Perkawinan di Kana
Saudara-saudara Terkasih,
Suasana pesta sangat meriah. Banyak tamu berdatangan. Tempat penuh sesak
dan meriah menghadiri pesta perkawinan yang di Kana di Galilea itu. Sang tuan
rumah adalah orang yang mempunyai banyak sahabat, disukai banyak orang dan
cukup terpandang sehingga setiap undangan merasa "tidak enak" kalau
tidak datang.
Dan disebutkan secara terpisah bahwa ibu Yesus, Maria ada di pesta itu – Yesus dan para murid
diundang juga .
Saudara-saudara,
Di tengah meriahnya suasana pesta, rupanya ada yang tidak disadari banyak orang, termasuk sang pemimpin pesta / EO. Ternyata jumlah yang hadir melebihi jumlah anggur yang disediakan. Hal ini bisa berakibat sangat fatal bagi kehormatan dan harga diri kedua mempelai. Anggur bagi masyarakat Yahudi adalah lambing kegembiraan. Tidak ada pesta tanpa anggur!
Di tengah meriahnya suasana pesta, rupanya ada yang tidak disadari banyak orang, termasuk sang pemimpin pesta / EO. Ternyata jumlah yang hadir melebihi jumlah anggur yang disediakan. Hal ini bisa berakibat sangat fatal bagi kehormatan dan harga diri kedua mempelai. Anggur bagi masyarakat Yahudi adalah lambing kegembiraan. Tidak ada pesta tanpa anggur!
Namun Maria
yang dikatakan ada disana, mengerti dan menyadari situasi sulit ini. Dan Maria
menyampaikannya kepada Yesus. Yesus bertindak, menyuruh para pelayan mengisi
tempayan-tempayan yang digunakan sebagai pembasuhan dengan air dan membawanya
kepada sang pemimpin perjamuan.
Dan sang pemimpin pesta / EO yang tidak mengerti situasinya menjadi
heran, mengapa tuan rumah menghidangkan anggur yang lebih baik setelah anggur
yang biasa saja. Logikanya seharusnya yang baik diawal saat orang masih sadar -
yang kurang baik kemudian. Sebagai "jog-jog-an" saja yang toh tidak
akan terlalu terasa karena para tamu sdh setengah mabuk dan kenyang.
Saudara-saudara,
Kemeriahan pesta berjalan terus. Suasana semakin meriah - makin banyak orang
ikut bersukaria. Tidak banyak yang tahu apa yang terjadi.... Mungkin hanya
Maria, Yesus dan para Murid yang mendengar pembicaraan mereka - dan para
pelayan yang mengisi tempayan.
Dan pada akhir kisah itu ditulis oleh Yohanes - pada ayat 11 sebagaĆmana dikutip di halaman depan buku ini : “hal itu dibuat Yesus di kana..... yang pertama dari tanda-tandaNya....murid percaya....”
Dan pada akhir kisah itu ditulis oleh Yohanes - pada ayat 11 sebagaĆmana dikutip di halaman depan buku ini : “hal itu dibuat Yesus di kana..... yang pertama dari tanda-tandaNya....murid percaya....”
Saudara-saudara terkasih,
Apa yang dimaksud dengan kata "HAL ITU..." Di sini? Kita pasti dengan cepat menjawab bahwa yang dimaksud adalah peristiwa mukjijat Yesus mengubah air menjadi anggur.... Benar, namun menurut saya lebih dari itu.
Kata "Hal ITU " di sini mengacu pada hal yang lebih dalam,
yaitu mengacu pada keseluruhan suasana
saat itu - bukan sekedar pada peristiwa air menjadi anggur. Tanda yang membuat para murid percaya bukan
sekedar peristiwa mukjijat – melainkan Pribadi
Yesus sendiri. Mereka melihat dan menjadi yakin bahwa dengan kehadiran
pribadi Yesus, segalanya menjadi
teratasi - dengan kehadiran Yesus suasana
pesta terus berlangsung, bertambah banyak orang yg bergabung turut
bergembira. Para murid menjadi yakin bahwa kehadiran Yesus membuat orang tak kurang suatu pun. Itulah tanda awal
yg membuat para murid percaya kepadaNya.
Saudara-saudara,
Dalam peristiwa itu kita melihat jelas peran Bunda Maria. Maria seolah menjadi jembatan antara Yesus dengan para pelayan. Maria
menjadi jembatan antara situasi darurat
yang bahkan tidak disadari dengan kemeriahan pesta yang terus berlangsung.
Apa yang dilakukan Maria? Maria hanya mengatakan kepada Yesus bahwa "mereka
kehabisan anggur". Titik. Dan apa jawaban Yesus? “Mau
apa daripadaku Ibu? Saat ku belum tiba”.
Ini adalah kata-kata yang kerapkali disalahartikan, seolah Yesus marah, berkata tidak enak kepada Maria karena Maria "memaksa" Yesus melakukan sesuatu.
Yesus tidak mungkin melakukan hal itu. Dia tidak mungkin melanggar perintah Allah untuk menghormati ibu - bapa. Dan lagi pula, kata-kata : "mau apa daripadaku" sebenarnya ungkapan lazim bagi budaya di sana.
Ini adalah kata-kata yang kerapkali disalahartikan, seolah Yesus marah, berkata tidak enak kepada Maria karena Maria "memaksa" Yesus melakukan sesuatu.
Yesus tidak mungkin melakukan hal itu. Dia tidak mungkin melanggar perintah Allah untuk menghormati ibu - bapa. Dan lagi pula, kata-kata : "mau apa daripadaku" sebenarnya ungkapan lazim bagi budaya di sana.
Ini ungkapan netral yang bisa jadi diungkapkan dengan sinis, dengan
manis, atau dengan marah. (Semacam : opo o ? Dalam bahasa kita). Artinya
kira-kira : gak perlu repot-repot, buk
kuatir, tenang aja dan semacamnya. Jadi bukan ungkapan hinaan kepada Maria, apa
lagi dengan embel-embel kata "ibu" di sana, pasti bukan mengacu pada
suatu yang kasar.
Dan Maria pun hanya menyampaikan situasi serta keadaan yang terjadi. Kalimatnya kalimat berita. Tidak ada kata perintah sama sekali di sana.
Sebenarnya yang menarik di sana adalah : mengapa Maria menyampaikan hal ini kepada Yesus? Bukankah sebelumnya Yesus belum pernah menunjukkan tanda-tanda mukjijat?
Dan Maria pun hanya menyampaikan situasi serta keadaan yang terjadi. Kalimatnya kalimat berita. Tidak ada kata perintah sama sekali di sana.
Sebenarnya yang menarik di sana adalah : mengapa Maria menyampaikan hal ini kepada Yesus? Bukankah sebelumnya Yesus belum pernah menunjukkan tanda-tanda mukjijat?
Jadi sebenarnya bisa saja Maria mencari solusi lain - selain
menyampaikannya kepada Yesus. Galilea saat itu adalah satu kota perdagangan
yang cukup ramai. Rasanya tidak terlalu sukar untuk mencari / membeli anggur di
tempat lain - meski mungkin anggurnya tidak sebaik anggur yang sudah
dihidangkan - toh para tamu tidak akan terasa karena sudah pada setengah mabuk.
Jarak antara Galilea dan Kana hanya sekitar 5 km saja. Mengapa Maria tidak
menyampaikan kesulitan ini kepada pemimpin pesta saja?
Rupanya dari awal Maria telah yakin dan percaya bahwa Yesus mempunyai solusi untuk menyelamatkan tuan rumah dari rasa malu. Meski dikatakan Yesus bahwa "saat ku belum tiba" - Maria percaya Yesus mempunyai perhitungan sendiri. Ia sama sekali tidak mendesak Yesus. Ia hanya berpaling kepada para pelayan agar melakukan apapun yang diperintahkan Yesus. Maria menjadi perantara antara pelayan dan Yesus.
Saudara-saudara,
Banyak hal yang bisa kita petik dari peristiwa ini.
Kita belajar dari Maria yang tidak mendesak-desak Yesus. Maria percaya bahwa Yesus mempunyai perhitungannya sendiri. Sering dalam doa dan permohonan kita merasa bahwa semuanya penting dan mendesak. Doa-doa kita menjadi penuh dengan tanda seru dan janji-janji. “Tuhan tolong kabulkan, aku berjanji jika terkabul aku akan…..” . Dan kita menjadi begitu gelisah karena seolah tidak ada jawaban.
Kita belajar dari Maria yang tidak mendesak-desak Yesus. Maria percaya bahwa Yesus mempunyai perhitungannya sendiri. Sering dalam doa dan permohonan kita merasa bahwa semuanya penting dan mendesak. Doa-doa kita menjadi penuh dengan tanda seru dan janji-janji. “Tuhan tolong kabulkan, aku berjanji jika terkabul aku akan…..” . Dan kita menjadi begitu gelisah karena seolah tidak ada jawaban.
Bisa jadi bahwa saat itu Tuhan tengah berbicara kepada kita "mau
apa daripadaku? Saatku belum tiba". Dan sikap Maria yang menaruh
kepercayaan penuh kepada perhitungan Tuhan bisa menjadi teladan bagi kita. Yesus
tetap mendengarkan doa-doa kita – bahkan meski saatnya belum tiba. Apa yang
harus kita lakukan? Yang harus kita lakukan adalah seperti yang dikatakan Maria
kepada para pelayan : Apa yang dikatakan
Yesus, lakukanlah itu. Yesus mungkin
akan menyuruh kita mengisi tempayan-tempayan yang ada pada kita. Dia tidak akan
meminta kita melakukan sesuatu yang diluar kemampuan kita. Dia tidak menyuruh
kita mempersembahkan apa yang tidak ada pada kita. Yang ada pada kita mungkin
hanya lima roti dan dua ikan. Atau bisa jadi Dia menyuruh kita bertolak menuju
tempat yang dalam, karena di sana tempat ikan besar berada. Melakukan apa pun yang dikatakan Yesus adalah
cara yang tepat menantikan saat Tuhan bertindak.
Saudaraku terkasih, terutama dua calon mempelai
Saudaraku terkasih, terutama dua calon mempelai
Hidup keluarga tidak selamanya mulus. Suasana tidak selamanya pesta. Ada saatnya hidup berkeluarga
menjadi seperti mengarungi perahu di tengah badai lautan. Ada saatnya semua
yang sekarang ini tampaknya indah, kompak, harmonis bisa berubah menjadi
seperti lagunya Cakra khan : ku
menangis kau tersenyum, kuberduka kau bahagia, ku pergi kau kembali……
Apa yang harus kita lakukan saat hal itu
terjadi? Yang harus kita lakukan
adalah senantiasa mengundang Yesus,
mengundang Maria, untuk senantiasa hadir dalam keluarga kita. Senantiasa
mengundang mereka untuk selalu tinggal dalam Gereja kecil yang sedang kita
bangun ini.
Dan sebagaimana yang terjadi dengan para Murid, dengan mengundang mereka
– kita akan melihat dan mengalami banyak
hal tanda-tanda kemuliaanNya yang akan membuat kita senantiasa percaya. Kita
akan senantiasa dalam lindunganNya, bahkan terhadap hal-hal buruk yang
mengancam tanpa kita sadari – kita akan dibebaskanNya. Belajar dari para murid
bahwa kehadiran Yesus membuat Gereja baru ini tidak akan pernah kehabisan
anggur sukacita!
Amin