Rabu, 14 September 2011

CREDO : AKU PERCAYA


CREDO = AKU PERCAYA
  Credo / Aku Percaya adalah syahadat iman yang memuat pokok-pokok iman kepercayaan Kristiani.
  Mengapa perlu adanya credo? Persekutuan iman membutuhkan bahasa iman yang sama, yang MENGIKAT semua dan yang MEMPERSATUKAN dalam pengakuan iman yang sama (KGK 185)
          Credo (latin) kerap disebut juga simbola iman.
          Simbolon = menggambarkan separuh dari sebuah benda utuh yang dibagi dua (mis. engsel), yang dipakai sebagai tanda pengenal. Kedua bagian dihubungkan untuk memeriksa identitas pemakai. Jadi “simbolon iman” adalah tanda pengenal dan tanda persekutuan untuk orang yang beriman. Simbolon = ikhtisar, ringkasan, himpunan. (KGK 188)
       “simbolum ini adalah materai rohani, renungan hati kita dan penjaga yang selalu hadir; dengan sesungguhnya ia adalah pusaka jiwa kita” (Ambrosius – KGK 197)
       Simbola iman pada tempat pertama dipakai pada ritus Babtisan (pengakuan Babtisan) – karena Babtisan dilaksanakan dalam nama Tritunggal (KGK 189 – Mat 28:19 – bdk KGK 249)
       Mendoakan syahadat dengan iman berarti bertemu dengan Allah Bapa – Putera dan Roh Kudus; tetapi juga berarti dihubungkan dengan gereja Universal yang meneruskan iman kepada kita dan yang di dalam persekutuannya kita beriman (KGK 197)


CREDO – SEKILAS SEJARAH
       Credo sebagai syahadat iman tidak langsung disabdakan oleh Yesus. Juga tidak kita ketemukan sebagai satu kesatuan dalam Kitab Suci. Meski demikian, Credo mempunyai akar yang sah dari Kitab Suci.
       Syahadat merupakan ringkasan iman berdasarkan Kitab Suci yang diajarkan oleh Gereja melalui para pemimpinnya.
       Ada  banyak pengakuan iman (simbola) dalam Gereja Katolik yang timbul dari situasi Jaman tertentu, misal Quicumque (Anastasian), dll – yang semuanya bernilai iman amat kaya (KGK 193). Dua simbolon yang mendapat tempat khusus dalam Gereja : Syahadat Apostolik dan Syahadat Nicea.

  1. Syahadat Para Rasul (= rangkuman setia iman para rasul), dikenal sejak abad II yang merupakan pengakuan pembabtisan dalam gereja Roma kuno dimana setiap katekumen sebelum dibaptis harus menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai iman Kristen. Karenanya credo ini mempunyai otoritas tinggi :”itulah simbolum yang dijaga Gereja Roma, di mana Petrus, yang pertama diantara para rasul, mempunyai tahtanya dan ke mana ia membawa ajaran iman para rasul itu (Ambrosius – KGK 194).
       Saat Yesus wafat, Yesus tidak meninggalkan satu dokumen pun sebagai pegangan bagi para rasul. Namun Yesus menjanjikan Roh Kudus-Nya yang akan menuntun Gereja ke dalam seluruh kebenaran dan mengingatkan mereka akan semua yang diajarkan Yesus (Kis 2;1-13; Yoh 14:26).
       Syahadat Para Rasul dikenal sebagai Syahadat Singkat. Bentuk yang kita terima adalah bentuk final sejak abad ke-7 di Perancis dan akhirnya oleh paus Innocentius II dia[pakai sebagai syahadat resmi Gereja Katolik Roma.
       Terdiri atas tiga bagian pokok :
      bagian pertama = Pribadi Pertama, Allah Bapa
      bagian kedua = Pribadi kedua, Allah Putera
      bagian ketiga = Pribadi Ketiga, Allah Roh Kudus (KGK 190) –
                ketiga bagian yang berbeda itu saling berhubungan bagaikan bagian-bagian anggota tubuh.
       Sesuai tradisi lama, Syahadat para rasul berasal dari dua belas rasul – dimana masing-masing menyumbangkan satu butir rumusan.
       orang biasanya menghitung dua belas artikel Credo supaya jumlah para rasul itu melambangkan seluruh iman Katolik, yaitu :
       Orang biasanya menghitung dua belas artikel Credo supaya jumlah para rasul itu melambangkan seluruh iman Katolik, yaitu :

i. Aku Percaya akan Allah Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. (Ul 32:6; Mat 6:9; Kej 1-2

ii. Dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita (Yoh 1:18; 3:18; Kis 2:36)

iii. Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria (Mat 1:20; Luk 1:35)

iv. Yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan (Mat 26-27; Mrk 14-15)

v. Yang turun ke tempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati ((Ef 4:9; 1Ptr 3:19-20; 4:6 ; Mat 28; 1Kor15:4)

vi. Yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa (Kis 2:33-35; 7:55)

vii. Dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan mati (Mat 25:31-46)
viii. Aku Percaya akan Roh Kudus (Mat 28:19; 1Tes 1:5)
ix. Gereja Katolik yang Kudus, Persekutuan Para Kudus (Ef 1:1; 5:27; Ibr12;22-23; Ef 2:19-20)
x. Pengampunan Dosa (Yoh 20:22-23)

xi. Kebangkitan Badan (1Kor 15)

xii. Kehidupan Kekal (Yoh 3:15; 17:3)

2. Syahadat Nicea
       Di tempat lain adalah syahadat Nikea yang mempunyai otoritas yang besar dan sampai hari ini masih merupakan milik bersama semua Gereja besar di Timur dan Barat. (KGK 195)
       Dalam tradisi Katolik kerap disebut sebagai syahadat syahadat Nicea-Konstantinopel atau syahadat panjang.
       Secara singkat sejarah syahadat Nicea adalah sebagai berikut :


  1. Melawan Arianisme – Konsili Nicea
       Berkat Roh Kudus jumlah orang yang dibaptis semakin banyak (Kis 2:41.47; 6:7). Dan setelah Para Rasul wafat beberapa orang mempunyai pandangan sendiri-sendiri yang berbeda – bahkan bertentangan tentang Yesus dan Roh Kudus – dan timbullah ajaran sesat.
       Ajaran sesat ini semakin berkembang pesat sesudah Kaisar Konstantinus memperbolehkan orang kristen beribadat secara bebas melalui Edict Milan th 313 (sebelumnya mereka dikejar-kejar dan dibunuh)
       Abad IV muncul ajaran sesat dari seorang imam dari Alexandria bernama Arius (280). Ia mengajarkan bahwa Yesus bukan Allah sejati, ia menyangkal keilahian Yesus.
       Melawan ajaran sesat ini, para pemimpin Gereja berkumpul untuk mengadakan konsili ekumenis pertama di Nicea (325). Dihadiri oleh 318 bapa konsili
       Dalam konsili ini Eusibius dari kaisarea menganjurkan syahadatnya (dikenal sebagai syahadat Kaisarea)
       Syahadat kaisarea ini (sebagaimana juga syahadat para rasul) memang ortodoks dan sesuai dengan iman gereja yang benar namun tidak secara gamblang menjawab / melawan ajaran arianisme. Meski demikian tetap dipakai sebagai dasar pembicaraan dan disertai dengan penambahan.
       Penambahan tersebut terutama menekankan bahwa Yesus sungguh Allah.
       Keputusan Konsili secara lengkap disebut sebagai Syahadat dari Nicea
       Meski demikian pada perkembangannya syahadat ini belum final.


ii. Melawan Macedonisme – Konsili Konstantinopel
       Selepas permasalahan Arianisme (yang belum tuntas sepenuhnya), timbul ajaran sesat dari Macedonius yang menyangkal keilahian Roh Kudus.
       Terhadap ajaran sesat tersebut para pemimpin Gereja kembali berkumpul dalam Konsili Konstantinopel tahun 318, yang dihadir 150 bapa konsili.
       Dalam Konsili ini rumusan iman syahadat Nicea dibahas lagi terutama dari sisi ke-Ilahi-an Roh Kudus. Syahadat ini dikenal sebagai syahadat Konstantinopel.


iii. Melawan Nestorianisme – Konsili Efesus
       Pada sekitar tahun 400-an Berkembang ajaran sesat dari seorang Uskup Konstantinopel yang bernama Nestorius. Ia mengajarkan bahwa Yesus memiliki 2 kodrat dan 2 pribadi, yaitu Allah dan manusia
       Cyrillus, Uskup Alexandria menentang ajaran ini. Ia mengatakan bahwa Yesus benar mempunyai 2 kodrat tetapi hanya satu pribadi.
       Perselisihan ini diselesaikan dalam konsili Efesus (431), yang mengutuk ajaran nestorius dan membenarkan ajaran Cyrillus. Konsili ini menekankan kesatuan pribadi Yesus dan menegaskan kembali ajaran konsili-konsili sebelumnya.


iv. Melawan Eutyches – Konsili Kalcedon
       Ternyata masalah belum selesai. Muncul lagi ajaran Eutyches : kedua kodrat Yesus (Allah dan Manusia) itu tercampur dan tak terbedakan.
       Untuk melawan ajaran ini diadakan Konsili Kalcedon 451. Konsili menegaskan bahwa kedua kodrat Yesus itu tetap terbedakan. Konsili mengambil keputusan tegas untuk kembali kepada ajaran iman yang benar yang telah diputuskan dalam Konsili Nicea, Konstantinopel, dan Efesus.
       Dalam Konsili Kalcedon inilah secara resmi disebut sebagai syahadat iman – dan dikenal sebagai sebagai syahadat Nicea – karena rumusan iman itu pertama kali diusulkan dan dibahas dalam Konsili Nicea. Konsili-konsili berikutnya hanya mengembangkan apa yang telah diputuskan oleh para bapa konsili Nicea.
       Rumusan ini tidak berbeda dengan rumusan yang diputuskan dalam konsili Konstantinopel sehingga kerap pula disebut sebagai syahadat Konstantinopel atau Syahadat Nicea-Konstantinopel. Dan disebut pula syahadat panjang. Namun nama resminya adalah Syahadat Nicea.
       Penambahan terjadi lagi perihal asal Roh Kudus, yang sebelumnya “berasal dari Bapa” – pada Konsili Toledo 589 ditambahkan dengan kata “dan Putera” (filioque). Yang merupakan suatu persoalan tersendiri yang akan dibahas kemudian.
       Jelas bahwa syahadat merupakan upaya Gereja untuk berjalan pada iman yang benar berdasarkan ajaran kitab suci dan tradisi Para Rasul. Melalui perjalanan panjang berliku, iman akan Allah Tritunggal telah mendapatkan penjelasan lengkap dalam abad ke V.
       Gereja yang berjalan dalam terang Roh Kudus yang membimbingnya menuju kepada seluruh kebenaran……


FX. Sutjiharto

KEPUSTAKAAN

       CATECHISM OF THE CATHOLIC CHURCH - Latin text copyright (c) Libreria Editrice Vaticana, Citta del Vaticano 1993

       Alex I. Suwandi Pr, Tanya jawab Syahadat Iman Katolik, Kanisius, Jogjakarta, 1989

       Setyawan SJ, Orang Gila dari Nazaret, Kanisius, Jogjakarta, 2005

       Dr. Nico Syukur Dister OFM, Kristologi: Sebuah Sketsa, Kanisius, Jogjakarta, 1987

       Dr. Pidyarto O’Carm, Umat Bertanya Romo Pid Menjawab buku 7, Dioma-Kanisius, 04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar