Jumat, 09 September 2011
MARIOLOGI 3 : KENOSIS MARIA - MARIA REKAN PENEBUS
• Abad pertengahan : Bunda berduka cita (Mater Dolorosa)
• Sapta Duka Maria : (ada yang 9!)
1. Mendengar Nubuat Simeon: Suatu pedang…”
2. Melarikan kanak-kanak Yesus ke Mesir (Mat 2:13-15)
3. Jawaban Yesus saat diketemukan kembali : tidakkah kamu tahu…. (Luk 2:49)
4. Meratapi Yesus memanggul salib (Luk 23:27)
5. Memandang Yesus tergantung di salib (Yoh 19:25)
6. Menerima dan memeluk jenasah Yesus (Yoh 19:38)
7. Mengikuti penguburan Yesus (Yoh 19:41)
• Peran Maria dalam sejarah keselamatan (Hawa Baru) bukan peran yang mudah serta mengalir (takdir) saja – melainkan dengan melibatkan persetujuan bebas Maria. Dengan “fiat”nya (aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu) bukan sekedar YA atas berita kehamilan dan melahirkan Yesus saja (selesai) melainkan YA atas segala yang akan terjadi atas dirinya selanjutnya – yang dia sendiri tidak tahu. Jawaban YA Maria tidak hanya bagi dirinya sendiri melainkan Maria sebagai wakil umat manusia penerima keselamatan.
• Sebagai konsekuensi atas jawaban YA tersebut, Maria rela melakukan penghampaan diri (Kenosis) seturut penghampaan diri yang telah dilakukan Yesus hingga di jalan salibNya (bdk Flp 2:6-8)
• Maria secara aktif (tahu dan mau) menerima peran kenotisnya. Meski bagi Maria rencana Allah tidak semuanya jelas dari awal, namun dalam kegelapan iman itu Maria mempercayakan diri kepada Allah secara tak tergoncangkan.
A. Yesus dipersembahkan ke Kenisah – Kata-kata Simeon• Maria memenuhi hukum Allah: mempersembahkan putera sulung dan pemberian nama (sesuai pesan Malaikat)
• Kata-kata Simeon dengan tepat menyatakan :
– Misi yang akan diemban Yesus – bukan misi kemenangan melainkan menimbulkan “tanda perbantahan” bagi banyak orang.
– Peran Maria dalam misi itu : suatu pedang akan menembus hati Maria
• Apakah Maria memahami artinya? Belum. Dalam kegelapan imannya Maria “menyimpannya dalam hati dan merenungkannya” (symballein)
• Ketidaktahuan dan kegelapan bukan berarti meragukan melainkan justru Maria menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah.
B. Yesus Hilang dan Ditemukan di Kenisah
• Teks menyatakan “kecemasan orang tua Yesus”. Mereka “mencari” Yesus.
• Nilai utamanya bukan “dimana” Yesus melainkan “siapa” Yesus sebenarnya. Bukan karena Yesus ditemukan lagi di Kenisah melainkan menegaskan bahwa kedatangan Yesus adalah untuk melaksanakan kehendak BapaNya. “ tidaklah kamu tahu bahwa Aku ….”
• Hubungan Yesus – BapaNya ini melampaui daya tangkap Yusuf – Maria. Maria menyimpan semua perkara itu dalam hatinya. Kembali Maria dalam kegelapan imannya menghampakan diri dan berserah kepada Allah
C. Maria dan Salib Yesus• Hadirnya Maria dalam hidup Yesus merupakan suatu proses peziarahan iman. Dalam keseluruhan proses itu Maria terus menerus mengosongkan diri dan bergantung pada imannya. Hingga peristiwa di bawah salib pun bagi Maria mungkin hal tersebut berbeda dari pengertian dan harapannya, namun ia tetap setia, tetap mengosongkan dirinya, solider dengan Yesus yang tergantung di salib. Tidak ada tempat yang paling tepat (berat) namun mulia bagi kenotis Maria selain di bawah salib anaknya.
• Di bawah salib ini kesatuan batin antara Ibu dan Anak ditonjolkan sekali lagi dan mendapatkan peneguhannya.
• Peran serta Maria sepanjang jalan salib Yesus membuatnya digelari sebagai Bunda Penebus (Mater Redemptoris) dan Co-redemptrix (ko-penebus), Mediatrix (perantara) dan Advocate (pembela)- (KGK 969)
• Pemikiran ini telah ada sejak Bapa Gereja awali (terutama di timur) dan semakin subur pada abad pertengahan : Petrus damianus, Anselmus dari Canterbury, Bernardus dari Clairvaux, Albertus Magnus, Thomas Aquinas, Bonaventura dan Duns Scotus. Juga pengaruh para troubadour (penyair keliling).
• Saat itu pujian terhadap Maria sangat marak seperti Madonna, Notre-Dame, Unsere Liebe Frau
Maria Rekan Penebus (Co-Redemptrix)
• Titik tolak untuk memahami ajaran Maria sebagi Ko-redemptrix adalah ajaran tentang penebusan
• Penebusan Objektif : Karya penyelamatan Allah dalam diri Kristus sekali untuk selamanya.
• Penebusan Subjektif : penerimaan manusia atas penebusan objektif dalam iman (prinsip receptive) dan panggilan untuk berpartisipasi dalam kurban salib. Artinya setiap orang beriman dipanggil untuk menjadi ko-penebus (Princip Cooperative)
• Panggilan sebagai ko-penebus memang tidak menyumbangkan suatu pun bagi penebusan Yesus (final, lengkap, cukup, sekali untuk selamanya). Namun hanya dengan berpartisipasi pada karya penebusan itu, menerima dengan terbuka, membuka diri untuk rahmat– barulah rahmat penebusan itu bekerja efektif
• Terhadap Maria, panggilan untuk menjadi ko-penebus (penebusan subjektif) telah terjadi sebelum dan disaat jalan salib terlaksana - dan hingga selamanya :
– Konsepsi : Maria dikandung tanpa noda – adalah bagian dari anugerah penebusan objektif yang ditanggapinya (subjektif) dengan sangat terbuka memelihara keperawanannya sambil menantikan Mesias bersama umat pilihan lain.
– Anunsiasi : secara objektif dalam ruang dan waktu penebus dianugerahkan kepada rahimnya – dan maria dengan bebas, rela dan aktif (subjektif) menjawab dengan “fiat”nya. Jawaban “YA” Maria sangat menentukan bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan bagi seluruh umat manusia
– Peristiwa Golgota : saat anaknya tergantung disalib (penebusan objektif), Maria berdiri di kaki salib. Maria menanggapi secara pribadi penebusan itu dalam iman yang telah mendarah daging karena sejak awal keibuannya, Simeon telah meramalkan bahwa “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Luk 2:35) – dan dibawah salib semuanya itu menjadi jelas. Maria ikut serta dalam penderitaan Kristus sebagai socia passionis (teman sependeritaan). Dalam arti inilah kita Maria disebut Co-redemptrix. Dan karena peristiwa di bawah salib ini Maria digelari Ratu Para Martir, objek kemartirannya adalah kemartiran sang penebus sendiri. Tugas Maria sebagai ko-penebus ditentukan oleh kurban Kristus sendiri. (Bdk Ibu Martir Makabe!)
• Inilah puncak kenosis Maria (pengosongan diri) : berpartisipasi dalam misteri penebusan manusia. Maria sekaligus sebagai murid Yesus yang sempurna : Barang siapa mengikuti aku tetapi …. (Luk 14:27). Maria menjadi model kita dalam menghampakan diri untuk mengikuti Kristus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar