Kamis, 28 Agustus 2008

APALAH SAYA INI?????

Mgr. Sutikno, saat baru saja terpilih sebagai uskup Surabaya mengatakan ini : “apalah saya ini sehingga terpilih sebagai uskup....” Kata-kata ini begitu menancap tajam dalam benakku. Orang yang mengenal dan dekat dengan Beliau pasti akan menangkap ketajaman dan kesaratan makna kata-kata itu. Hanya orang yang bisa rendah hati dan mengenal diri sendiri sanggup mengucapkan itu.
Berhari-hari lamanya kata-kata itu selalu teringang dan mengelayuti pikiranku. Ucapan sederhana ini terus mendesak otak dan jiwaku untuk memikirkan ulang makna diri ini: apalah saya ini. Pertanyaannya bukan lagi : siapakah aku ini? - melainkan : Apalah aku ini?
Ucapan monsiegneur mengingatkan saya untuk mengenal diri. Saat berbesar hati, merasa besar, sok pemimpin, sukses, sok kaya, merasa pandai...... juga saat putus asa, kesal, sulit untuk mengerti, minder, ..... kata-kata ini menjadi titik tolak refleksi yang sangat menarik. Apalah saya ini........ kok bisa-bisanya jadi sombong. Apalah saya ini kok sudah merasa sukses, apalah saya ini kok sudah merasa pandai, apalah saya ini kok sudah merasa bijak...... Apalah saya ini kok begitu saja minder, apalah saya ini begitu aja kok sedih, kesal. Apalah saya ini kok gak bisa mengerti barang Cuma segitu aja..... Apalah saya ini....
Ya, “Apalah saya ini” sangat tepat untuk menjadi model spiritualitas bagiku. Pertanyaan yang menjadi dasar spiritualitas dalam menghayati dan melaksanakan hidup. St. Vincentius sangat kental mengajarkan hal ini. Simplicity & humility! Dibalik spritualitas “apalah saya ini” tersimpan kekayaan ajaran kesederhanaan dan kerendahan hati. Dan selanjutnya saya berharap spiritualitas “apalah saya ini” dapat menuntun ke arah selanjutnya. Selalu mengenal diri, mengenal asal dan sekaligus menjadikan tujuan.... Spiritualitas “apalah saya ini” menjadi titik pandang ke arah aktualitas diri yang sederhana dan rendah hati.
Tapi “apalah saya ini?????”. Tulisan-tulisan berikutnya moga-moga bisa menjadi makin jelas ”apalah saya ini......”


Bandara Soekarno Hatta, 24 Juli 2007
Buru-buru pulang, mama sakit lagi

Tidak ada komentar: