Rabu, 14 September 2011

STUDI KITAB SUCI : Pengantar Kitab Suci 2 : Apakah Alkitab Itu?


I. APAKAH ALKITAB ITU?
Kata ALKITAB (Arab) = The Book, Buku.
Dipakai orang Arab untuk menunjuk pada Kitab Suci orang Kristen dan Yahudi. “Ahal Alkitab” = umat yang memiliki kitab suci.
Yunani : ta biblia = kitab-kitab (jamak – bdk 2Tim 4:13) – dilatinkan menjadi biblia = kitab (tunggal). Dari sini menjadi akar kata semua bahasa Eropa : bible, biblia, bibel, bijbel, bibbia, dsb

1. Alkitab = Buku Unik Sekaligus Sukar

Bentuk : Alkitab terdiri atas banyak ‘buku’ (ada yang berbentuk surat) – yaitu 73 buku = perpustakaan kecil

Bahasa : Alkitab ditulis (aslinya) dalam tiga bahasa : Ibrani, Yunani, dan Aram. Ada buku yang sekaligus ditulis dalam dua bahasa (Ester) dan bahkan Tiga bahasa (Daniel)
Jenis Sastra : Karenanya, Alkitab ditulis dalam aneka ragam gaya bahasa, jenis sastra, latar belakang, maksud tujuan dan sebagainya.

Penulis Alkitab (bukan Pengarang!) :
Sebagai satu kesatuan Alkitab tidak mempunyai pengarang – menyangkut masing-masing buku sebagian besar tidak mencantumkan nama pengarangnya.

Kalau toh dituliskan pengarangnya, kerap harus dilihat apakah benar tokoh tersebut penulisnya atau hanya memakai nama besarnya.
Ada  buku yang dikarang oleh satu orang (mis. Surat paulus), ada yang merupakan kompilasi beberapa pengarang yang berbeda zaman dan tempat – bahkan bisa berbeda lebih dari sepuluh abad – dan diedit oleh seorang atau beberapa editor (mis. Mazmur, Raja-raja)

Alkitab juga mengandung kejanggalan-kejanggalan (perulangan, perbedaan, bahkan pertentangan – bukan hanya satu  buku dengan buku lain ; bahkan dalam satu buku yang sama). Bagaimana hal ini harus dipahami?
Kisah Penciptaan              : bdk. Kej 1 VS Kej 2
Allah yang kejam ? Perang berdarah-darah (Peristiwa masuknya Israel ke Yerikho)
Kisah kelahiran Yesus (bdk Lukas dan Injil sinoptik lainnya)
Kapan Yesus memanggil para murid yang pertama? (ada perbedaan kronologis waktu di antara Injil-Injil)
Di kayu salib Yesus meminum anggur asam atau tidak? (bandingkan diantara Injil-Injil)
Panggilan Saulus Kis 9:37 berbeda dengan Kis 22:9
Dsb - ada banyak perbedaan
Problema Terjemahan :
KS ditulis dalam rentang waktu ribuan tahun LALU, oleh orang-orang yang berbeda budaya dengan kita,
Dalam bentuk sastra yang sangat berbeda dengan sastra kita (apalagi kontemporer),
Dalam bahasa yang tidak kita pahami. Banyak kata dalam KS yang ditulis dalam bahasa Ibrani, lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani, selanjutnya diterjemahkan dalam bahasa Latin dan kemudian dialihkan lagi dalam bahasa Eropa dan akhirnya ke bahasa  Indonesia
Tidak ada naskah asli tulisan tangan penulis yang bisa terpelihara hingga saat ini. Naskah-naskah tua yang ada adalah salinan dan terjemahan.
Terjemahan KS banyak sekali versinya karena sebuah kata bisa mempunyai banyak arti dan bisa menjadi berbeda dalam penafsiran. Misal : membantu, menolong. Cinta, karitas, dsb

Kenyataan ini membuat Alkitab sebagai satu buku yang unik yang sekaligus sukar :

Sebagai buku yang sulit ternyata tidak hanya terjadi sekarang ini, melainkan telah sejak dahulu (bdk Kisah Emaus : hai kamu orang bodoh…. Luk 24:13-35 ; Kisah orang Saduki yang tidak percaya kebangkitan orang mati… “kamu sesat sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci…. Mat 22:23-33 ; Kisah Philipus dan sida-sida Ethiopia – Kis 8:26-40)

Membaca KS butuh pengertian (bdk Mat 13:13) dan bimbingan. Selain juga idealnya orang menguasai beberapa bidang ilmu : bahasa, sejarah, geografi, dan teologi.
Disamping itu (yang terpenting), membaca KS membutuhkan iman.

2. Alkitab = Buku Gereja (Katolik)

a. Alkitab dan Gereja (Katolik)
Sekurangnya bisa disebut dua arti bahwa KS adalah buku Gereja Katolik :

  1. KS berasal dari Gereja – bukan sebaliknya Gereja berasal dari Kitab suci. Gereja ada lebih dahulu daripada Alkitab, meski demikian, Gereja juga lahir dengan membawa Kitab Suci di tangannya, yaitu Perjanjian Lama – baru kemudian tulisan-tulisan PB dikumpulkan dan disatukan dengan PL. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Beberapa pemikiran yang kurang tepat menganggap bahwa KS adalah semacam buku petunjuk penggunaan bagi Gereja (yang masih dalam kotak pembungkus) atau KS merupakan semacam Anggaran Dasar bagi Gereja.

Mengapa kurang tepat? Karena Gereja telah ada terlebih dahulu, dibandingkan Alkitab terutama PB. Kecuali Injil – semua kitab PB memberikan gambaran suatu komunitas yang telah ada dan diatur dengan relative baik. Dengan aturan, praktik ibadah, stuktur dan wewenang serta pola pengambilan keputusannya sendiri (bdk. Surat-surat Paulus, kisah Para rasul, dsb)
Konsekuensinya adalah KS bukan dasar untuk membenarkan atau menyalahkan Gereja. Adalah keliru jika kita mencari-cari mana Gereja yang benar berdasarkan Alkitab. Ini terbalik – karena  Gerejalah yang menjadi “tiang penopang dan dasar kebenaran” (1 Tim 3:15).

Pertanyaannya : Gereja yang mana? Dengan jawaban yang jelas mesti kita berikan yaitu, gereja yang telah ada sebelum PB ada.
Sejak reformasi protestan, banyak orang berupaya membangun Gereja baru berdasarkan bukti-bukti PB. Bagaimana Gereja baru tersebut mempunyai garis yang berkelanjutan dengan Gereja awali?

Cara yang paling bijaksana adalah dengan melihat Gereja yang telah ada sebelum KS – yaitu Gereja yang dengan pertolongan Ilahi, menghasilkan KS, mempertahankan keutuhannya melewati pelbagai ancaman dan bidaah – gereja yang menghimpun KS menjadi satu buku. Ini alasan kedua bahwa KS adalah buku Gereja Katolik.

ii. Gereja Katolik lah yang mengumpulkan KS menjadi satu buku dan mengakuinya sebagai Sabda Allah
Tanpa berniat memojokkan siapa pun, KS sejak semula ditetapkan melalui komunitas-komunitas umat beriman yang dipimpin oleh para uskup katolik dan disahkan menjadi sebuah kumpulan kitab melalui keputusan konsili para uskup katolik

Otoritas mana yang berhak menentukan kitab-kitab mana yang masuk dalam KS dan mana yang tidak? GEREJA KATOLIK
Penetapan Kanon adalah hasil keputusan Gereja. Pada awal hidup Gereja muncul pelbagai tulisan yang dianggap suci: Injil Bartolomeus, Injil Thomas, Injil Matius, dsb. Gereja merasa diri perlu memilah-milah kitab mana saja yang sesuai dengan TRADISI imannya.

Dari mana kita tahu Injil Matius adalah Sabda Allah? Jawabannya : karena Gereja mengajarkan demikian. Karena itulah Alkitab adalah buku Gereja. Seandainya Gereja tidak menyatakannya sebagai Sabda Allah maka tidak ada Alkitab. Agustinus :”Aku tidak akan percaya kepada Injil andaikata otoritas Gereja Katolik tidak mendorongku untuk mengakuinya (Contra Epistolam Manichaei 5.6)

Baru kemudian di sekitar abad ke-4 Gereja secara resmi (lembaga) membentuk satu buku Alkitab sebagaimana yang kita kenal sekarang ini (lebih detail dibahas dalam proses pembentukan kanon)

Kitab Suci selama beradab-abad dipelihara dan diwariskan oleh Gereja Katolik. Sebelum mesin cetak ditemukan, para biarawan-wati Katolik menyalin huruf demi huruf KS dengan tulisan tangan. Banyak dokumen tulisan tangan itu masih tersimpan hingga sekarang ini.

Jika dikatakan Gereja Katolik tidak mencintai KS maka tidak perlu bukti lagi bahwa selama 2000 th KS dibaca setiap hari dalam perayaan ekaristi, sejak di katakombe-katakombe, rumah-rumah pribadi hingga di katedral-katedral megah. Lectionary Katolik (kalender tiga tahunan bacaan KS) adalah common lectionary yang dipakai juga di banyak Gereja Protestan. Ini menunjukkan kesaksian yang langgeng atas hormat dan cinta Gereja Katoli pada KS

Bahkan Gereja melalui Konstitusi Dogmatis Dei Verbum mendesak semua umat beriman untuk sering membaca KS. Sebab tidak mengenal KS berarti tidak mengenal Kristus (DV 25 – KGK 131-133)

b. Alkitab dan Iman gereja
Mengapa Gereja begitu mencintai KS? Karena Gereja melihat bahwa di dalam buku itu terkandung kesaksian yang paling otentik tentang imannya. Gerejalah yang menyatakan bahwa Alkitab adalah Kitab Sucinya. Alkitab adalah buku Gereja, buku imannya

Alkitab adalah buku Gereja, karenanya Alkitab adalah hukum dan kaidah tertinggi iman Gereja. Seluruh pewartaan dan refleksi iman gereja harus diambil dan bertitik tolak dari KS. Ia tidak boleh mengatakan sesuatu lepas dari KS atau tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan KS – karena itu berarti Gereja bertentangan dengan dirinya sendiri.
Alkitab menunjukkan siapa Gereja itu – Alkitab adalah cermin hidup Gereja! Memahami Gereja harus mengenal dalam KS dan memahami (menghidupi) KS hanya sempurna dilakukan di dalam Gereja.

Di dalam gereja memang terdapat ajaran bahwa wewenang untuk menafsirkan KS adalah wewenang Gereja sebagai komunitas – bukan wewenang pribadi. Hal ini sesuai dengan “sejarah” di atas bahwa Alkitab adalah buku Gereja.

Meski demikian, perlu diperjelas, sejauhmana penafsiran pribadi ditolak dan diperbolehkan?
Dalam kaitan dengan ini, kita mesti melihat kepada dua hal : yaitu  sumber iman adalah Kitab Suci dan Tradisi ; serta yang kedua adalah Magisterium gereja (Keduanya akan diberikan pada penutup studi Kitab Suci).

Hanya sekilah perlu diperjelas bahwa setiap insan kristiani oleh gereja didorong untuk mencintai, membaca, merenungkan dan mengartikan KS bagi hidup rohaninya (bdk. DV 25).
Yang ditolak adalah tafsiran yang bertentangan dengan ajaran iman Gereja. Ini yang sangat penting : mesti tahu apa ajaran iman Gereja tersebut. Misal tentang tubuh & darah Kristus, dsb.

Untuk wewenang untuk menafsirkan Alkitab secara resmi dan mengajarkannya ada pada kuasa magisterium. Hal ini sangat penting karena Alkitab adalah buku iman Gereja. Gerejalah yang mendapatkan wewenang, perintah dan tugas ilahi untuk tugas ini (DV 12).
Selain itu, bahaya keterpecahan akan mengancam seluruh Gereja jika wewenang ini diberikan kepada setiap orang (bdk 2 Ptr 1:20-21 ; 3:16)

3. Alkitab = Sabda Allah dalam Bahasa Manusia
a. Alkitab adalah Sabda Allah karena :

Alkitab memberikan kesaksian tentang Allah yang berkarya dan bersabda dalam sejarah manusia. Allah masuk dalam ruang dan waktu manusia, puncaknya dalam diri Yesus Kristus.
Alkitab ditulis atas dorongan, inspirasi / ilham Roh Allah. Para penulis berbicara atas nama Allah (bdk 2Ptr 1:20-21 : Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah).

b. Alkitab = dalam Bahasa Manusia

Kitab Suci sebagai Sabda Allah ini disampaikan dalam bahasa manusia karenanya unsur manusiawi meresapi pula seluruh Alkitab. Artinya Allah berbicara dengan perantaraan manusia dan dengan memakai cara manusia yang terikat ruang dan waktu, dalam keterbatasan bahasa dan kebudayaan serta pengetahuan manusia saat itu. 

Allah sendirilah yang memberi inspirasi kepada para penulis KS melalui bakat, kemampuan, dan gaya yang mereka miliki. Allah tidak serta merta mendektekan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada para penulis atau menggunakan mereka sebagai juru bicara tanpa peran sama sekali

c. Alkitab = Tanpa Salah ?
Karena Allah adalah Penulis KS maka seluruh kitab dalam KS mengajarkan kebenaran tanpa kesalahan yang oleh Allah dikehendaki untuk diungkapkan demi keselamatan kita (KGK 107).

Kendati demikian, kebenaran itu dinyatakan dengan pelbagai cara dalam bermacam-macam bentuk tulisan (sejarah, nubuat, puisi, hukum, kata-kata bijak, mitos, legenda, fabel dan perumpamaan)
Kebenaran-kebenaran yang disampaikan bukan pertama-tama kebenaran historis – melainkan kebenaran-kebenaran religius yang sangat penting dan banyak diantaranya menjadi “di luar historis”

Karenanya, jika ada bagian-bagian dalam KS yang dirasa bertentangan dengan pengetahuan ilmiah bukan berarti apa yang diungkapkan oleh KS adalah salah – karena yang ingin disampaikan bukan suatu ilmu pengetahuan ilmiah melainkan suatu ungkapan iman yang melampaui pengetahuan tersebut.
Manusia penulis KS adalah orang-orang jamannya, lengkap dengan budaya dan pengetahuannya yang “terbatas” saat itu. Orang-orang semacam inilah yang dipakai Allah untuk mengungkap kebenaranNya yang kekal.

Misalnya pengetahuan mereka tentang bumi berputar pada porosnya mengelilingi matahari. Manusia pada jaman itu berpendapat bahwa bumi disangga oleh pilar-pilar. Allah menggunakan orang semacam itu (dengan segala keterbatasannya) untuk mengajarkan kebenaran kekal : Allah lah yang menciptakan segala sesuatu yang ada!
Kekurangan pun tidak hanya terjadi dari sisi ilmiah – melainkan juga dari sisi teologis. Karena Allah membimbing manusia penulis suci sejauh mereka mampu menangkap wahyu ilahi. Hal ini nampak dalam Perjanjian Lama
Misal dalam PL :

- Mereka yang hidup 500 tahun sebelum Kristus belum mampu membedakan sebab dan akibat. Mereka berpendapat bahwa Allah adalah penyebab segala sesuatu, termasuk kejahatan
- Tentang kehidupan kekal, dsb (bdk Pkh 9:5, dsb)

Hal ini bukan berarti bahwa PL tidak termasuk dalam Sabda Allah dan perlu ditolak (Markionisme) karena telah digantikan PB, sekali-kali tidak (KGK 123). PL merupakan bagian tak terpisahkan dari KS yang benar diilhami secara ilahi (KGK 121)


d. Perkembangan dalam Tata Keselamatan
Karena memang tata keselamatan PL dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus penebus seluruh dunia. Meski demikian, kitab-kitab PL juga mencantumkan hal-hal yang tidak sempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang sejati….. (KGK 122)

Allah tidak pernah berubah, tetapi manusialah yang berubah dalam hubungan kemampuan mereka mendengar pesan-pesan Allah.
Perlu diketahui bahwa telah terjadi perkembangan doktrin dalam hubungannya dengan kitab-kitab yang ada dalam KS; semakin kita mengetahui sejarah dan informasi KS, akan semakin baik pemahaman kita mengenai KS

Beberapa bagian KS tergolong out of date (ketinggalan jaman). Namun bagian-bagian itu masih berguna sebab ia menunjukkan kepada kita tahap-tahap perkembangan dalam memahami pesan-pesan Allah. Bagian-bagian tersebut harus ditafsirkan dan dimengerti dalam terang keseluruhan KS – utamanya mengenai ajaran-ajaran Yesus.

e. Alkitab = Sabda Allah untuk Manusia Sekarang ini
Alkitab adalah sabda Allah dalam bahasa manusia dalam konteks keseluruhan dimensi manusia, dengan demikian Alkitab merupakan tanda kehadiran Allah yang bersabda – bukan hanya untuk nenek moyang kita (dalam iman!) melainkan juga untuk kita saat ini yang mendengarkanNya.

Kesadaran ini perlu dikembangkan, bahwa di dalam KS Allah berbicara kepada kita. Allah yang TIDAK TERIKAT tempat dan waktu berbicara kepada kita melalui sabda yang sama yang disampaikan kepada Abraham, Musa dan Para Nabi. Yesus berbicara kepada kita sebagaimana halnya Ia berbicara kepada para rasul 2000 tahun lalu (KGK 101-102)

Sebagaimana firmanNya :”Ibu-Ku dan saudara-saudaraKu ialah mereka yang MENDENGARKAN Firman Allah dan melaksanakannya” (Luk 8:19-21).
Alkitab adalah buku yang paling banyak dicetak selama kurang lebih 2000 tahun (best seller). Mengapa? Karena Allah adalah pengarang utamanya. Melalui para penulis, Allah memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia : mengapa kita hidup didunia? Bagaimana segala sesuatu diciptakan? Apakah Allah sungguh ada? Jika ada, seperti apakah Dia itu? Bagaimana manusia harus hidup di dunia? Apa yang terjadi kemudian setelah manusia mati?

Memandang KS hanya sebagai literatur sebagaimana buku-buku pelajaran lainnya sangatlah mungkin. Namun kita akan gagal memahami hal yang sangat penting.

Memahami KS membutuhkan iman. Iman bahwa KS ditulis atas inspirasi Allah. Melalui para penulis, Allah hendak berbicara kepada kita SAAT INI. Allah benar-benar hendak menuntun kita dan memberikan pedoman bagi kita. Demi keselamatan dan kehidupan kekal kita.
Tujuan kita belajar KS adalah mempelajari apa yang Allah katakan dalam Kitab Suci dan mengimaninya serta menerapkannya dalam seluruh sendi hidup iman kita.

Kita mungkin puas membaca sebuah buku pengetahuan atau sebuah novel yang bagus – dan mungkin pula kita menjadi berubah karenanya. Lebih lagi jika kita membaca KS, kita senantiasa ditantang untuk percaya dan mempercayakan harapan kita, untuk mencintai dan memberi, untuk berkorban dan saling membagi, untuk memaafkan dan menerima maaf, untuk tumbuh dan percaya.
Barangkali kita menghargai KS sebagai sebuah literatur yang hebat. Akan tetapi kita baru benar-benar memahami KS hanya setelah kita menyadari bahwa KS adalah sarana dialog dengan ALLAH yang HIDUP.

SARAN UNTUK KELOMPOK DISKUSI :
Sejauhmana Inspirasi Allah terlaksana dalam diri penulis?


4. Alkitab = Traktat PERJANJIAN Allah - Manusia
a. Istilah Perjanjian secara Umum

Perjanjian adalah suatu janji antara dua atau beberapa pihak, baik lisan atau tertulis atau pun dengan tindakan simbolis yang diikat dengan sumpah.
Istilah Perjanjian sendiri dari kata Ibrani Berit, yang dalam penggunaannya sebenarnya mempunyai arti yang sangat dalam dan luas (Rohani) daripada sekedar perjanjian (sumpah, komitmen, dsb).

Perjanjian (covenant) berasal dari bahasa latin convenire = datang bersama-sama / setuju. Dalam bahasa Inggris covenant = akta formal yang mengikat dua pihak atau lebih. Setiap pihak harus menepati apa yang disepakati
Perjanjian mirip dengan kontrak. Bahkan di dunia modern keduanya menjadi sama meski berbeda :

Kontrak dibuat dengan Perjanjian ; Perjanjian sendiri dibuat dengan mengangkat sumpah (sacramentum). Dalam sumpah sebuah janji diubah dengan melibatkan nama Allah. Orang yang mengangkat sumpah menempatkan diri di bawah penghakiman ilahi.
Kontrak adalah pertukaran milik dalam bentuk barang dan jasa (ini milikku dan ini milikmu) ; sedangkankan Perjanjian terjadi antara pihak-pihak (subjek manusia) yang menciptakan ikatan persatuan satu sama lain.

Bagi budaya Yahudi, kontrak berbeda dengan Perjanjian, seperti perkawinan berbeda dengan pelacuran. Kontrak membuat orang menjadi “pelanggan” sedangkan perjanjian membuat orang menjadi pasangan hidup, orang tua, anak, saudara kandung. Perjanjian dibuat untuk membentuk ikatan keluarga

b. Istilah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Istilah Perjanjian Lama berasal dari PAULUS (2Kor3:14) yang mungkin mengacu pada istilah Perjanjian Baru yang disebutkan oleh Yeremia (Yer 31:31-34) yang mengacu pada perjanjian Allah dengan Israel di gunung Sinai (Kel 19-24).

Perjanjian ini sering dilanggar hingga Yeremia menubuatkan adanya suatu jaman dimana Allah akan mengikat suatu Perjanjian Baru dengan umatnya. Perjanjian Baru itu tidak lagi ditulis dalam loh batu melainkan dalam hati manusia sehingga akan terus diingat dan ditaati
Harapan Yeremia itu digenapi dalam diri Yesus yang dengan jelas menegaskan PERJANJIAN BARU pada perjamuan terakhir (Luk 22:20).

Dalam PL, ikatan perjanjian dihubungkan dengan darah domba korban. Dalam Perjanjian Baru, ikatan perjanjian dihubungkan dengan DarahNya di kayu salib. Yesus Anak Domba Sejati (sakramentologi!)
Istilah Perjanjian Lama dan Baru sangat tepat dibandingkan dengan “First Testament dan Second Testament”

c. Perjanjian sebagai Inti Relasi Allah - Manusia
Perjanjian adalah inti pengertian orang Ibrani tentang hubungan mereka dengan Allah. Hubungan mereka dengan Allah, bukanlah sesuatu yang “alamiah” tanpa disadari melainkan sebaliknya justru sangat disadari dan terikat dalam “sumpah” baik sebagai individu maupun personal.

Berbeda dengan bangsa-bangsa sekitarnya dalam berhubungan :
Dengan dewa mereka secara instinctive - naluriah
Dengan para rajanya adalah mengikat suatu perjanjian (upeti, dsb).
Bagi Israel, yang utama justru perjanjian mereka dengan Allah. Allah-lah raja yang sesungguhnya, yang harus diberi “upeti” dengan korban dan ketaatan – dan Ia akan menjadi pelindung Israel. (Allah kecewa saat israel meminta raja – bdk…)
Dan relasi antara Allah-Manusia dalam bentuk perjanjian ini merupakan relasi sepanjang masa dan abadi dalam Tata Keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Kristus dan Gerejanya.

d. Perjanjian adalah Cinta Allah dalam PL dan penggenapannya dalam PB :
Allah memanggil Adam untuk mengambil berkatNya dalam perjanjian kawin dengan Hawa (lih Kej 1:26-2:3) dan berjanji membebaskan mereka dari dosa melalui “benih” terjanji yang akan menghancurkan kepala setan (lih. Kej 3:15)

Bapa Meminta Nuh untuk menyelamatkan diri, keluarga dan setiap pasang mahluk hidup dari air bah ; dan kemudian Allah berjanji tidak akan pernah menghapus keluarga manusia dengan cara itu lagi (Kej 9:8-17)

Allah memanggil dan menjanjikan Abraham tanah terjanji dimana keturunannya akan menjadi bangsa yang terberkati, kemudian menjadi kerajaan, dan akhirnya semua keluarga di bumi akan diberkati melalui dia dan keturunannya (lih kej 12:1-3; 22:16-18)
       Tuhan memakai Musa untuk membimbing 12 suku Israel keluar dari Mesir dan meneguhkan perjanjian dengan bangsa itu menjadi bangsa yang kudus (lih Kel 19:5-6), dipanggil untuk menduduki tanah terjanji kanaan sebagai warisan mereka (lih Kel 3:4-10).

Catatan Perjanjian Musa : Walau tradisi perjanjian ini berkesinambungan sejak awal penciptaan, namun bagi Israel perjanjian Allah dengan Musa mempunyai nilai penting karena dalam perjanjian ini, kesejajaran pihak-pihak lebih mencolok sehingga Israel memandang perjanjian ini sebagai dasar kehidupan beragama dan sosial mereka.
Selanjutnya, Allah membuat perjanjian dengan Daud untuk membangun kerajaan yang besar, membuat tahta putra Daud kekal (lih. 2 Sam 7:8-19)

Akhirnya Bapa menggenapi semua janjiNya dengan menyerahkan PuteraNya, Yesus, yang menanggung semua kutuk perjanjian yang dilanggar sebelumnya – untuk meneguhkan Perjanjian Baru – dengan menyerahkan tubuh dan darahnya sendiri sehingga mengikat kita secara permanen, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, dalam satu keluarga ilahi universal: Gereja yang satu, kudus, katolik dan Apostolik (lih Mat 26:26-28)

 Dalam setiap perjanjian itu, kita lihat Alah memperbesar fokus nya dari satu keluarga menuju keluarga universal :

-          Perjanjian dengan Adam – bentuknya : ikatan perkawinan (sepasang manusia) – tanda : sabat. Adam mewakili seluruh keluarga manusia.
-          Perjanjian dengan Nuh – bentuk: keluarga besar (empat pasang keluarga) - tanda : pelangi.
-          Perjanjian dengan Abram – bentuk : suku / Klan (Abram meninggalkan sukunya; bersama dengan lot) – tanda : sunat (lih Kej 17)
- Perjanjian dengan Musa di gunung Sinai – bentuk : bangsa (12 suku isarel) – Tanda : Paska
-          Perjanjian dengan Daud – Bentuk : KerajaanTanda :Tahta Daud & Bait Allah (untuk menyembah Allah yang benar)
Dan perjanjian Allah – Manusia ini selalu diperbaharui setiap tahun (Yosua 24) – serta tidak dapat dibatalkan meski hubungan antara kedua pihak berubah. Perjanjian tidak dapat dibatalkan sebelum ada suatu perjanjian yang baru (bdk Yeremia : hukum baru dalam hatimu)

Dari setiap Perjanjian yang diadakan, sejak perjanjian pertama dengan Adam – tampak alur yang jelas dan tegas inisiatif Allah untuk membentuk satu keluarga dengan manusia.

Setiap perjanjian di atas bersifat keluarga – Allah berhubungan dengan umatNya secara pribadi, menjadi Bapa bagi keluargaNya dan menjaga mereka melalui perjanjianNya. TujuanNya adalah menyatukan kembali keluarga yang hancur karena dosa.
Namun rupanya tawaran Allah tidak selalu mendapat sambutan baik dari manusia……

-          Perjanjian Baru : karena kegagalan-kegagalan perjanjian sebelumnya, karena begitu besar kasih Allah pada dunia, Dia yang sebelumnya berbicara melalui para NabiNya sekarang mengutus PuteraNya sendiri.
-          Perjanjian Baru ini dibuat oleh Yesus Kristus dengan Ekaristi sebagai Tanda Perjanjian Baru – yang membuat semua manusia menjadi keluarga universal (katholikos) dan satu tubuh dalam gereja Katolik . Ia tidak lagi dibatasi satu ras saja, satu rezim saja, melainkan untuk semua manusia. Dan akhirnya semua anggota keluarga kudusnya ini dipanggil untuk menjadi alat dalam karya rekonsiliasi Bapa melalui Putera dan Roh Kudus.

Perbedaan terpenting PL dan PB adalah:
PL dilaksanakan Allah dengan perantaraan manusia yang disumpah dan kemudian jatuh dalam dosa, seperti Adam (lih. Rm 5:12-21), dan Israel (lih. Ibr 3-4) karenanya menyebabkan kutukan perjanjian

PB  diadakan oleh Allah-Manusia, Yesus, tetapi hanya setelah Ia menggenapi apa yang ada dalam PL serta bahkan menanggung kutukan PL. Ia menjadi mediator Perjanjian Baru (lih Ibr 8-9)

d. Mengapa Kitab Suci disebut sebagai PERJANJIAN?
Sebenarnya tujuan utama penulisan sejarah Kitab Suci adalah untuk menceritakan kembali sejarah keluarga umat manusia berdasarkan rencana / janji Allah yang telah dibuat untuk umatNya

Sebagaimana konsep perjanjian merupakan inti yang menggambarkan relasi Allah – Manusia maka konsep perjanjian juga merupakan inti terpenting dari seluruh KS sebagai traktat yang mencatat sejarah perjanjian tersebut
Dalam Kitab Suci, drama yang dipentaskan menggambarkan bagaimana Allah, melalui beberapa perjanjian, telah beralih dari berurusan dengan satu pasang suami istri – Adam dan Hawa – menjadi berurusan dengan seluruh dunia. Dan terutama bahwa Allah senantiasa setia kepada janjiNya!

Jika kita memahami arti perjanjian ini maka Kitab Suci menjadi sebuah buku yang tidak lagi membosankan, melainkan sebuah buku berjilid-jilid yang berisi tentang cinta Allah yang membara yang mencari dan menyelamatkan yang hilang, tak peduli berapa pun harga yang harus dibayar.

Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Ibr. 1:1-2 Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada
Allah menggunakan perjanjian untuk mengadakan ikatan dengan dengan UmatNya di setiap jaman – dengan puncaknya di PB dalam diri Yesus.

Jadi untuk mengerti inti Kitab Suci, kita mesti mengenal cara berfikir sebagai Perjanjian – bukan kontrak; Bapa – bukan hakim.

Melalui perjanjian ini, Allah mengundang umatNya sebagai satu keluarga. Karenanya jika kita membaca Kitab Suci pun kita sebenarnya sedang membaca kisah keluarga sendiri, akar keluarga, nenek moyang rohani kita: Adam, Nuh, Abraham, Musa dan Daud, Para rasul dan Gereja Perdana adalah saudara tua dalam keluarga Allah

Perjanjian pertama-tama adalah sarana kehendak Allah yang ingin mengasihi manusia (bdk Im 26:12 Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umatKu)– bukan inisiatif rekayasa Israel.

Dengan Perjanjian, berarti Allah terlibat dalam segala aspek hidup manusia. Sejarah manusia menjadi juga “sejarah” Allah, karenanya sejarah manusia yang baka bukan sekedar terdiri dari lintasan-lintasan peristiwa yang seperti rumput di siang hari (bdk….) melainkan mempunyai artinya yang kekal. Perjalanan hidup manusia menjadi perjalanan hidup kembali bersatu dengan Allah. Allah-lah yang menjadi jaminannya.
Dengan perjanjian Allah-Manusia sepanjang sejarah hidup manusia menjadi upaya untuk semakin mengenal Tuhan, menikmati hubungan pribadi yang hidup dengan Tuhan. Ini lebih penting dibandingkan persembahan dan korban (Hosea 6:6). Seluruh hidup manusia, baik perseorangan, keluarga, kelompok masyarakat, besar dan kecil, tua dan muda menjadi suatu tanggapan terhadap Allah, hidup dengan rendah hati sesuai kehendak Allah (Mi 6:8)


SARAN BUKU PENDALAMAN :
Scott Hahn, God’s Covenant Love in Scripture : A Father Who Keeps His Promises, Dioma, Malang, 2007

SARAN UNTUK KELOMPOK DISKUSI :
Perjanjian-perjanjian Allah dengan Manusia

5. Alkitab = Buku Doa (secara lebih panjang akan diulas dalam tulisan tersendiri)

6. Alkitab = Buku Kesaksian tentang Allah dan Jawaban Manusia
Apa isi Alkitab? Alkitab pertama-tama berbicara tentang Allah (bukan sekedar kejadian-kejadian, sejarah, cerita, puisi, doa, dsb)! Yakni Allah yang berkarya dan bersabda, terlibat dalam hidup sejarah manusia. Tidak ada buku yang sedemikian jelas menyatakan keterlibatan Allah dalam sejarah manusia selain Alkitab

Dilain pihak, Alkitab juga sekaligus berisikan bagaimana dan apa jawaban / tanggapan manusia atas karya dan sabda Allah itu. Baik jawaban secara personal maupun secara komunitas / jemaat.

a. Karya & Sabda Allah – serta Jawaban Manusia dalam Perjanjian Lama

PL adalah kesaksian tentang Allah yang berkarya dan bersabda dalam sejarah Israel yang penuh pergolakan.

Sejarah ini dimulai 1900 SM Panggilan Abram dari Ur, kota kuno di wilayah utara Teluk Persia menuju ke Haran, kota di perbatasan Turki-Suriah modern. Di Haran Allah mengubah nama Abram menjadi Abraham dan mengadakan perjanjian dengannya : keturunan yang banyak, Tanah terjanji (Kanaan) dan berkat bagi para Bangsa. Abraham melahirkan Ishak yang menjadi ayah Yakub cikal-bakal bangsa Israel / Yahudi.

Janji ini tidak langsung terpenuhi. Nenek moyang Israel karena bencana kelaparan harus mengungsi ke Mesir di th 1720 SM Yakub dan keluarga pindah ke Mesir hingga keturunannya (Ibrani) menjadi budak di sana.
Tuhan kemudian membebaskan mereka dari perbudakan dan menuntun mereka melalui padang gurun melalui Musa (1250 SM) , seorang Ibrani, dipanggil Allah untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju Kanaan, Tanah Terjanji.

Padang Gurun Mesir. Allah mengadakan perjanjianNya dengan bangsa Israel di Gunung Sinai Allah berjanji akan menjadi Allah mereka dan mereka diminta untuk setia kepadaNya dengan hidup seturut firman dan aturan-aturanNya. Allah menyampaikan sepuluh perintahNya

Musa terus memimpin bangsa Isreal selama 40 tahun melintasi padang gurun. Musa wafat menjelang memasuki tanah terjanji dan digantikan Yosua, bangsa Israel memasuki Kanaan.
Allah menyerahkan tanah Kanaan kepada mereka untuk menjadi milik pusaka turun temurun. Penyerahan ini terjadi melalui peperangan, dan Tuhan berperang bersama mereka hingga menang.

Masa Hakim-hakim. Setelah memasuki Kanaan,  masa penaklukan di mulai. Orang Isarel berperang dengan penduduk asli (Filistin, dll).
1020 SM, Saul dipilih menjadi raja Israel yang pertama. Ia menjadi tidak waras dan terbunuh dalam perang dan digantikan Daud.

1000 SM Daud menetapkan Jurusalem sebagai pusat pemerintahan Israel dan membuat Israel menjadi bangsa yang disegani di Timur Tengah.
Di tanah terjanji, Israel mengalami godaan untuk menjadi dirinya sendiri, sebagai Umat pilihan Allah. Dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain, Israel kerap ragu-ragu dan mendua hati.

961 SM Salomo menggantikan Daud ayahnya sebagai raja Israel dan membangun Bait Allah di Jerusalem. Namun diakhir pemerintahannya ia jatuh ke penyembahan berhala dan membebani rakyat dengan pajak tinggi. Anaknya, Rehabeam menggantikan Salomo dan meneruskan kebijakan ayahnya.

922 SM perang pecah sipil hingga kerajaan Israel terpecah dua (927 / 931 SM)

       Israel di wilayah Utara, ibu kota Samaria

       Yehuda di wilayah Selatan, ibu kota Yerusalem

 Setelah pecah, kehidupan Israel dan Yehuda semakin merosot ekonomi dan berpaling pada berhala-berhala
Allah menegur Israel. Berulang-ulang sejak abad 8 SM melalui para nabinya : Amos, Hosea, Yesaya, Mikha dan Yeremia – Allah memperingatkan murkaNya atas ketidaksetiaan Israel. Namun mereka tidak mengindahkan peringatan tersebut.

Allah menghukum Israel. Mula-mula melalui imperalis Asyur 721 SM Asyur (Irak Modern) menyerang Israel. Para pemimpin dibantai dan diasingkan. Orang asing masuk ke Israel dan berasimilasi dengan mereka yang tak dibuang;
Bencana selanjutnya dari imperalis Babel (568 SM versi pareira – 587 SM versi a guide to chatolic bible; Babel sekarang juga bagian Irak Modern) yang menghancurkan Kerajaan Yehuda (yerusalem dan Bait Suci dihancurkan). Penduduk yang tersisa tercerai berai melarikan diri ke tempat-tempat lain dan sisanya dibuang ke Babel.

Israel kehilangan identitasnya sebagai bangsa. Israel meratap dan Allah tetap mendengarkan mereka. Melalui para nabiNya (Yehezhiel dan Deutero Yesaya) Ia menghibur dan membangkitkan harapan mereka bahwa Allah tetap menyayangi mereka.

Lima puluh tahun setelah pembuangan, Raja Cyrus imperalis Persia (538-332 SM) mengalahkan Babel. Israel diperbolehkan kembali ke Palestina untuk membangun kembali Yerusalem dan bait suci.

445 SM Bait Allah kembali dibangun dan tembok kota didirikan lagi. Masa pemulihan adalah masa yang sulit. Perlu iman dan harapan yang kuat. Kembali Tuhan mengirimkan nabinya (Ezra,  Nehemia, Hagai, Maleakhi) untuk mengingatkan mereka akan apa yang harus dilakukan. Berani meninggalkan kepentingan diri sendiri untuk kepentingan bersama.

Israel memasuki masa damai kurang lebih dua ratus tahun dan berakhir di tahun 332 SM. Dari Barat muncul imperalis baru : Yunani. Alexander Agung mengambil alih pemerintahan di Israel
Seluruh wilayah timur tengah dan palestina di-yunani-kan. Penindasan agama ada di mana-mana. Dewa-i dan kuil Yunani dipaksakan masuk ke tanah suci. Tuhan sepertinya diam saja…… namun di masa ini muncul para penulis apokaliptik, para cendekia dan sastrawan yang berdialog dengan budaya Yunani. Mereka menulis hikayat-hikayat untuk membimbing umat yang terpencar-pencar (diaspora). Tuhan berkarya secara tersembunyi.

Dan setelah kematian Alexander Agung, Yunani mengalami kemunduran, dan bergantian Mesir dan Asyur menaklukkan Israel

167 SM bangsa Asyur membantai orang Yahudi dengan kejam dan mendapat perlawanan keras dari keluarga Yahudi pemberani: Makabe.

142 SM keturunan Makabe berhasil memerdekakan Israel – namun tak berlangsung lama.
63 SM orang Roma menaklukkan Yerusalem dan menetapkan Palestina (gabungan Idumea, Yehuda, Samaria dan Galilea) sebagai negara boneka.

37 SM Herodes Agung diangkat Roma menjadi raja. Pemerintahannya berakhir 4 SM (para ahli meleset 6 atau 7 tahun menghitung kelahiran Yesus)

GARIS BESAR SEJARAH ISRAEL SEJAK ABRAHAM :
(SEBELUM MASEHI)
1900 Abraham
1720 Yusuf dan saudara-saudaranya di Mesir
1250 Musa dan bangsa Israel keluar Mesir
1000 Daud berkuasa
922 Kerajaan Yahudi pecah
721 Kerajaan Utara (Israel) jatuh ke Asyur
587 Kerajaan Selatan (Yehuda) jatuh ke Babel
539 kembali dari pembuangan Babel
515 Bait Allah dibangun lagi
445 Tembok Yerusalem dibangun lagi
332 Alexander Agung menaklukkan Palestina
167 Penganiayaan Asyur – pemberontakan Makabe
142 Yudea Merdeka
63 Romawi menaklukkan Yerusalem
37 Herodes Agusng
6 Yesus lahir


b. Karya dan Sabda Allah – serta Jawaban Manusia dalam Perjanjian Baru
PB merupakan kesaksian tentang karya Allah dalam dan melalui Yesus Kristus. Dialah pusat PB

Yesus dilahirkan di Bethlehem – dibesarkan di Nazareth. Kira-kira umur tiga puluh tahun Yesus mulai berkhotbah tentang Kerajaan Allah dan perlunya pertobatan. Selain mengajar, ia juga melakukan banyak mukjijat dan penyembuhan. Ia mengumpulkan sekolompok orang dan 12 murid yang selalu mengikuti Dia kemana pun Ia pergi.
Banyak orang yang mendengar ajaranNya dan menyaksikan mukjijat-mukjijatNya mengharap bahwa Ia adalah Mesias yang ditunggu-tunggu untuk mengalahkan penjajahan Romawi dan membangun Israel menjadi satu kekuatan dunia seperti jaman Daud.

Yesus bukan hanya nabi (Luk 24:19) melainkan Anak Allah (Mrk 1:1). Dialah Firman Allah yang sejak awal mula ada pada Allah dan bersama dengan Allah, namun Ia turun ke dunia menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1:1-2, 14).
Yesus adalah kegenapan karya Allah: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. (Ibr 1:1-2a)

Mengapa? Karena Allah begitu mengasihi dunia hingga Ia menyerahkan AnakNya yang tunggal menjadi keselamatan manusia. Barang siapa percaya, dia diselamatkan (Yoh 3:16)
Sayangnya popularitas Yesus dianggap sangat membahayakan kelompok penguasa, orang-orang Saduki dan Herodian. Mereka takut Yesus akan mengobarkan pemberontakan terhadap Kaisar Romawi.

Di sisi lain, kaum Farisi yang selama ini menjadi penjaga ortodoksi Yudaisme, juga tersinggung dengan kritikan-kritikan Yesus pada mereka.
Orang Saduki, Herodian dan Farisi berkomplot melawan Yesus. Dibantu oleh salah seorang muridNya, Yudas Iskariot, Yesus diserahkan kepada pengadilan tinggi Sanhedrin dengan tuduhan palsu

Yesus akhirnya dihukum mati oleh gubernur Romawi, Pontius Pilatus. Ia disalibkan pada Jumat siang, di Golgota, diluar tembok kota Jerusalem. Setelah beberapa jam tergantung di salib, akhirnya Yesus wafat. Seorang serdadu memastikan kematianNya dengan menombak lambungNya. Ia dikuburkan dan para serdadu menjaga kuburnya. Para musuh Yesus puas dan merasa telah mengalahkan Dia selama-lamanya.
Namun pada Minggu pagi, kuburan itu ditemukan dalam keadaan kosong. Tak seorang pun tahu apa yang terjadi hingga Yesus menampakkan diri dihadapan murid-muridNya

Ia datang dengan penuh kemuliaan, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Selama 40 hari Yesus yang bangkit kerap menampakkan diri pada para murid dan pengikutNya. Ia mengingatkan mereka tentang kematian dan kebangkitanNya yang telah diramalkan sebelumnya sebagai jalan Allah mengalahkan maut dan membawa umat manusia kepada kehidupan kekal.

Dan sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid agar pergi ke seluruh dunia dan menjadikan segala bangsa muridNya dengan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.

Ia pun menjanjikan kepada para muridNya akan mengutus Roh Kudus yang akan senantiasa menyertai mereka sampai akhir jaman. Dan tepat sepuluh hari setelahnya, pada perayaan Pentakosta Yahudi, Roh Kudus itu datang menyentuh hati para murid.

Dipimpin oleh Petrus, mereka mengajarkan kepada khalayak bahwa Yesus adalah Mesias yang ditungu-tunggu bangsa Yahudi. Mereka membaptis banyak orang.

Jumlah para pengikut semakin banyak – dan tentangan pemuka-pemuka Yahudi semakin hebat.
Tahun 36, beberapa tahun setelah Yesus bangkit, penganiayaan kepada para pengikut Yesus semakin marak, dimotori oleh seorang muda Farisi bernama Saulus. Ia membunuh banyak pengikut Yesus, termasuk Stefanus.

Namun terjadi peristiwa yang sangat dramatis dan tak terduga. Saulus berbalik menjadi pengikut Yesus setelah mengalami penampakkanNya di jalan menuju Damsyik.

Di lain pihak, para pengikut Yesus yang terpaksa melarikan diri keluar Yerusalem tercerai berai ke berbagai tempat. Di sana Mereka mengajarkan jalan keselamatan kepada orang Yahudi maupun bukan Yahudi.

Saulus berganti nama menjadi Paulus, dan kekristenan segera menyebar luas ke wilayah Asia Kecil, Eropa, Afrika dan Asia oleh para pengikut di perantauan.

Di sisi lain, situasi dalam negeri Yerusalem semakin kacau. Setelah Herodes Agripa wafat (th 44), pemberontakan Zelot dikobarkan melawan Roma. Pada tahun 66 meletus revolusi besar.
Sementara penganiayaan terus berlanjut dengan semakin hebat terutama oleh Nero yang menjadi penguasa roma saat itu (sekitar tahun 60 an). Petrus dan Paulus pun menjadi martir di kota Roma.

Tahun 70 pasukan Romawi menyerang Yerusalem, membantai penduduknya, dan Bait Allah dihancurkan
Dengan hancurnya Bait Allah, kekristenan semakin terlepas dari akar keyahudiannya, berdiri dengan identitas sendiri sebagai Gereja

Pola struktur Gereja mulai ditetapkan. Gereja-gereja lokal dipimpin oleh seorang uskup yang dibantu imam-imam dan diakon.

Para uskup yang menggantikan Petrus sebagai uskup Roma memiliki otoritas yang sama seperti yang telah diberikan Yesus sendiri kepada Petrus, yang utama di antara para rasul.

Penganiayaan terus berlanjut – namun gereja terus berkembang. Pada tahun 100, jumlah pengikut mencapai sekitar 300.000 – 500.000 jiwa.
Di tahun 313 Kaisar Konstantinus bertobat dan mengeluarkan Dekrit Milano (Edict Milan) yang mengijinkan kekristenan bertumbuh dengan bebas di Roma. Gereja semakin berkembang menjadi Gereja Katolik yang universal…..

Diteruskan dalam materi sejarah Gereja.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar