PENDAHULUAN
Mengenai Judul.
Berhala Itu Bernama Ekaristi! Judul tersebut bukan kami tulis agar umat Katolik yang membacanya menjadi naik darah. Bukan! Judul tersebut adalah judul artikel kedua dalam buku ini. Dan judul itu kami ambil dari paham lama kaum reformator sejak abad pertengahan yang menganggap para penyembah Sakramen Mahakudus sebagai penyembah berhala (bdk Martasudjita, ekaristi, hal 279). Dan wacana yang sama muncul kembali dari buku “Bersiaplah Untuk Berperang” karangan Rebecca Brown M.D yang banyak beredar di Surabaya (seperti dikutip oleh Romo Pidyarto O’Carm dalam “Mempertanggungjawabkan Iman Katolik Buku Ketiga, hal 35). Serangan semacam itu rupanya tak pernah berhenti. Dan ditengah maraknya teknologi komunikasi, hal-hal semacam ini sangat subur berkembang melalui SMS, Email, BBM atau jejaring sosial seperti facebook, twiter, dll (lihat jawaban apologetika Dody Prayogo atas kesaksian palsu Angelica : http://doddyprayogo.wordpress.com/2011/03/19/apologetika-pembelaan-iman-katolik-terhadap-kesaksian-angelica/). Dan justru buku ini ingin merefleksikan (bukan sekedar membantah) tuduhan tanpa dasar itu. Jadi tulisan-tulisan dalam buku ini bukan justru berisi hujatan terhadap Ekaristi melainkan sebaliknya. So, don’t judge the book from the title.
Mengenai Isi.
Pertama penting kami sampaikan bahwa tujuan penulisan ini adalah katekese umat mengenai Ekaristi, masih dalam kerangka menghidupi arah dasar keuskupan Surabaya di tahun 2011 : Tahun Katekese dan Anak. Melalui buku ini, kami ingin berbagi mengenai kekayaan ekaristi yang sedemikian kita hargai dan hormati sebagai puncak dan sumber hidup Kristiani (LG 11, SC 10) namun kerap kali tanpa pemahaman dan pengertian yang memadai. Akibatnya, tuduhan bahwa Ekaristi itu suatu penyembahan berhala, mungkin timbul karena mereka tidak menemukan jawaban yang memadai pula saat kita dihadapkan pada pertanyaan iman tentang misteri Ekaristi. Bahkan, terlebih lagi, mungkin karena kita pun tampak tidak berubah semakin baik dan semakin menyerupai Kristus dengan seringkali mengikuti Ekaristi. Jadi tulisan ini adalah katekese introspektif yang pertama-tama adalah untuk diri penulis sendiri.
Kedua, Apalah kami ini? Dengan jujur kami mengakui bahwa sebagian besar ide dan ajaran yang tertulis dalam buku ini bukanlah ide murni kami sendiri. Ajaran, ide, refleksi dan juga pandangan-pandangan teologis dan biblis yang tertuang dalam buku ini kami ambilkan dari para penulis Katolik yang lebih kompeten. Kutip sana – kutip sini, comot sana – comot sini bahkan tak jarang secara sangat letterlijk, kata per kata, telah kami lakukan dalam menyusunnya. Kami hanya mengumpulkan yang sekiranya sangat dibutuhkan (menurut pandangan subjektif kami) dan merangkainya dalam satu alur pikiran serta kadang memberikan penjelasan yang dibutuhkan. Ukurannya : sejauh tujuan katekese introspektif tersebut terpenuhi.
Ketiga, metodologi ilmiah penulisan. Dengan latar belakang point pertama dan kedua diatas bisa dibayangkan bagaimana metodologi ilmiah penulisan dalam buku ini. Sama sekali tidak ada catatan kaki dan juga sumber penulisan. Terlebih semula tulisan ini dimaksudkan hanyalah sebuah artikel dalam majalah internal paroki Salib Suci (Mawasss) yang kemudian berkembang bukan lagi sebagai artikel melainkan direncanakan menjadi sisipan (booklet) edisi khusus menyambut Trihari Suci Paskah 2011. Namun karena dirasa cukup tebal bagi sebuah booklet maka akhirnya dibuatlah sebuah buku dengan tetap merupakan sisipan bagi majalah Mawasss tersebut. Meski demikian, sebagai pertanggungjawaban ilmiah, tetap kami berikan daftar kepustakaan dari mana saja sumber-sumber tulisan ini diperoleh.
Keempat, alur bahasan. Tujuan utama penulisan adalah katekese tentang ekaristi yang bersifat introspektif bagi umat Katolik umumnya dan penulis sendiri khususnya . Tidak semua hal tentang ekaristi tertuang di sini. Dalam buku ini, kami hanya membahas tiga hal utama. Ketiganya merupakan artikel terpisah yang sebenarnya saling menyambung. Artikel Pertama : Rekonstruksi Perjamuan Malam terakhir Yesus : Apakah Perjamuan Terakhir Yesus sesuai dengan Perjamuan paskah Yahudi? ataukah Yesus merubahnya? Benarkah Yesus menetapkan Ekaristi pada Perjamuan Malam Terakhir? Apakah peristiwa Perjamuan Malam Terakhir adalah Ekaristi yang pertama? Artikel Kedua berjudul : Berhala itu bernama Ekaristi! Artikel ini berupaya menunjukkan bahwa Ekaristi adalah perayaan kenangan akan Penebusan Kristus yang sangat Alkitabiah. Bagian-perbagian perayaan kami sajikan untuk mengingatkan kembali makna simbolis yang terkandung di dalamnya serta pendasaran Alkitabiahnya. Orang Katolik tidak sekedar menyembah roti bulat kecil, melainkan kami yakini sepenuhnya bahwa itu adalah Tubuh Kristus sendiri. Bagaimana itu mungkin? Pertanyaan itu kami jawab dalam artikel ketiga : Makan Tubuh dan Minum Darah Kristus? Pendasaran kami adalah Sabda Allah sendiri dalam Injil Sinoptik maupun Injil Yohanes dan Surat Paulus, khususnya 1 Korintus. Dan dalam artikel ini pula kami gelar secara singkat konsistensi Gereja Katolik dalam sepanjang sejarahnya yang senantiasa mengimani misteri “praesentia realis Christi” dalam Ekaristi, terutama bagaimana Gereja berusaha menjelaskan bagaimana misteri itu terjadi. Penjelasan itu tidak pernah secara tuntas memuaskan – namun bagaimana pun juga iman senantiasa berupaya untuk mendapatkan pencerahan budi (fides quaerens intelectum) – meski budi tidak pernah mampu menyelaminya secara tuntas dan kembali pada iman……….. Akhirnya buku ini diakhiri dengan suatu refleksi mengenai pengejawantahan perutusan Ekaristi (Ite, missa est) dalam hidup sehari-hari, dalam liturgi Ekaristi kehidupan di luar tembok Gereja dimana para umat beriman mewujudkan anugerah imamat yang telah diterima dalam sakramen Baptis. Pengejawantahan ini sangat penting karena apa yang kita percayai menjadi dasar apa yang kita doakan dan pada akhirnya harus menjadi tuntunan bagaimana kita harus hidup. Lex Credendi – Lex Orandi – Lex Vivendi!
Akhir kata, mohon maaf atas segala kekurangan dalam buku ini. Ucapan terima kasih tak terhingga bagi semua yang turut terlibat dan mendukung terbitnya buku ini. Khususnya Romi Heribertus SVD, Romo Dasi SVD, Bpk. Karel, Bpk Minggus, Bpk. William, Bpk. Setyawan Sandhi, Bpk. Stefanus (Yuli?), dan Sdri. Ajeng – dan terutama bagi semua umat di Paroki salib Suci yang terkasih : Selamat Paskah! Kristus sungguh telah bangkit!!!
Griya Sanctitas Veritas, 5 April 2011
Selamat Ulang Tahun Lia!
FX. Sutjiharto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar