaraannya ia terus menerus memperoleh bagi kita kurnia-kurnia yang mengantar kita kepada keselamatan kekal” (LG 62)

       Jika orang memohon agar Bunda Maria mendoakan mereka, bukan Bunda Maria yang mengabulkan doa, melainkan Allah; namun Gereja Katolik percaya, karena kedekatan Bunda Maria dengan Yesus, maka dalam proses doa tersebut, Bunda Maria dapat membimbing umat kepada Yesus, dan jika Yesus berkenan, maka Ia akan mengabulkan doa seseorang yang dipanjatkan bersama dengan doa Ibu-Nya sendiri.

       Jika seorang menolak untuk berdoa bersama Bunda Maria, tentu saja tidak menjadi masalah, sebab Tuhan Yesus tentu tetap dapat mengabulkan doa orang tersebut, terutama yang dinaikkan dengan ketulusan hati.

       Walaupun tentu saja, secara objektif dapat dikatakan, orang tersebut tidak mempergunakan cara yang sesungguhnya ditawarkan oleh Gereja demi kebaikan orang itu sendiri. Ibaratnya, Bunda Maria adalah ‘pemberian’ Yesus kepada kita, untuk kita jadikan sebagai Ibu rohani kita (Yoh 19:27), dan memang terserah pada kita akankah kita menerimanya dalam rumah hati kita atau tidak.

ii. MAU APA…. PEREMPUAN? (YOH 2;1-11)

       Salah satu perikop terkenal (kontroversial) mengenai peran kepengantaraan Maria adalah peristiwa perkawinan di Kana.

       Dalam budaya Yahudi, pesta perkawinan berlangsung tujuh hari. Tuan rumah kehabisan anggur. Maria melontarkan perkataan yang jelas :”mereka kehabisan anggur” (Yoh 2:3). Jawaban Yesus terkesan menolak : “Hai perempuan. Mau apa engkau dari padaKu? Saat-Ku belum tiba” (King James:” Jesus said unto her, Woman, what have I to do with thee? Mine hour is not yet come”)

       Sepertinya celaan yang kasar. Bahkan Ireneus pun berkata bahwa :”Maria te…… namun mari kita lihat lebih cermat

       Pertama pada akhirnya Yesus memenuhi permintaan Maria, jika Ia bermaksud mencela ibu-Nya maka permintaan itu tidak akan dipenuhi. Situasi ini menjadi menarik jika kita bandingkan dengan sikap Salomo atas permintaan Batsyeba : ”saya tidak akan menolak permintaanmu” (1Raj 2:20) – namun kenyataannya Salomo tidak memenuhi permintaan ibunda ratu. Kata-kata Yesus, Salomo Perjanjian Baru, seolah memutarbalikkan situasi Salomo. ………

       Kedua, kata-kata : ”mau apakah engkau daripadaku” adalah idiom Ibrani dan Yunani yang lazim pada masa itu, dan justru menyatakan hormat bahkan pujian daripada celaan. Luk 8:28 ungkapan yang sama persis disampaikan oleh setan lewat orang yang dirasukinya dan menyatakan pengakuan akan kekuasaan Yesus : ” "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.“

       Di Kana, Yesus justru menghormati ibuNya, berbeda dengan Salomo, meski bahkan sebenarnya Maria tidak pernah memerintah Dia. Maria hanya berkata pada pelayan : ”Lakukanlah apa pun yang Ia katakan padamu” (Yoh 2:5). Per Mariam ad Jesum!

       Ketiga : “perempuan” – Yesus tidak mengatakan “Ibu” atau “Maria” melainkan “perempuan” – Mengapa?

       Ada yang mengira sekali lagi Yesus mencela Maria – padahal kata yang sama juga dipakai Yesus dalam situasi sakrat yang berbeda : di bawah salib saat menyerahkan ibuNya (Yoh 19:26)

       Penggunaan kata ini menggemakan  kata yang sama dalam kitab Kejadian. Perempuan adalah nama yang diberikan Adam kepada Hawa (Kej 2:23). Menggarisbawahi makna pesta pernikahan yang mereka hadiri, Yesus menyapa Maria sebagai Hawa Baru (lihat Tipologi Maria)

Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.“ Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

       Maria memaksa Yesus?

       Bahkan Ireneus  bahwa “Maria terlalu tergesa-gesa memohon kepada Yesus karena waktunya belum tiba”.

       Membaca kisah Kana dari kacamata Batsyeba - Salomo 1 Raj 2:19-20 : Batsyeba masuk menghadap raja Salomo untuk membicarakan hal itu untuk Adonia, lalu bangkitlah raja mendapatkannya serta tunduk menyembah kepadanya; kemudian duduklah ia di atas takhtanya dan ia menyuruh meletakkan kursi untuk bunda raja, lalu perempuan itu duduk di sebelah kanannya. Berkatalah perempuan itu: "Suatu permintaan kecil saja yang kusampaikan kepadamu, janganlah tolak permintaanku." Jawab raja kepadanya: "Mintalah, ya ibu, sebab aku tidak akan menolak permintaanmu."

       Maria – Hawa Baru – Batsyeba yang suci

       Kenyataan bahwa Salomo dengan kata manisnya justru tidak memenuhi permintaan Batsyeba Ibunda Ratu – Yesus sebagai Salomo Baru justru sebaliknya.

       Kepengantaraan Maria : pengantara yang baik (ibu yang baik!) meski tidak minta tolong!

       Bdk dengan kata-kata Salomo kepada Batsyeba :”saya tidak akan menolak permintaanmu” (1Raj 2:20) – namun kenyataannya adonai….

       Yohanes mengemas kisah awal Yesus dalam skema tujuh hari (penciptaan) :

      Hari pertama : Kesaksian Yoh. Pembabtis tentang dirinya sendiri (Yoh 1:19-28)

      Hari Kedua : Kesaksian kedua Yoh Pembabtis : Yesus anak domba Allah (Yoh 1:29-34)

      Hari Ketiga : Yesus memanggil dua murid (Yohanes & Simon Petrus – Yoh 1:35-42)

      Hari Keempat : Yesus memanggil Filipus & Natanael (Yoh 1:43-51)

      Lalu tiga hari kemudian (Hari ketujuh) : perkawinan di Kana.

Jadi  kata-kata “pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea” merujuk pada tiga hari setelah hari keempat (= hari ketujuh). Apa maksudnya?

       Jelas Yohanes ingin menekankan makna teologis dibanding kronologis peristiwa tersebut. Tujuh hari secara simbolik merujuk pada 7 hari karya penciptaan. Sebagaimana diindikasikan pada prolog Injil Yohanes. Sebagaimana penciptaan dunia dikemas dalam enam hari dan hari ketujuh Allah beristirahat ; demikian juga karya penciptaan baru dalam Kristus dikemas dalam 7 hari dengan penutupan Kisah di Kana, Yesus membuat tanda mesianis-Nya yang pertama.

       Sejak hari pertama, Yesus meletakkan dasar bagi penciptaan baru komunitas mesianis. Dan pada hari ketujuh IA membagikan sukacita dan kemulianNya sebagai Mesias. Perkawinan sebagai simbol dan antisipasi perkawinan eskatologis, Perjamuan Kerajaan Allah (bdk Mat 22:2 : KA seumpana perjamuan kawin..)

       Anggur simbol berkat Allah dan pemulihan bangsa Israel oleh Mesias (bdk Kej 49:10-12), simbol berkat Ishak atas Yakub (Israel! Bdk Kej 27:28.37) – dengan demikian kelimpahan anggur yang terbaik di Kana melambangkan Datangnya KA – sebagaimana dikatakan Yesus dalam Mrk 14:25 dan Luk 22:18 (bdk dengan sumpah palapa!). Anggur adalah buah paling berharga di palestina (bdk Hak 9:13; Sir 31:27-28). Perubahan air menjadi anggur di Kana mengacu pada anggur ekaristi yang diubah Kristus menjadi darahNya.

       “Mereka kehabisan anggur”. Kehabisan anggur dalam pesta Yahudi adalah bencana bagi tuan rumah. Maria melihat bencana itu di ambang pintu, maka ia datang kepada Yesus. Yang disampaikan Maria bukanlah permohonan, hanya laporan apa yang terjadi.

       “mau apa engkau dari-ku ibu?” (bdk Hak 11:12; 2Sam 19:22; 1Raj 17:18; 2Raj 3:13) adalah undangan untuk percaya hingga mukjijat terlaksana. Kata-kata itu sekaligus menegaskan bahwa memang ada jarak antara Yesus dan Maria

       “Saat-Ku belum tiba”. Saat Yesus adalah saat Allah memuliakan PuteraNya, sebagai mesias yang dinantikan hingga sengsara, wafat  dan kebangkitan Yesus.

       Mukjijat adalah tanda yang membangkitkan harapan akan karunia Paskah Kristus itu. Saat Yesus belum tiba dan itu berarti penolakan pada Maria. Maria tidak berkata apa-apa. Ia yakin dengan kebaikan PuteraNya. Dan yang ia katakan kepada para pelayan, tepat sekali menunjukkan peran pengantaraan Maria : mengantar orang semakin dekat dengan Yesus “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!

       Yesus menyebut Maria : itta (Aram) “perempuan” – bukan imma “ibu”

       Yesus merubah air menjadi anggur – melihat peran Maria dan ketaatan para pelayan melakukan yang diperintahkanNya.

       Enam tempayan. Enam dalam tradisi berarti belum sempurna (7 sempurna). Enam melambangkan ketidaksempurnaan hukum Yahudi dan Yesus datang menyempurnakannya dengan hukum cinta kasih sehingga air menjadi anggur terbaik, yang dihidangkan belakangan.

C. MARIA PEMBELA KITA (ADVOCATE)

       Maria dikenal sebagai Penolong dan Pengantara umat Allah di tengah-tengah masa sulit: “Oleh karena itu dalam gereja, Santa Perawan Maria disapa dengan gelar Pembela…”(LG 62)

       Bagian dari peran kepengantaraan Maria adalah mencakup tugas utama untuk menjadi pembela bagi umat Allah, yaitu menjadi seorang ibu yang memohon atas nama anak-anaknya.

       P. Yoh. Paulus II : surat Tertio Millenio Adveniente :”Maria pada kenyataannya tanpa henti memandang kepada Putera Ilahinya dan ia diajukan kepada sekalian umat beriman sebagai model iman yang senantiasa dipraktekkan”

D. MARIA REKAN PENEBUS (CO-REDEMPTRIX)

       Maria, Bunda Allah yang kudus dan tetap perawan adalah karya unggul dalam perutusan Sang Putera dan RK dalam kegenapan waktu (KGK 721) – sebagai karya unggul Allah, tidaklah mengherankan mengapa segala keturunan menyebut Maria bahagia!










Tidak ada komentar: